1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Persaingan global di segala bidang kini melanda di berbagai negara di seluruh penjuru dunia. Bagi negara yang maju, mungkin adanya persaingan global
hanya menuntut mereka untuk menyesuaikan diri dengan negara-negara yang lain. Tetapi bagi negara berkembang seperti Indonesia adanya persaingan global
menuntut untuk meningkatkan segala sektor negara, baik politik, ekonomi, pendidikan, maupun ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam upaya pembangunan
bangsa, tampaknya pengembangan sumber daya manusia adalah yang paling penting dan utama jika dibandingkan dengan pengembangan sumber daya alam.
Masalah SDM tidak bisa lepas dari masalah tenaga kerja. Kualitas tenaga kerja sangat bergantung pada kualitas SDM. Oleh karena itu, kualitas SDM harus
mendapatkan prioritas utama untuk ditingkatkan dan dikembangkan guna mendapatkan kualitas tenaga kerja yang baik.
Ketidakmampuan dalam meningkatkan daya saing sumber daya manusia SDM nasional, menyebabkan semakin terpuruknya posisi Indonesia dalam
kancah persaingan global apabila tidak secara sungguh-sungguh mempersiapkan diri dengan berbagai keunggulan untuk menghadapi persaingan yang akan terus
berkembang secara ketat dan semakin tajam. Pertambahan penduduk yang tidak memiliki keterampilan kerja akan mengakibatkan Indonesia menjadi salah satu
pasar utama bagi produk-produk asing dan pasar lapangan kerja bagi tenaga asing, serta akan menjadi bencana bagi Indonesia jika tidak diikuti dengan peningkatan
kualitas SDM. Oleh karena itu, era ini menuntut tenaga kerja sebagai sumber daya berkualitas yang mampu berkompetisi dalam bidang teknologi dengan bekal
keahlian yang profesional di bidangnya supaya dapat memenuhi kebutuhan hidup yang semakin kompleks. Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, 2011
Peningkatan kemampuan dan keterampilan bagi generasi muda calon tenaga kerja merupakan tanggung jawab dunia pendidikan, baik pendidikan
formal maupun nonformal. Pendidikan merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari proses penyiapan SDM yang berkualitas, tangguh, dan
terampil. Dengan kata lain, melalui pendidikan akan diperoleh calon tenaga kerja yang berkualitas sehingga lebih produktif dan mampu bersaing dengan negara
lain. Pendidikan kejuruan sebagai salah satu bagian dari sistem pendidikan nasional memainkan peran yang sangat strategis bagi terwujudnya angkatan
tenaga kerja nasional yang terampil. Sekolah Menengah Kejuruan SMK merupakan salah satu bentuk satuan
pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang
sederajat. Sekolah di jenjang pendidikan dan jenis kejuruan dapat bernama Sekolah Menengah Kejuruan SMK atau Madrasah Aliyah Kejuruan MAK,
atau bentuk lain yang sederajat Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pada Penjelasan Pasal 15 UU No. 20 Tahun 2003
tentang Sidiknas, menyatakan bahwa “Pendidikan Kejuruan merupakan
pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu
”. Sejalan dengan tujuan untuk menyiapkan tenaga kerja
tingkat menengah yang profesional, maka siswa SMK diharapkan mempunyai kesiapan untuk dididik dan dituntut untuk memiliki keterampilan serta sikap
profesional dalam bidangnya. Lulusan SMK diharapkan menjadi sumber daya manusia yang siap pakai, dalam arti ketika mereka telah menyelesaikan
sekolahnya dapat menerapkan ilmu yang telah mereka dapat sewaktu di sekolah. Dengan demikian, siswa SMK dianggap sebagai siswa yang memiliki latar yang
berbeda dengan siswa SMA. Siswa SMA dengan
basic
kesanggupan ekonomi dan kesanggupan untuk meneruskan ke perguruan tinggi tidak langsung bekerja dan
juga kesanggupan intelektual akademis yang baik. Sedang siswa SMK adalah siswa yang mampu mengemban ketrampilan, memiliki pekerjaan setelah kerja dan
kesanggupan mental untuk bekerja. Ciri khas yang dimiliki SMK yaitu selain lulusan SMK dapat mengisi peluang kerja di DUDI kerena lulusannya memiliki
sertifikasi melalui uji kompetensi, lulusan SMK juga dapat melanjutkan Perguruan Tinggi PT. Terlepas dari para lulusan SMK yang bisa melanjutkan ke
PT, tentunya para siswa SMK dari awal mempunyai niat untuk dapat segera memasuki dunia kerja selepas mereka lulus.
Dikmenjur 2013 menyatakan bahwa peserta didik dapat memilih bidang keahlian yang diminati di SMK. Kurikulum SMK lebih dititikberatkan pada
keterampilan yang bersifat praktis dan fungsional yang berisi aspek teori, mengarahkan pada pemberian bekal kecakapan atau ketrampilan khusus,
mengutamakan kemampuan yang mempersiapkan untuk langsung memasuki dunia kerja. Muatan kurikulum yang ada di SMK disusun sedemikian rupa sesuai
dengan kebutuhan dunia kerja yang ada. Hal ini dilakukan agar peserta didik tidak
mengalami kesulitan yang berarti ketika masuk di dunia kerja. Dengan masa studi tiga tahun, lulusan SMK diharapkan mampu untuk bekerja sesuai dengan keahlian
yang telah ditekuni serta menyiapkan peserta didik agar siap bekerja, baik bekerja secara mandiri maupun mengisi lowongan pekerjaan yang ada. Dengan demikian
arah pengembangan SMK harus selalu mengacu pada kebutuhan pasar kerja. Kenyataan di lapangan saat ini, sudah menjadi masalah klasik bagi dunia
pendidikan SMK di Indonesia pada umumnya, bahwa
link and match
antara output pendidikan SMK dengan Dunia Usaha Dunia Industri DUDI belum
tercapai. Keberadaan SMK dalam menyiapkan tenaga kerja diyakini masih belum optimal menyiapkan tenaga kerja sesuai dengan apa yang diharapkan, sehingga
menyebabkan lulusan SMK masih banyak yang menganggur, padahal lulusan SMK diharapkan dapat mengisi peluang kerja di DUDI karena lulusannya
memiliki sertifikasi melalui uji kompetesi. Hal ini dapat ditunjukkan dengan data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistika BPS yang menyatakan bahwa jumlah
pengangguran di Indonesia per Agustus 2015 mencapai 7,6 juta orang dengan Tingkat Pengangguran Terbuka TPT mengalamai peningkatan dari 5,8 pada
Februari 2015 menjadi 6,18 pada Agustus 2015. Pada Agustus 2015, TPT untuk pendidikan SMK menempati posisi tertinggi yaitu sebesar 12,65 dan meningkat
sebesar 3,60 dari data TPT per Februari 2015. Selain masalah pengangguran, berdasarkan pengamatan di lapangan
banyak siswa lulusan SMK yang terserap dunia kerja ternyata tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Banyak siswa lulusan SMK khususnya kelompok
Bisnis dan Manajemen hanya menjadi buruh pabrik atau pelayan toko setelah
lepas dari bangku sekolah. Hal ini berarti siswa lulusan SMK belum diakui sepenuhnya oleh pasar tenaga kerja untuk menerapkan ilmu yang mereka dapat
dari bangku sekolah. Atau dengan kata lain kesiapan lulusan SMK untuk bekerja sesuai bidangnya masih diragukan oleh pasar tenaga kerja.
Dirwanto 2008 menjelaskan bahwa kesiapan dibutuhkan seseorang dalam menghadapi segala keadaan. Salah satunya yaitu kesiapan yang dibutuhkan
seseorang dalam menghadapi dunia kerja. Kesiapan kerja adalah suatu kemampuan yang harus dimiliki oleh para siswa untuk langsung bekerja. Oleh
karena itu kesiapan kerja sangat penting dimiliki oleh siswa SMK, karena siswa SMK merupakan salah satu harapan masyarakat untuk menjadi lulusan SMK yang
mempunyai kompetensi sesuai dengan bidang keahliannya dan dapat diterima di dunia kerja.
Kondisi kurangnya kesiapan kerja juga terjadi di SMK Negeri 1 Kebumen, dimana sebagian siswa lulusan SMK Negeri 1 Kebumen program keahlian
Akuntansi masih banyak yang bekerja di luar bidang yang mereka dapat sewaktu di SMK. Walaupun kelihatannya siswa tersebut sudah bekerja, namun pekerjaan
tersebut tidak sesuai dengan program keahlian yang telah dipelajari di sekolah. Hal ini menunjukkan kesiapan kerja siswa SMK Negeri 1 Kebumen tidak sesuai
dengan apa yang diharapkan, selain itu peluang kerja yang terbatas mengakibatkan siswa lulusan SMK Negeri 1 Kebumen khususnya siswa program
keahlian Akuntansi tidak dapat menempati bidang atau jenis pekerjaan sesuai dengan program keahlian yang telah dipelajari di sekolah. Berikut adalah data
penelusuran alumni SMK Negeri 1 Kebumen tahun 2014 dan 2015:
Tabel 1.1 Data Penelusuran Alumni SMK Negeri 1 Kebumen Tahun 2014 dan 2015
Program Keahlian
Jumlah Lulusan
Bekerja Kuliah
Mandiri Belum
Bekerja 2014 2015 2014 2015 2014 2015 2014 2015 2014 2015
RPL 71
72 31
31 14
10 26
31 Multimedia
69 70
27 35
15 8
27 27
Akuntansi 119
120 57
63 30
21 32
36 AP
79 80
34 52
19 12
26 16
Penjualan 78
79 46
42 13
6 1
18 31
Jumlah 416
421 195
223 91
57 1
129 141
Sumber: BKK SMK Negeri 1 Kebumen Dari tabel di atas terlihat pada tahun 2015, dapat diketahui terjadi
peningkatan jumlah lulusan yang belum bekerja sebanyak 4 3 siswa dan baru 63 53 siswa yang sudah bekerja. Dari 63 siswa jurusan Akuntansi yang sudah
bekerja, hanya 4 anak yang bekerja sesuai dengan bidang keahliannya. Sedangkan secara nasional ideal lulusan SMK sebanyak 20 bisa terserap di dunia kerja
sesuai dengan keahliannya Keputusan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 129aU2004 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pendidikan pasal 4.
Informasi dan data yang diperoleh dari BKK SMK Negeri 1 Kebumen yaitu bahwa lulusan yang telah tercatat rata-rata bekerja di swalayan atau toko, menjadi
buruh pabrik, dan menjadi
Sales Promotion Girl SP G
. Posisi kerja yang diperoleh lulusan kurang sesuai dengan tujuan program keahlian akuntansi dalam
menyediakan lulusan yang mampu bekerja dalam bidang akuntansi pembukuan atau tenaga yang mampu menyusun laporan keuangan. Selain kemampuan dan
keterampilan siswa yang kurang, peluang kerja yang semakin terbatas juga mengakibatkan siswa lulusan SMK Negeri 1 Kebumen khususnya program
keahlian Akuntansi tidak dapat menempati bidang atau jenis pekerjaan sesuai
dengan program keahlian yang telah dipelajari di bangku sekolah. Berikut hasil data observasi awal tentang tingkat kesiapan kerja siswa SMK Negeri 1 Kebumen:
Tabel 1.2 Data Observasi Awal Tingkat Kesiapan Kerja Siswa
Kelas XII Akuntansi SMK N 1 Kebumen Tahun 2015
SKOR KATEGORI
JUMLAH PRESENTASE
20 SANGAT SIAP
16 sd 19 SIAP
75 48
12 sd 15 CUKUP SIAP
81 51
8 sd 11 TIDAK SIAP
2 1
4 sd 7 SANGAT TIDAK SIAP
JUMLAH 158
100 Rata-rata
15 Kategori
CUKUP SIAP Sumber: Observasi awal, diolah tahun 2016
Dari data observasi awal, diperoleh hasil sebanyak 51 siswa menyatakan mereka cukup siap untuk bekerja. Indikator kesiapan kerja diukur berdasarkan
keinginan bekerja, pengetahuan atau gambaran tentang dunia kerja, dan keberanian untuk menerima tanggung jawab secara individual. Hasil dari
observasi awal membuktikan bahwa sebagian besar siswa kelas XII Akuntansi SMK Negeri 1 Kebumen belum terlalu siap untuk menghadapi dunia kerja.
Perihal kesiapan, Chaplin 2004:419 menyatakan bahwa
readiness
atau kesiapan merupakan keadaan siap untuk mereaksi atau menanggapi tingkat
perkembangan dari kematangan atau kedewasaan yang menguntungkan bagi pemraktikan sesuatu. Slameto 2010:113 menyatakan bahwa kesiapan adalah
keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberi respon atau jawaban di dalam cara tertentu terhadap suatu situasi. Kesiapan masing-masing
individu terdiri dari kesiapan fisik dan kesiapan mental.
Banyak faktor yang bisa mempengaruhi kesiapan kerja, baik yang berasal dari dalam diri siswa maupun dari luar. Dirwanto 2008 dalam analisis factor-
faktor yang mempengaruhi kesiapan kerja siswa SMK menyimpulkan bahwa factor-faktor yang mempengaruhi kesiapan kerja siswa SMK yaitu motivasi
belajar, pengalaman praktik, bimbingan vokasional, kondisi ekonomi keluarga, prestasi belajar, informasi pekerjaan, ekspektasi masuk dunia kerja, pengetahuan,
tingkat intelegensi, bakat, minat, sikap, nilai – nilai, kepribadian, keadaan fisik,
penampilan diri, temperamen, keterampilan, kreativitas, kemandirian, dan kedisiplinan. Fokus penelitian ini adalah faktor praktik kerja lapangan, lingkungan
keluarga, dan
self-efficacy
dalam mempengaruhi kesiapan kerja siswa SMK. Membangun kesiapan kerja bagi siswa SMK merupakan hal penting dalam
menghasilkan lulusan yang mampu bersaing dan berhasil dalam pekerjaannya di dunia kerjanya. Menurut Star, dkk 1982 dalam Wena, 2013:100 pendidikan
kejuruan mempunyai kaitan erat dengan dunia kerja atau industri, maka pembelajaran dan pelatihan praktik memegang kunci untuk membekali lulusannya
agar mampu beradaptasi dengan lapangan kerja. Sehingga mereka harus dibentuk melalui serangkaian pelatihan atau upaya pembelajaran dan pelatihan praktik yang
hampir menyerupai dunia kerja yang sesungguhnya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan adanya kerjasama dengan dunia usaha atau dunia industri sebagai instansi
pasangan. Melihat teori di atas maka penelitian ini menggunakan praktik kerja lapangan yang didukung dengan penelitian terdahulu. Dalam penelitian Noviana
2014 menyebutkan adanya pengaruh program praktik kerja industri sebesar 23,20 terhadap kesiapan kerja siswa SMK.
Pengetahuan yang diperoleh di sekolah saja belum cukup bagi siswa untuk bekal menuju dunia kerja. Para lulusan SMK diharapkan dapat memiliki
kualifikasi yang sesuai dengan standarisasi dunia kerja. Oleh karena itu, disamping pembelajaran teoritis, juga diperlukan pembelajaran praktik yang
diimplementasikan dalam Praktik Kerja Lapangan dalam kurikulum 2013 yang lebih dikenal Praktik Kerja Industri Prakerin atau Pendidikan Sistem Ganda
dalam kurikulum 2006. Adanya praktik kerja lapangan akan memberikan pengalaman, keterampilan dan gambaran tentang keadaan DUDI yang
sesungguhnya, sehingga siswa mengetahui apa yang dibutuhkan oleh dunia kerja serta mendorong siswa untuk mempersiapkan diri dalam memasuki dunia kerja.
SMK Negeri 1 Kebumen dalam hal ini juga telah melaksanakan kerjasama dengan DUDI melalui program praktik kerja lapangan, untuk terus menyiapkan
lulusannya terjun ke dunia kerja. Berikut adalah data penilaian pelaksanaan praktik kerja lapangan menurut siswak kelas XII Akuntansi SMK Negeri 1
Kebumen tahun 2015:
Tabel 1.3 Data Observasi Awal Pelaksanaan PKL
Program Keahlian Akuntansi SMK N 1 Kebumen Tahun 2015
SKOR KATEGORI
JUMLAH PRESENTASE
15 SANGAT BAIK
12 sd 14 BAIK
132 84
9 sd 11 CUKUP BAIK
24 15
6 sd 8 TIDAK BAIK
2 1
3 sd 5 SANGAT TIDAK BAIK
JUMLAH 158
100 Rata-rata
12 Kategori
BAIK Sumber: Observasi awal, diolah tahun 2016
Dari data observasi awal yang diperoleh dari siswa SMK Negeri 1 Kebumen sebanyak 84 siswa SMK menyatakan bahwa pelaksanaan praktik
kerja lapangan sudah berjalan baik. Indikator penilaian dilihat dari pemahaman siswa tentang prakerin, kesesuaian tempat prakerin dengan bidang keahlian, dan
penerapan bidang keahlian di tempat prakerin. Dengan kata lain, siswa sudah mempunyai keterampilan praktik kerja yang diharapkan lulusan SMK dapat
langsung memperoleh pekerjaan sesuai dengan program keahlian masing-masing. Praktik kerja industri dilaksanakan selama tiga bulan di instansi yang sesuai
dengan program keahlian. Faktor
ekstern
yang mempengaruhi kesiapan kerja siswa SMK salah satunya adalah lingkungan keluarga. Hasil penelitian yang dilakukan Alvia 2014
menyebutkan bahwa sebesar 10,30 lingkungan keluarga berpengaruh terhadap kesiapan kerja siswa SMK Negeri 2 Semarang. Menurut Hasbullah 2008:38
lingkungan keluarga adalah lingkungan pendidikan yang pertama, karena dalam keluarga inilah anak pertama kali memperoleh pendidikan dan bimbingan, juga
dikatakan utama karena sebagian besar dari kehidupan anak adalah dalam keluarga. Keputusan yang dibuat oleh anak seringkali harus disesuaikan dengan
kemauan ataupun kondisi keluarganya, padahal seharusnya anak bebas membuat pilihannya sendiri dan bertanggung jawab atas pilihannya tersebut berdasarkan
prinsip-prinsip dan nilai-nilai berdasarkan kondisi atau suasana hati. Berikut data hasil observasi mengenai keadaan lingkungan keluarga siswa kelas XII Akuntansi
SMK Negeri 1 Kebumen tahun 2015:
Tabel 1.4 Data Observasi Awal Keadaan Lingkungan Keluarga
Siswa Kelas XII Jurusan Akuntansi SMK N 1 Kebumen Tahun 2015
SKOR KATEGORI
JUMLAH PRESENTASE
15 SANGAT BAIK
30 19
12 sd 14 BAIK
104 66
9 sd 11 CUKUP BAIK
23 15
6 sd 8 TIDAK BAIK
1 1
3 sd 7 SANGAT TIDAK BAIK
JUMLAH 158
100 Rata-rata
13 Kategori
BAIK Sumber: Observasi awal, diolah tahun 2016
Dari hasil data di atas, 104 66 siswa menyatakan bahwa keadaan lingkungan keluarganya dalam kategori baik. Hasil tersebut dilihat dari indikator
dukungan keluarga, kondisi sosial ekonomi keluarga, dan pemberian kebebasan menentukan karier. Dari data di atas diharapkan lingkungan keluarga siswa dapat
diperbaiki untuk dapat lebih mendukung kesiapan kerja siswa khususnya siswa SMK N 1 Kebumen program keahlian Akuntansi.
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama yang mengajarkan sikap dan nilai-nilai kehidupan yang baik. Sikap dan nilai-nilai
kehidupan yang nantinya akan dibutuhkan dalam dunia kerja seharusnya ditanamkan di lingkungan keluarga sejak dini. Sehingga orang tua harus benar-
benar memperhatikan keadaan psikologis anak agar dapat menentukan cara pengajaran yang tepat tentang nilai-nilai kehidupan. Fungsi dasar keluarga adalah
memberikan rasa memiliki, rasa aman, kasih sayang, dan mengembangkan hubungan yang baik di antara anggota keluarga.
Keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya mengembangkan pribadi anak. Perawatan orangtua yang penuh kasih sayang dan
pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan, baik agama maupun sosial budaya yang diberikannya merupakan faktor yang kondusif untuk mempersiapkan anak
menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang sehat Syamsu Yusuf, 2009:37. Hubungan cinta kasih dalam keluarga tidak sebatas perasaan, akan tetapi
juga menyangkut pemeliharaan, rasa tanggung jawab, perhatian, pemahaman, respek dan keinginan untuk menumbuhkembangkan anak. Adapula kasih sayang
orang tua yang salah, yaitu mengharapkan kesenangan dan kepuasan bagi dirinya dari anak-anaknya. Akhirnya, tidak jarang orang tua yang memaksa anaknya
memilih sekolah atau jabatan tertentu sesuai dengan kehendaknya. Akibatnya, banyak anak yang gagal dalam mencapai cita-citanya yang mengakibatkan
kekecewaan pula bagi orang tuanya. Cara mendidik yang demikian dapat membuat anak-anak merasa tidak nyaman, kurang percaya diri, sulit beradaptasi
dan sulit mengambil keputusan sendiri karena merasa tertekan oleh kehendak orang tuanya.
Hendaknya tuntutan orang tua jangan terlalu berat bagi anak-anak. Dalam hal ini, orang tua perlu mengingat dan menyesuaikan perkembangan anak-anak.
Mendidik anak-anak itu harus disesuaikan dengan bakat dan kemampuan anak- anak itu sendiri, disamping mengingat kemampuan dan keinginan orang tua.
Dalam hal ini, bukan anak-anak yang harus menyesuaikan diri dengan cita-cita orang tua, melainkan sebaliknya.
Banyak orang yang mempunyai penilaian bahwa dunia kerja sangat erat kaitannya dengan lingkungan, pergaulan, tugas-tugas dari pekerjaan yang
membutuhkan kesiapan mental fisik atau psikis yang baik, kemampuan untuk berkomunikasi dan segala sesuatu yang membutuhkan keseriusan dan kemampuan
khusus. Salah satu kemampuan khusus yang harus dimiliki oleh seseorang calon pencari kerja adalah kemampuan atau kesiapan mental. Seseorang yang
mempunyai kematangan mental yang baik akan dapat membangkitkan kepercayaan diri
self-efficacy
atau keyakinan dirinya dalam menghadapi lingkungan baru dimana siswa akan bekerja.
Salah satu kondisi internal yang mempengaruhi kesiapan kerja individu adalah
self-efficacy
. Daniel 2012:266 menyebutkan bahwa
self-efficacy
dapat memengaruhi pilihan orang tentang tujuannya, upaya dan ketekunan untuk
mencapai tujuan, emosi selama mengerjakan tugas, serta keberhasilan mengatasi masalah. Sehingga agar siap memasuki dunia kerja diperlukan
self-efficacy
yang baik dalam diri siswa. Siswa yang berhasil mengenal kemampuan diri, akan
merasa yakin dalam menghadapi dunia kerja. Berikut data observasi yang dilakukan untuk mengetahui tingkat
keyakinan diri
self-efficacy
siswa kelas XII Akuntansi SMK Negeri 1 Kebumen
untuk menghadapi dunia kerja:
Tabel 1.5 Data Observasi Awal
Self-efficacy
Siswa Program Keahlian Akuntansi SMK N 1 Kebumen Tahun 2015
SKOR KATEGORI
JUMLAH PRESENTASE
15 SANGAT BAIK
1 1
12 sd 14 BAIK
56 35
9 sd 11 CUKUP BAIK
96 61
6 sd 8 TIDAK BAIK
5 3
3 sd 5 SANGAT TIDAK BAIK
JUMLAH 158
100 Rata-rata
12 Kategori
BAIK Sumber: Observasi awal, diolah tahun 2016
Dari data observasi di atas dapat diketahui sebanyak 96 61 dari 158 siswa mempunya tingkat keyakinan diri
self-efficacy
yang cukup baik, artinya masih banyak siswa yang belum cukup yakin akan kemampuannya dalam
menghadapi dunia kerja. Hal tersebut dilihat dari indikator kepercayaan diri, mengenali kemampuan diri sendiri, serta pengendalian emosi. Dari hasil observasi
awal yang menunjukkan bahwa
self-efficacy
siswa masih berada pada kategori cukup, maka seharusnya hal tersebut dapat diperbaiki untuk dapat mendukung
kesiapan kerja siswa. Seseorang yang mempunyai
self-efficacy
rendah kurang mengetahui seberapa besar kemampuannya dalam menghadapi dunia kerja.
Self-efficacy
yang kuat dalam diri individu mendasari pola pikir, perasaan dan dorongan dalam
dirinya untuk merefleksikan segenap kemampuan yang individu miliki. Hal tersebut juga didukung dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Yudi
Ganing Dwi Utami dan Hudaniah 2013 di SMK Negeri 5 Malang menunjukkan bahwa ada pengaruh
self-efficacy
terhadap kesiapan kerja sebesar 45,6.
Dunia kerja berbeda dengan dunia akademis, kehidupan keras, dan tanggung jawab yang harus kita emban sangatlah jauh dari kehidupan saat kita
masih di bangku sekolah.
Self-efficacy
juga dapat memberikan pijakan yang kuat bagi individu untuk mengevaluasi dirinya agar mampu menghadapi tuntutan
pekerjaan dan persaingan secara dinamis. Penilaian seseorang terhadap kemampuan dirinya yang dimiliki
self-efficacy
mempunyai peran yang sangat penting dalam proses perkembangan individu, khususnya terkait dengan
kemampuan dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi.
Self-efficacy
dalam penelitian ini bukan di posisikan dalam variabel dependen, melainkan menjadi variabel intervening yang menjembatani pengaruh
praktik kerja lapangan PKL dan lingkungan. Bandura dalam Cecilia 2006:4
self-efficacy
sebagai
judgment
individu atas kemampuan mereka untuk mengorganisasikan dan melakukan serangkaian tindakan yang diperlukan untuk
mencapai tingkat kinerja yang ditentukan.
Self-efficacy
bisa dijadikan sebagai dorongan dalam diri siswa untuk menyegerakan usahanya untuk mencapai suatu
tujuan yang telah diterapkan. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul
“Pengaruh Praktik Kerja Lapangan PKL, Lingkungan Keluarga, dan
Self-Efficacy
terhadap Kesiapan Kerja Siswa Kelas XII Program Keahlian Akuntansi SMK Negeri 1 Kebumen Tahun
Ajaran 20152016”.
1.2 Perumusan Masalah