13 kelemahan dan kelebihan, sehingga dengan adanya kemitraan yang terjalin
tentunya akan saling melengkapi. Melihat definisi dasar tersebut, maka didapatkan bahwa Kemitraan petani
penangkar benih adalah suatu ikatan perjanjian kerjasama antara petani sebagai penangkar benih dengan perusahaan benih milik pemerintah ataupun swasta lokal
dan luar negeri di dalam memproduksi benih, dimana terkandung makna saling menguntungkan dan saling membutuhkan terkait keterbatasan lahan dan
sumberdaya manusia.
2.5. Produksi Benih Padi
Rahim dan Hastuti 2008, mengatakan bahwa produksi komoditas pertanian dapat dinyatakan sebagai suatu perangkat prosedur dan kegiatan yang
terjadi di dalam menghasilkan komoditas berupa suatu kegiatan usahatani maupun usaha lainnya. Proses produksi komoditas pertanian atau disebut juga budidaya
tanaman merupakan proses usaha bercocok tanam budidaya di lahan untuk menghasilkan bahan segar raw material, dimana bahan segar tersebut nantinya
akan dijadikan bahan baku setengah jadi work in process atau barang jadi finished product. Di dalam proses produksi di lahan, dapat menggunakan faktor-
faktor produksi seperti lahan, tenaga kerja, modal, pupuk, pestisida, teknologi, dan manajemen.
Berdasarkan beberapa penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa produksi benih padi adalah seperangkat proses kegiatan budidaya tanaman padi
dengan menggunakan berbagai kombinasi input dan teknologi yang tersedia dengan menggunakan benih indukan parent seed berkualitas dan bermutu tinggi
untuk menghasilkan output berupa benih padi bersertifikat sesuai dengan ketentuan standar mutu yang telah ditetapkan oleh BPSB.
2.6. Penelitian Terdahulu
Lestari 2009, melakukan penelitian yang berkaitan terhadap pendapatan dan kepuasan peternak plasma didalam bermitra. Berdasarkan hasil mengenai
karakteristik responden, didapatkan bahwa didapatkan mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki 94 persen, berusia 25-35 tahun 54 persen,
menempuh pendidikan SMA 52 persen, jumlah tanggungan keluarga 1-2 orang
14 42 persen, jumlah ternak yang dipelihara antara 2.000-10.000 ekor 84 persen,
peternak memiliki pekerjaan diluar usaha ternak ayam 52 persen, pengalaman beternak kurang dari lima tahun 62 persen, status kepemilikan lahan milik
sendiri 96 persen, alasan beternak ayam karena sebagai pekerjaan utama 44 persen, alasan bermitra dengan PT. X adalah untuk meningkatkan keuntungan
58 persen, lama bermitra dengan perusahaan PT. X selama satu tahun 36 persen, sumber informasi mengenai PT. X didapatkan langsung dari pihak
perusahaan 48 persen, dan manfaat yang diperoleh dengan kemitraan adalah resiko usaha rendah 30 persen. Peternak yang memproduksi skala besar
mendapatkan RC rasio sebesar 1,066, sedangkan peternak yang memproduksi dalam skala sedang memperoleh nilai RC rasio 1,069, maka didapatkan bahwa
skala usaha tidak menjadi jaminan akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar.
Femina 2006, melakukan penelitian yang berkaitan dengan dampak kebijakan harga gabah terhadap produksi padi di pulau jawa. Penelitian tersebut
menggunakan persamaan simultan untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi di pulau jawa. Hasil penelitian yang dilakukan,
maka didapatkanlah faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi dimana memiliki variabel independen seperti harga dasar gabah, harga dasar pupuk urea,
dan luas areal padi. Respon mengenai luas areal panen padi dalam jangka pendek inelastis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Disti 2006, melakukan penelitian dengan judul Analisa pendapatan dan efisiensi produksi usahatani program pengelolaan tanaman dan sumberdaya
terpadu PTT. Hasil yang didapatkan bahwa berdasarkan evaluasi program PTT, maka teknologi yang masih digunakan oleh petani adalah penggunaan organic
padat dan efisiensi penggunaan urea, SP36, dan phonska berdasarkan pupuk berimbang. Berdasarkan hasil perbandingan tingkat pendapatan, bahwa
penggunaan faktor produksi usahatani masih dapat ditingkatkan, alasannya adalah ditunjukkan oleh nilai RC rasio atas biaya tunai lebih besar dibandingkan dengan
biaya aktual. Rohela 2008, melakukan penelitian yang berjudul Dampak program
peningkatan produksi beras nasional P2BN terhadap pendapatan petani. Hasil
15 penelitian yang dilakukan adalah apabila dilihat dari bilai RC rasio yang
didapatkan bahwa nilai RC rasio petani program lebih tinggi apabila dibandingkan dengan petani non program. Berdasarjan hasil analisis pendapatan
usahatani bahwa petani padi program P2BN lebih tinggi yaitu sebesar 5.757 kgHa. Dalam pengujian efektif tidaknya program P2BN dalam meningkatkan
pendapatan petani maka dilakukan analsisi regresi berganda dalam mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani dengan variabel independen
yang dimiliki antara lain adalah biaya tenaga kerja, biaya saprodi, hasil produksi. Harga jual. Variabel dependennya adalah pendapatan petani, dengan dummy D
1
untuk petani yang berpendidikan SMP, D
2
utnuk petani yang berpendidikan SMA, D
3
untuk petani lahan sendiri, dan D
4
untuk petani peserta program P2BN. Penelitian berjudul Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi
Benih Padi Varietas Ciherang Studi Kasus : Petani Penangkar Benih PT. Sang Hyang Seri Persero Regional Manager RM I Unit Bisnis Daerah UBD
Khusus Sukamandi, Subang – Jawa Barat memiliki persamaan dan perbedaan Persamaan dengan Lestari, Disti, dan Rohela adalah didalam menganalisa
pendapatan yang didapatkan oleh petani, sedangkan persamaan dengan femina adalah didalam menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi.
Persamaannya secara umum adalah terdapat beberapa kesamaan komoditi yang digunakan, menganalisis gambaran umum kemitraan, karakteristik responden,
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi. Perbedaan penelitian yang dilakukan dengan penelitian sebelumnya adalah lebih spesifik terhadap
produksi benih dengan spesifik penggunaan varietas ciherang dan masalah yang diteliti berbeda.
16
III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Pendapatan Usahatani