Analisis Skala Usaha Return to Scale 1.32 Nilai RC atas Biaya Total 1.01 1.27

80 meningkatkan hasil produksi sebesar 0.778 persen cateris paribus. Nilai elastisitas faktor produksi tenaga kerja sebesar 0.778 menunjukkan bahwa tenaga kerja yang digunakan berada pada daerah II, yaitu daerah rasional karena memiliki nilai yang berada diantara antara nol dan satu 0 E p 1. Hipotesisnya adalah semakin banyak penggunaan tenaga kerja yang digunakan maka akan meningkatkan hasil produksi tanaman padi. Berdasarkan hasil uji-t, tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap hasil produksi benih padi varietas ciherang yang diproduksi oleh petani penangkar benih pada tingkat kepercayaan 99 persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa tenaga kerja memiliki faktor positif terhadap hasil produksi benih padi varietas ciherang yang dilakukan oleh petani penangkar benih, diduga berdasarkan keterampilan tenaga kerja yang dimiliki dan pengalaman yang dimiliki tenaga kerja tersebut didalam memproduksi benih padi varietas ciherang.

6.5. Analisis Skala Usaha Return to Scale

Hasil pengujian skala usaha, didapatkan bahwa penggunaan pupuk urea dan pupuk NPK berada pada kondisi decreasing returns to scale daerah III, artinya bahwa proporsi penambahan penggunaan pupuk urea sebesar 1 persen, maka akan menyebabkan penurunan tambahan produksi sebesar 0,001 persen, dan penambahan penggunaan pupuk NPK sebesar 1 persen, maka akan menyebabkan penurunan tambahan produksi sebesar 0,015 persen. Apabila terus meningkatkan input produksi pupuk urea dan NPK, maka akan merugikan bagi petani yang berproduksi. Penggunaan pupuk NPK seharusnya tidak digunakan didalam berproduksi apabila sudah menggunakan pupuk urea. Karna kandungan pupuk urea sudah terdapat didalam pupuk NPK dan hal tersebut merupakan pemborosan didalam berproduksi. Sedangkan untuk penggunaan input produksi seperti pupuk TSP, obat-obatan, dan tenaga kerja berada pada kondisi increasing returns to scale daerah I, artinya bahwa petani penangkar masih dapat ditingkatkan pemakaian input produksi seperti pupuk TSP, obat-obatan, dan tenaga kerja.

6.6. Analisis Pendapatan Usahatani

Analisis pendapatan usahatani menunjukkan struktur biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang didapatkandiperoleh dari usahatani yang di 81 jalani oleh petani penangkar benih varietas ciherang. Adapun mengenai hasil panen total benih padi yang di produksi pada lahan kerjasama milik PT. SHS dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Hasil Produksi Benih Padi Musim Tanam 20102011 di PT. SHS Nama Wilayah Varietas Luas Lahan Ha GKP Kg Produktivitas Swakelola Ciherang 335.79 1.048.373 3.122 Inpari 1 199.60 918.586 4.602 Inpari 13 39.77 213.972 5.380 Inpago 3 SHS 128.29 380.847 2.969 Jumlah 703.45 2.348,020 Kerjasama Ciherang 1.658,90 8.999.532 5.425 Inpari 1 113.03 520,159 4.602 Situbagendit 190.03 743,308 3.912 IR-64 207.46 n n Mekongga 46.99 n n Inpara 3 46.54 n n Cigeulis 20.20 n n Jumlah 2.283,15 10.262.999 Sumber : Data Diolah Keterangan : n = Belum Panen Berdasarkan Tabel 19, diketahui bahwa total panen benih padi varietas ciherang adalah 8.999.532 Kg atau sebanyak ± 9.000 ton benih dengan produktivitas rata sebesar 5.425 Kgha atau sebesar 5,4 TonHa. Hasil panen musim tanam 20102011 meningkat dari musim tanam sebelumnya. Peningkatan produktivitas dari musim tanam sebelumnya adalah sebesar 2,6 TonHa.

6.6.1. Analisis Penerimaan Usahatani Produksi Benih Padi Varietas Ciherang

Penerimaan usahatani pada musim tanam 20102011 pada bulan maret sampai bulan april 2011 di analisis untuk perhitungan satu kali musim tanam empat bulan dan luas lahan yang dipergunakan adalah luas lahan yang dibagi menjadi empat yaitu luas lahan 1 hektar, luas lahan rata-rata 1,1-1,5 hektar, luas lahan rata-rata 1,6-2 hektar, dan luas lahan rata-rata 2,1 hektar. Total produksi berdasarkan luasan lahan dikalikan dengan harga rata-rata yang berlaku pada bulan tersebut yang ditetapkan berdasarkan rata-rata harga yang berlaku di tiga titik lokasi daerah yang berdekatan dengan area PT. SHS sesuai harga pasaran setiap minggunya dan disepakati oleh kedua belah pihak yaitu petani penangkar benih dan PT. SHS. Adapun mengenai penerimaan 82 usahatani produksi benih padi varietas ciherang yang dilakukan oleh para petani penangkar benih dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21. Penerimaan Usahatani Produksi Benih Padi Verietas Ciherang Oleh Petani Penangkar Benih Penerimaan Usahatani Petani Penangkar Benih Padi Varietas Ciherang Komponen Rata-rata Jumlah Fisik Total Kg Harga Pokok Produksi Rp Rata-rata Harga Satuan Rp Margin Keuntungan per Kg Rp Rata-rata Nilai Produksi Rp Benih Padi Var. Ciherang dengan Luas Lahan rata-rata 1 Hektar 5.762 2.685 3.202 517 18.449.924 Benih Padi Var. Ciherang dengan Luas Lahan rata-rata 1,1-1,5 Hektar 6.796 3.167 3.202 35 21.760.792 Benih Padi Var. Ciherang dengan Luas Lahan rata-rata 1,6-2 Hektar 10.965 2.578 3.202 624 35.109.930 Benih Padi Var. Ciherang dengan Luas Lahan rata-rata 2,1 Hektar 12.564 2.523 3.202 679 40.229.928 Harga beli rata-rata PT. SHS di dalam membeli hasil panen benih sebar yang diproduksi oleh petani penangkar benih pada musim tanam 20102011 adalah sebesar Rp 3.202 per Kg benih sebar yang nantinya akan dijadikan sebagai calon benih yang dikomersialkan oleh PT. SHS. Margin keuntungan rata-rata yang didapatkan oleh petani penangkar adalah sebesar Rp 464 per Kg. Luasan lahan rata-rata 1 Ha mendapatkan margin keuntungan sebesar Rp 517 per Kg benih padi yang dihasilkan. Untuk luas lahan rata-rata 1,1-1,5 Ha memiliki margin keuntungan yang didapatkan oleh petani penangkar sebesar Rp 35 per Kg, kecilnya margin yang didapatkan dikarenakan banyaknya tenaga kerja yang digunakan bersifat borongan dan acuan penggunaan borongan masuk kedalam perhitungan borongan untuk luasan lahan 2,1 Ha apabila petani mengelola lebih dari 1 Ha. Sedangkan untuk margin keuntungan dengan luasan lahan rata-rata 1,6- 2 Ha sebesar Rp 624 per Kg, dan selisih margin keuntungan per kilogram untuk luasan lahan rata-rata 2,1 Ha adalah Rp 679.

6.6.2. Analisis Biaya Usahatani Produksi Benih Padi Varietas Ciherang

Komponen biaya usahatani produksi benih padi varietas ciherang terbagi menjadi biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Biaya tunai terdiri dari tenaga kerja pengolahan lahan, persemaian, penampingan, pemopokan, peleleran, penyiangan, 83 penyulaman, pemupukan, pemberian obat-obatan, panen, pupuk urea, TSP, dan NPK, obat-obatan, dan biaya lain-lain. Sedangkan biaya diperhitungkan terdiri tenaga kerja dalam keluarga dan penyusutan nilai peralatan. Proporsi penggunaan biaya yang paling besar dilakukan oleh petani penangkar benih padi varietas ciherang adalah dari biaya tunai. Adapun mengenai analisis biaya usahatani dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22. Analisis Biaya Usahatani Produksi Benih Padi Verietas Ciherang Oleh Petani Penangkar Benih Berdasarkan Luasan Lahan Pendapatan Usahatani Petani Penangkar Benih Padi Varietas Ciherang Komponen Rata-rata Nilai Produksi Rp Luas Lahan 1 Ha Rata-rata Nilai Produksi Rp Luas Lahan 1,1-1,5 Ha Rata-rata Nilai Produksi Rp Luas Lahan 1,6-2 Ha Rata-rata Nilai Produksi Rp Luas Lahan 2,1 Ha PENERIMAAN Benih Padi Fisik 5.762 6.796 10.965 12.564 Benih Padi Rp 18.449.924 21.760.792 35.109.930 40.229.928 Total Penerimaan 18.449.924 21.760.792 35.109.930 40.229.928 PENGELUARAN Biaya Tunai Tenaga Kerja 2.878.106 4.064.289 5.676.097 6.903.326 Pupuk 1.043.337 1.738.118 1.799.535 2.061.336 Obat-obatan 1.074.275 1.718.840 1.933.695 2.148.550 Biaya Lain-lain 161.848 161.848 161.848 161.848 Sewa Lahan 3.842.400 5.597.096 7.476.670 9.112.892 Penyusutan Alat 21.789 30.538 24.900 15.350 Benih Pokok 187.500 273.150 364.875 444.600 Penanaman dan Pemanenan 3.073.920 3.627.866 5.853.256 5.103.988 Pengairan 80.050 116.617 155.777 189.815 Biaya Operasional Kerjasama 130.000 189.400 252.998 308.263 Biaya Modal Panen 1.500.000 2.185.385 2.919.205 3.556.875 Total Biaya Tunai Rp 13.993.225 19.703.147 26.618.857 30.006.843 Biaya Diperhitungkan Tenaga Kerja dalam keluarga 1.456.000 1.792,000 1,624,000 1.680.000 Penyusutan Alat 20.943 27.323 24,900 15.350 Total Biaya Diperhitungkan Rp 1.476.943 1.819.323 1.648.900 1.695.350 Total Biaya 15.470.168 21.522.470 28.267.757 31.702.193 Pendapatan atas Biaya Tunai Rp 4.456.699 2.057.645 8.491.073 10.223.085 Pendapatan atas Biaya Total Rp 2.979.756 238.322 6.842.173 8.527.735 Nilai RC atas Biaya Tunai 1.32

1.10 1.32

1.34 Nilai RC atas Biaya Total

1.19 1.01

1.24 1.27

84 Adapun mengenai penyebab besarnya biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani terkait dengan komponen sewa lahan, tenaga kerja, dan biaya penanaman dan pemanenan. Biaya tunai yang harus dikeluarkan oleh para petani penangkar benih untuk luasan lahan rata-rata 1 Ha adalah Rp 13.993.225, sedangkan biaya tunai akan terus meningkat seiring peningkatan luasan lahan. Hal tersebut terlihat berdasarkan adanya peningkatan penggunaan jumlah input produksi dengan total biaya tunai untuk luasan rata-rata 2,1 Ha adalah sebesar Rp 30.006.843. 6.6.3. Analisis Imbangan Biaya Penerimaan dan Biaya RC Berdasarkan hasil analisis yang didapatkan bahwa pendapatan petani penangkar benih atas biaya tunai dengan luasan lahan rata-rata 1 Ha adalah sebesar Rp 4.456.999. pendapatan petani atas biaya tunai akan meningkat seiring meningkatnya luas area produksi yang dikelola. Hal tersebut terlihat bahwa pendapatan atas biaya tunai petani dengan luasan lahan rata-rata 2,1 Ha adalah sebesar Rp 10.223.086. Pendapatan bersih milik petani yang didapatkan didalam memproduksi benih padi pendapatan atas biaya total dengan luas lahan rata-rata 1 Ha adalah sebesar Rp 2.979.756, sedangkan untuk luasan lahan rata-rata 1,1-1,5 Ha hanya sebesar Rp 238.322. hal tersebut dikarenakan para petani lebih banyak menggunakan tenaga kerja yang terlalu berlebihan. Alasannya adalah banyaknya tenaga kerja yang digunakan bersifat borongan dan acuan penggunaan borongan masuk kedalam perhitungan borongan untuk luasan lahan rata-rata 2,1 Ha apabila petani mengelola lebih dari 1 Ha. Adapun mengenai analisis imbangan biaya penerimaan dan biaya dapat dilihat pada Tabel 23. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan maka diperoleh nilai Imbangan Biaya Penerimaan dan Biaya RC tunai usahatani petani penangkar benih didalam memproduksi benih padi varietas ciherang adalah sebesar 1,32 untuk luasan lahan 1 Ha yang artinya adalah untuk setiap biaya yang dikeluarkan petani penangkar benih sebesar Rp 1,- maka petani penangkar benih tersebut akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 1,32. Nilai RC atas biaya tunai yang didapatkan meningkat seiring peningkatan luas area yang dikelola. Nilai imbangan biaya penerimaan dan biaya RC total usahatani petani penangkar benih didalam memproduksi benih padi varietas ciherang adalah 85 sebesar 1,19 untuk luasan lahan rata-rata 1 Ha yang artinya adalah untuk setiap biaya yang dikeluarkan petani penangkar benih sebesar Rp 1,- maka petani penangkar benih tersebut akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 1.19. nilai RC atas biaya total akan terus meningkat seiring peningkatan luas area yang dikelola. Tabel 23. Analisis Imbangan Biaya Penerimaan dan Biaya Analisis Imbangan Biaya Penerimaan dan Biaya Komponen Rata-rata Nilai Produksi Rp Luas Lahan 1 Ha Rata-rata Nilai Produksi Rp Luas Lahan 1,1-1,5 Ha Rata-rata Nilai Produksi Rp Luas Lahan 1,6-2 Ha Rata-rata Nilai Produksi Rp Luas Lahan 2,1 Ha Penerimaan 18.449.924 21.760.792 35.109.930 40.229.928 Pengeluaran Biaya Tunai 13.993.225 19.703.147 26.618.856 30.006.842 Biaya Diperhitungkan 1.476.943 1.819.323 1.648.900 1.695.350 Total Biaya 15.470.168 21.522.470 28.267.756 31.702.192 Pendapatan atas Biaya Tunai Rp 4.456.699 2.057.645 8.491.074 10.223.086 Pendapatan atas Biaya Total Rp 2.979.756 238.322 6.842.174 8.527.736 Nilai RC atas Biaya Tunai 1.32

1.10 1.32

1.34 Nilai RC atas Biaya Total

1.19 1.01

1.24 1.27

Berdasarkan hasil analisis kedua nilai imbangan biaya penerimaan dan biaya RC memiliki nilai lebih dari 1 1, maka dapat disimpulkan bahwa usahatani para petani penangkar benih didalam memproduksi benih padi varietas ciherang tersebut layak untuk diusahakan. 6.7 Analisis Korelasi Atribut Karakteristik Umum Petani Penangkar Benih Padi Varietas Ciherang Terhadap Produksi Atribut karakteristik umum yang dimiliki petani penangkar benih tersebut yaitu meliputi usia, pendidikan, pengalaman, pelatihan, jumlah tanggungan, dan pendapatan. Adapun mengenai hasil analisis korelasi atribut karakteristik umum petani penangkar benih padi varietas ciherang terhadap produksi dapat dilihat pada Tabel 23 Berdasarkan Tabel 24 didapatkan bahwa karakteristik umum yang dimiliki petani penangkar benih berupa pelatihan, jumlah tanggungan, dan pendapatan dapat mempengaruhi produksi benih yang dilakukan oleh petani penangkar benih, 86 sedangkan usia, pendidikan, dan pengalaman tidak berpengaruh terhadap produksi. Tabel 24. Analisis Korelasi Atribut Karakteristik Umum Petani Penangkar Benih Padi Varietas Ciherang Terhadap Produksi PRODUKSI Faktor Keterangan Nilai Korelasi Usia Correlation Coefficient 0.094 Sig. 2-tailed 0.351 N 100 Pendidikan Correlation Coefficient 0.156 Sig. 2-tailed 0.121 N 100 Pengalaman Correlation Coefficient -0.055 Sig. 2-tailed 0.587 N 100 Pelatihan Correlation Coefficient -0.301 Sig. 2-tailed 0.002 N 100 Jumlah tanggungan Correlation Coefficient -0.198 Sig. 2-tailed 0.049 N 100 Pendapatan Correlation Coefficient 0.709 Sig. 2-tailed 0.000 N 100 Sumber : Data Diolah Keterangan : = Correlation is significant at the 0.05 level 2-tailed = Correlation is significant at the 0.01 level 2-tailed Banyaknya pelatihan yang diikuti oleh petani penangkar benih dalam satu tahun mayoritas mengikuti pelatihan sebanyak 10 kalitahun sebanyak 89 orang atau 89 persen dari total petani penangkar benih yang dijadikan sebagai responden. Adapun mengenai hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 24. Berdasarkan hasil yang didapatkan bahwa pelatihan produksi memiliki nilai r s p-value pada kolom Sig.2-tailed level of significant ĮDWDX 0.01, maka terima H 1 dan tolak H . Artinya adalah terdapat hubungan nyata atribut pelatihan produksi terhadap produksi benih pada taraf nyata satu persen, namun memiliki korelasi yang negatif. Artinya adalah semakin sedikit pelatihan produksi yang diikuti, maka semakin meningkat hasil produksi benih yang dilakukan oleh petani penangkar benih. Para petani penangkar mengatakan bahwa mereka mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh PT. SHS dalam keadaan terpaksa, alasannya adalah apabila para petani penangkar tidak mengikuti pelatihan yang diselenggarakan 87 oleh PT. SHS maka para petani penangkar yang tidak mengikuti pelatihan untuk musim tanam berikutnya tidak diperbolehkan untuk mengelola area produksi atau dengan kata lain tidak bisa bergabung kedalam kemitraan yang terjalin antara PT. SHS dengan para petani penangkar benih selaku mitra. Banyaknya jumlah tanggungan terhadap produksi memiliki nilai r s p- value pada kolom Sig.2-tailed level of significant ĮDWDXPDND terima H 1 dan tolak H . Artinya adalah terdapat hubungan nyata atribut pelatihan produksi terhadap produksi benih pada taraf nyata lima persen, dan hubungan yang didapatkan memiliki korelasi yang negatif. Artinya adalah semakin sedikit jumlah tanggungan petani penangkar benih, maka semakin banyak hasil produksi yang dimiliki oleh petani penangkar benih. Para petani penangkar mengatakan bahwa seringkali biaya memproduksi benih terpakai untuk mencukupi kebutuhan rumah tangganya, sehingga penggunaan input produksi seringkali dikurangi porsi penggunaannya dikarenakan kekurangan modal untuk memproduksi Pendapatan perbulan yang dimiliki petani penangkar benih rata-rata ” juta sampai 1,9 Jutabulan atau sebanyak 56 persen. Berdasarkan hasil yang didapatkan bahwa pendapatan memiliki nilai r s p-value pada kolom Sig.2- tailed level of significant ĮDWDXPDNDWHULPD+ 1 dan tolak H . Artinya adalah terdapat hubungan nyata atribut pendapatan terhadap produksi pada taraf nyata satu persen. Dari hasil yang didapatkan bahwa pendapatan memiliki korelasi yang positif terhadap produksi . Artinya adalah semakin tinggi pendapatan yang diperoleh petani, maka semakin tinggi hasil produksi yang diperoleh petani penangkar benih. 88 VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan