Pengertian Pembelajaran Pembelajaran yang Berkualitas

commit to user 24 termasuk kelas gemuk lebih dari 30 orangkelas karena jika guru kurang bijaksana maka yang muncul adalah suasana seperti pasar dengan keramaian yang tidak terkendali. Tentu saja kondisi ini akan mengganggu ketenangan belajar kelas di kiri kanannya.

k. Penerapan Teknik Make A Match pada Pelajaran Matematika

Penerapan teknik make a match dalam mata pelajaran matematika tentunya tidak bisa disamakan dengan mata pelajaran yang lain. Pelajaran matematika pada penelitian ini menitik beratkan pada kemampuan operasi hitung pecahan yang terdiri dari perkalian berbagai bentuk pecahan dan pembagian berbagai bentuk pecahan. Dalam pembelajaran dengan teknik make a match ini, dalam mencari kartu jawaban dari kartu soal yang didapatnya, siswa terlebih dahulu menghitung dan mencari penyelesaian dari soal yang didapatnya. Kemudian juga terdapat sesi diskusi dengan pasangannya guna memecahkan penyelesaian soal pada kartu soal sehingga didapatkan jawaban pada kartu jawaban. Dalam kegiatan ini terjadi transfer knowledge dari satu siswa ke siswa yang lain. Pada sesi presentasi masing-masing pasangan mengemukakan hasil diskusi mereka pada teman-teman sekelas mengenai penyelesaian dari soal yang didapatnya sehingga dapat didapat jawaban dari kartu pasangannya.

l. Pengertian Pembelajaran

Menurut Winarno Surakhmad 2009: 346, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Berdasarkan konsep tersebut, dalam kata “pembelajaran” terkandung dua kegiatan yaitu belajar dan mengajar. Kedua kegiatan itu berkaitan dengan upaya membelajarkan siswa agar berkembang potensi intelektualnya. Pembelajaran ini menuntut komunikasi dua arah dari guru ke siswa dan dari siswa ke guru. Seiring dengan pendapat tersebut, Sudirwo dalam Sambas Ali. M http:sambasalim.com pendidikan kualitas-proses-pembelajaran.html, 17 Maret 2011 pembelajaran adalah interaksi belajar mengajar dalam suasana interaktif yang terarah pada tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. E. Mulyasa dalam Sambas Ali. M http:sambasalim.compendidikankualitas-proses-pembelajaran. html, 17 commit to user 25 Maret 2011 juga menyatakan bahwa pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Berdasarkan ketiga definisi pembelajaran di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan guru dan sumber belajar pada lingkungan belajar yang terarah pada tujuan pembelajaran.

m. Pembelajaran yang Berkualitas

Menurut Winarno Surakhmad 2009: 354, pembelajaran yang berkualitas sekurang-kurangnya mendudukkan peserta didik sebagai pembelajar yang berkualitas, yang difasilitasi oleh guru yang berkualitas, dengan didukung ekosistem pembelajaran berkualitas di dalam konteks lembaga pembelajaran yang berkualitas. Hanya pembelajaran yang berkualitas yang mampu menghasilkan pembelajaran lebih baik. Jadi, komponen penentu kualitas pembelajaran terletak pada pembelajar siswa, program pengajaran, ekosistem pembelajaran, lembaga pembelajaran, dan fasilitator pembelajaran. 1. Pembelajar siswa Siswa sebagai pelaku proses pembelajaran seringkali dianggap sebagi tokoh yang paling utama dalam penentu kualitas pembelajaran. Padahal hal tersebut sangat tidak tepat karena siswa bukanlah satu-satunya alat ukur dari kualitas pembelajaran. Siswa yang berkualitas adalah siswa yang siap secara jasmani dan rohani. 2. Program Pembelajaran Program pembelajaran meliputi materi pembelajaran yang digunakan. materi yang berkualitas dapat dilihat dari beberapa indikator sebagai berikut ini: a. materi pembelajaran harus selaras dengan kurukulum yang berlaku. b.materi pembelajaran harus sesuai dengan perkembangan teknologi dan komunikasi. c. materi pembelajaran harus sesuai dengan tuntutan masyarakat. d. materi pembelajaran harus sesuai dengan kehidupan peserta didik. commit to user 26 3. Ekosistem Pembelajaran Ekosistem pembelajaran mencakup tiga hal yaitu ekosistem keluarga, ekosistem sekolah dan ekosistem masyarakat. Ketiga ekosistem tersebut saling berkaitan satu sama lain sehingga peran ketiganya sangat penting dan mempengaruhi kualitas pembelajaran. Keluarga yang tingkat kesadaran akan pendidikan tinggi, tentu akan mengarahkan anggota keluarganya untuk berprestasi dalam pembelajaran di sekolah. Keluarga yang seperti ini mempunyai andil yang besar pada kualitas peserta didik siswa. Sedangkan dari segi ekosistem sekolah, tentunya sekolah yang menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif akan berpengaruh pada kualitas pembelajaran itu sendiri. Dari sisi ekosistem masyarakat, masyarakat kebanyakan beranggapan bahwa sekolah adalah tempat penampungan anak sebelum anak bekerja. Hal ini sangat tidak tepat, karena sekolah adalah tempat yang digunakan untuk “transfer knowledge” sehingga anak yang belum tahu menjadi tahu sehingga pengalaman, pengetahuan, serta pengalaman anak meningkat atau bertambah. 4.Lembaga Pembelajaran Lembaga pembelajaran yang berkualitas adalah lembaga pembelajaran yang didukung oleh berbagai sarana dan prasarana yang memadai, tenaga pendidik yang kompeten di bidangnya, serta sistem yang solid. 5. Fasilitator Pembelajaran Guru sebagai fasilitator pembelajaran, harus menguasai berbagai kompetensi yang meliputi kompetensi pedagogic, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. a. kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran siswa yang sekurang-kurangnya meliputi: pemahaman wawasan atau landasan kependidikan, pemahaman terhadap siswa, pengembangan kurikulum atau silabus, perancangan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, pemanfaatan teknologi pembelajaran, evaluasi hasil pembelajaran, dan pengembangan siswa untuk mengaktualisasi potensi yang dimilikinya. commit to user 27 b. kompetensi kepribadian yang mencakup kepribadian yang beriman dan bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, arif dan bijaksana, demokratis, mantap, stabil, dewasa, berwibawa, jujur, sportif, secara objektif mengevaluasi kinerja sendiri, mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan. c. kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat yang meliputi berkomunikasi lisan atau tulis secara santun, menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungisional, bergaul secara efektif dengan siswa, sesama pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan atuan pendidikan, wali siswa. d. kompetensi profesional merupakan kemampuan guru dalam menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi, atau seni budaya yang diampunya yang meliputi materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi program satuan pendidikan dan mata pelajaran, konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang relevanyang secara konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan pendidikan, mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran yang diampu. Sedangkan menurut Sambas Ali http:sambasalim.com pendidikankualitas-proses-pembelajaran.html, 17 Maret 2011 dijelaskan bahwa paradigma mutu atau kualitas dalam konteks pembelajaran mencakup input, proses dan output. Input pembelajaran adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena merupakan kebutuhan dari proses pembelajaran yang meliputi sumberdaya serta harapan-harapan sebagai pemandu bagi keberlangsungan proses pembelajaran. Input sumber daya manusia meliputi siswa dan guru. Sedangkan sumber daya selebihnya meliputi peralatan, perlengkapan. Harapan meliputi visi, misi, tujuan dan sasaran yang ingin dicapai. Kesiapan input sangat diperlukan supaya proses pembelajaran berlangsung dengan baik. Proses dikatakan bermutu tinggi apabila pengkoordinasian dan penyerasian serta pemaduan input dilakukan secara harmonis sehingga menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan, mampu mendorong motivasi dan minat belajar,dan benar-benar mampu memberdayakan siswa. Kualitas proses pembelajaran dapat diukur dengan mengukur seberapa besar aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran dan kinerja guru dalam pembelajaran. Adapun indikator commit to user 28 kualitas proses pembelajaran dari segi siswa, dapat dilihat dari beberapa aspek sebagai berikut ini. a. Antusias terhadap apersepsi yang diberikan guru dalam pembelajaran. b. Keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran. c. Keberanian siswa dalam mengajukan pertanyaan. d. Kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. e. Perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran. f. Kemampuan siswa mengikuti langkah pembelajaran yang diterapkan guru. g. Kemampuan siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Sedangkan indikator kualitas proses pembelajaran dari segi guru, dapat dilihat dari beberapa aspek di bawah ini: a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP. b. Menyiapkanmengondisikan siswa untuk siap mengikuti pembelajaran. c Memberikan motivasi belajar pada siswa. d. Melakukan apersepsi pembelajaran dengan baik. e. Menyampaikan materi pelajaran dengan jelas dan mudah dipahami. f. Memberikan kesempatan siswa untuk bertanya. g.Memberikan arahan kepada siswa mengenai langkah pembelajaran yang dilakukan. h. Memberikan bimbingan kepada siswa yang belum paham dalam materi pelajaran. i. Kemampuan guru dalam menyimpulkan pembelajaran yang telah dilaksanakan. j. Kemampuan memberikan tes akhir pada siswa. k.Kemampuan guru dalam mengevaluasi kemampuan siswa dalam materi pembelajaran. l. Kemampuan guru dalam memberikan balikan kepada siswa. commit to user 29

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang pernah dilakukan oleh Tarmizi Ramadhan 2008 dengan judul, ”Upaya Meningkatkan Partisipasi dan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa Melalui Teknik Pembelajaran Make a Match ”. Hasil penelitian .menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa. Peningkatan terjadi dari sebelum dilakukan tindakan sampai akhir tindakan pada setiap siklus kenaikan pencapaian hasil belajar siswa cukup tajam, yakni sebelum dilakukan tindakan hasil belajar siswa rata-rata hanya 55,00 setelah akhir tindakan pada siklus I rata-rata 63,08, siklus II rata-rata 75,08, dan tes akhir rata-rata 80,73. Kenaikan tersebut merupakan suatu realita bahwa pembelajaran kooperatif teknik make a match dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia siswa. Ditinjau dari pencapaian persentase ketuntasan belajar pada tes awal adalah 20, siklus I adalah 67,50, siklus II adalah 87,50, dan tes akhir adalah 87,50. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Tarmizi Ramadhan dengan penelitian ini terletak pada variabel X, yaitu teknik pembelajaran make a match . Perbedaannya adalah partisipasi dan hasil belajar Bahasa Indonesia dan variabel Y pada penelitian ini adalah kemampuan materi pecahan dalam matematika. Penelitian yang dilakukan oleh Nurma Amindita 2009 dengan judul, “Upaya Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Matematika Melalui Pembelajaran Remedial Dengan Make a Match , Metafora, dan Rangkuman Siswa Mts Ali Maksum menunjukkan bahwa peningkatan motivasi ini ditunjukkan dari adanya peningkatan persentase aspek motivasi. Pada siklus I rata-rata persentase aspek motivasi sebesar 64,18 sedangkan siklus II sebesar 67,15. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa motivasi dan prestasi belajar siswa meningkat dan telah memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal KKM. Pada siklus I baru 62,5 siswa yang mencapai nilai ketuntasan minimal sekolah sehingga indikator keberhasilan 75 siswa tuntas belajar belum terpenuhi. Pada siklus II terdapat 79,17 sehingga indikator keberhasilan telah terpenuhi. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Nurma Amindita dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan teknik make a match sebagai variabel X. Perbedaannya terletak pada variabel Y. Pada penelitian yang dilakukan Nurma Amindita, variabel Ynya adalah motivasi dan prestasi belajar

Dokumen yang terkait

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Adaptasi Makhluk Hidup

0 11 215

Pengaruh model pembelajaran kooperatif metode make A match terhadap pemahaman konsep matematika siswa

4 18 201

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match terhadap Prestasi Belajar Sosiologi dalam Pokok Bahasan Pengendalian Sosial

0 26 151

Efektivitas pembelajaran kooperatif model make a match dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS: penelitian tindakan kelas di SMP Islam Al-Syukro Ciputat

0 21 119

PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPS MATERI PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI MANGKUKUSUMAN

11 133 334

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MENYIMAK DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK MAKE A MATCH SISWA KELAS V SD NEGERI PLUMBON 01 MOJOLABAN SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2010 2011

0 6 157

PENINGKATAN PENGUASAAN BANGUN DATAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS V SD NEGERI NGRECO 05 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2011

0 2 205

KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA MATERI KONSEP ENERGI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH.

0 1 38

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH.

0 0 7

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH PADA PELAJARAN IPA KELAS IV SD SURYODININGRATAN 1.

0 0 173