Gambar 2.5 Venturimeter Dilengkapi Manometer
Gambar 2.6 Venturimeter Tanpa Dilengkapi Manometer
c Tabung Pitot
Tabung pitot adalah alat yang digunakan untuk mengukur laju aliran gas.
41
Gambar 2.6 menunjukan sebuah tabung pitot.
Gambar 2.7 Tabung Pitot Dilengkapi Manometer
d Alat Penyemprot
Pada alat penyemprot bekerja dengan menggunakan Hukum Bernoulli. Apabila pengisap ditekan, udara keluar dengan cepat melalui lubang sempit pada
ujung pompa. Gambar 2.8 menunjukkan gambar alat penyemprot.
42
Gambar 2.8 Alat Penyemprot Menerapkan Hukum Bernoulli
41
Yayan, Ibid., h. 183.
42
Yayan, Ibid., h. 184.
e Gaya Angkat Sayap Pesawat Terbang
Pesawat tebang dapat terangkat ke atas jika gaya angkat lebih besar daripada berat pesawat. Semakin besar kecepatan pesawat dan kecepatan udara,
akan menyebabkan bertambah besar gaya angkatnya. Demikian juga makin besar ukuran sayap akan semakin besar gaya angkatnya.
43
Pesawat terbang dapat dilihat pada Gambar 2.9 berikut.
Gambar 2.9 Pesawat Terbang Menerapkan Hukum Bernoulli
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Sebagai acuan dalam penelitian ini, ada beberapa penelitian yang berhubungan dengan modul interaktif antara lain sebagai berikut:
1. Penelitian yang dilakukan oleh T. Gok dengan penelitiannya yang berjudul
“The Effect of Problem Solving Strategies on Students, Achievement, Attitude and Motivation.
” Penelitian ini dilakukan pada siswa di Turki. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan strategi pemecahan masalah lebih
efektif meningkatkan hasil belajar siswa dari pembelajaran konvensional
44
. 2.
Penelitian yang dilakukan oleh Kokom Komariah dengan penelitiannya yang berjudul “Penerapan Metode Pembelajaran Problem Solving Model Polya
untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Bagi Siswa Kelas IX J di SMPN 3 Cimahi
”. Penelitian ini dilakukan di SMPN 3 Cimahi kelas IX J. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode pembelajaran problem
43
Marthen, Ibid., h. 165.
44
T. Gok, op.cit., p. 7.
solving model Polya dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa.
45
3. Penelitian yang dilakukan oleh Hariawan, Kamaluddin, Unggul Wahyono
dengan penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Creative Problem Solving terhadap Kemampuan Memecahkan Masalah Fisika Pada
Siswa Kelas XI SMA Negeri 4 Palu ”. Penelitian ini dilakukan di SMAN 4
Palu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran creative problem solving dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah fisika
siswa.
46
4. Penelitian yang dilakukan oleh Maulidi Rahmat, Muhardjito, dan Siti
Zulaikah dengan penelitiannya yang berjudul “Kemampuan Pemecahan
Masalah Melalui Strategi Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving
Siswa Kelas X SMA”. Penelitian ini dilakukan di SMAN 7 Malang kelas X IPA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi pembelajaran
thinking aloud pair problem solving dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa.
47
5. Penelitian yang dilakukan oleh Tofik Hidayat dengan judul penelitian
“Pengaruh Pengunaan Lembar Kerja Siswa LKS Berbasis Model Problem Solving Polya Pada Konsep Fluida Dinamis Terhadap Kemampuan
Menganalisis Siswa”. Penelitian ini dilakukan di SMAN 7 Tangerang Selatan kelas XI IPA 1 dan XI IPA 4. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa
penggunaan LKS problem solving berpengaruh positif terhadap peningkatan kemampuan menganalisis siswa.
48
6. Penelitian yang dilakukan oleh Umi Kulsum dan S. E Nugroho dengan
penelitiannya yang berjudul “Penerapan model pembelajaran cooperative
problem solving untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep dan
45
Kokom, op.cit.,h. 181.
46
Hariawan, Kamaluddin, Unggul Wahyono, Pengaruh Model Pembelajaran Creative Problem Solving terhadap Kemampuan Memecahkan Masalah Fisika pada Siswa Kelas XI SMA
Negeri 4 Palu , Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako, Vol. 1 No. 2 ISSN 2338 3240, h. 48.
47
Maulidi, op.cit., h. 108.
48
Tofik Hidayat, “Pengaruh Penggunaan Lembar Kerja Siswa LKS Berbasis Model
Problem Solving Polya Pada Konsep Fluida Dinamis Terhadap Kemampuan Menganalisis Siswa ”,
Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta , 2014, h. 78, tidak dipublikasikan.
komunikasi ilmiah siswa pada mata pelajaran fisika”. Penelitian ini dilakukan di SMAN 8 Semarang kelas XI IPA dengan metode tes dan observasi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Cooperative Problem Solving dalam pembelajaran fisika mampu meningkatkan
kemampuan pemahaman konsep dan komunikasi ilmiah siswa SMA.
49
C. Kerangka Berpikir
Proses pembelajaran fisika seharusnya dilakukan secara optimal. Namun kenyataan berbeda dengan apa yang diharapkan dilapangan. Kemampuan
sebagian siswa dalam memahami fisika masih sangat rendah, hal itu terlihat dari masih rendahnya kemampuan siswa dalam memecahkan masalah problem
solving. Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya kemampuan pemecahan masalah adalah siswa terbiasa dengan pembelajaran yang monoton dan masih
cenderung berpusat pada guru bukan pada siswa. Siswa selama ini hanya menghapal rumus-rumus tanpa tahu penerapannya pada masalah-masalah yang
ada disekitar mereka. Pembelajaran fisika yang bersifat abstrak dan banyak rumus masih sulit dipahami. Selain itu, guru cenderung sering menggunakan soal-soal
rutin dari pada menggunakan soal-soal variasi yang mengasah siswa untuk menganalisis masalah. Hal ini yang menyebabkan kurangnya kemampuan
pemecahan masalah siswa. Belajar merupakan kegiatan memperoleh informasi, pengetahuan, dan
perubahan tingkah laku ke arah lebih baik. Hal ini berarti keberhasilan dalam proses belajar untuk mencapai tujuan pendidikan sangat dipengaruhi oleh proses
belajar yang dialami siswa. Proses belajar sekarang guru dituntut merubah model atau strategi pembelajaran dari berpusat guru teacher centered ke model atau
strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa student centered sehingga tercipta hubungan harmonis antar siswa dan guru untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
49
U. Kulsum, op.cit., h. 73.
Proses pembelajaran ini terdapat unsur yang menjadi pondasi kegiatan belajar mengajar yaitu strategi belajar. Strategi belajar mencakup model
pembelajaran, metode pembelajaran, bahan ajar, dan hal lain yang mendukung pembelajaran tersebut. Salah satu model yang digunakan adalah model problem
solving. Pemecahan masalah ini menggunakan tipe Polya dengan 4 tahap yaitu memahami masalah, menyusun rencana, melaksanakan rencana dan memeriksa
kembali. Tahap pemecahan masalah ini dapat membantu siswa dengan mudah menyelesaikan permasalahan fisika baik perhitungan maupun masalah fenomena
kehidupan sehari-hari.
Pemecahan masalah secara berkelompok menuntut adanya kerjasama antar anggota kelompok, terjadinya pertukaran pendapat, saling melengkapi dan
mengoreksi solusi sehingga diperoleh solusi terbaik yang kelompok tawarkan. Model Cooperative Learning berbasis Problem Solving selalu diberikan masalah
untuk didiskusikan oleh siswa. Masalah yang dikaji ini merupakan konsep fisika yang dikaitkan dengan fenomena dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu konsep
fisika yang banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari adalah fluida dinamis, sehingga materi fisika yang digunakan dalam penelitian ini adalah fluida dinamis.
Pada kenyataannya siswa sering mengalami kesulitan dalam memahami fenomena-fenomena yang berkaitan dengan fluida dinamis.
Kesulitan siswa dalam memahami fenomena-fenomena fliuida dinamis ini menghambat siswa untuk mengatasi berbagai masalah fluida dinamis dalam
kehidupan sehari-hari. Agar siswa mampu menyelesaikan setiap permasalahan terkait materi fluida dinamis maka siswa harus memiliki pemahaman konsep yang
jelas dan bermakna karena pemahaman siswa sangat erat kaitannya dengan pola berpikir atau bernalar. Selanjutnya dengan pemahaman konsep yang dimiliki
maka siswa dapat menyelesaikan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari yang terkait dengan konsep fluida dinamis. Hasil yang diharapkan dalam
pembelajaran fisika menggunakan model cooperative learning berbasis problem solving adalah meningkatnya kemampuan pemecahan masalah siswa, sehinga
siswa dapat terbiasa menyelesaikan masalah-masalah yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari.