Model Cooperative Learning Kajian Teoritis

d. Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan: 1 urutan langkah-langkah pembelajaran syntax; 2 adanya prinsip-prinsip reaksi; 3 sistem sosial; dan 4 sistem pendukung. Keempat bagian tersebut merupakan pedoman praktis bila guru akan melaksanakan suatu model pembelajaran. e. Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran. Dampak tersebut meliputi: 1 dampak pembelajaran, yaitu hasil belajar yang dapat diukur; 2 dampak pengiring, yaitu hasil belajar jangka panjang. f. Membuat persiapan mengajar desain instruksional dengan pedoman model pembelajaran yang dipilihnya. Sintak model pembelajaran kooperatif terdiri dari 6 enam fase, keenam fase sintak tersebut dapat dilihat dalam Tabel 2. 1 berikut: 10 Tabel 2.1 Sintak Cooperative Learning FASE-FASE PERILAKU GURU Fase 1: Present goals and prepare Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan siswa siap belajar Fase 2: Present information Menyajikan informasi Mempresentasikan informasi kepada siswa secara verbal Fase 3: Organize student onto learning teams Mengorganisir siswa ke dalam tim-tim belajar Memberikan penjelasan kepada siswa tentang cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang efisien Fase 4: Assist team work and study Membantu kerja tim dan belajar Membantu timtim belajar selama siswa mengerjakan tugasnya Fase 5: Test on the materials Mengevaluasi Menguji pengetahuan siswa mengenai berbagai materi pembelajaran atau kelompok-kelompok mempresentasikan hasil kerjanya Fase 6: Provide recognition Memberikan pengakuan dan penghargaan Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan presentasi individu maupun kelompok Model pembelajaran cooperative learning tidak sama dengan sekedar belajar kelompok, tetapi ada unsur-unsur dasar yang membedakannya dengan 10 Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009, h. 56. pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Roger dan Johnson 1994 mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning, untuk itu harus diterapkan lima unsur model pembelajaran gotong royong atau lebih biasa dikenal dengan sebutan kerja kelompok di dalam suatu pembelajaran, yaitu dengan adanya rasa saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, evaluasi proses kelompok. 11 Selain itu, model cooperative learning dalam pengembangannya memiliki tujuan pencapaian antara lain mengenai hasil belajar akademik, penerimaan terhadap perbedaan individu dan pengembangan keterampilan sosial. Perbandingan Pembelajaran Kooperatif dan Pembelajaran Tradisional Perbandingan pembelajaran kooperatif dan pembelajaran tradisional dapat dilihat dalam Tabel 2. 2 berikut: Tabel 2.2 Perbandingan Pembelajaran Kooperatif dan Pembelajaran Tradisional Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran Tradisional Interpedensi positif dengan prosedur- prosedur yang terstruktur jelas positive interpedence with structured Tidak ada interpedensi positif no positive interpedence Akuntabilitas individu atas pembagian kerja kelompok a clear accountability for their individual’s share of the group work Tidak ada akuntabilitas atas pembagian kerja kelompok no accountability for individual share of the group’s work Relatif menekankan kelompok yang terdiri dari siswa dengan level kemampuan yang berbeda heterogeneous ability grouping Cenderung menekankan kelompok yang terdiri dari siswa dengan level kemampuan yang setara homogeneous ability grouping Saling berbagi peran kepemimpinan sharing of leadership roles Jarang menunjukkan pemimpin kelompok few being appointed or put in charge of the group Masing-masing anggota saling menshare tugas pembelajaran dengan anggota yang lain sharing of the appointed learning task Masing-masing anggota jarang membantu anggotanya yang lain untuk belajar each seldom responsible for others’ learning 11 Anita Lie, Kooperatif Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas, Jakarta: Grasindo, 2007, h. 17. Bertujuan memaksimalkan pembelajaran setiap anggota kelompok aiming to develop each member’s learning to the maximum Fokus hanya untuk menyelesaikan tugas focusing only on accomplishing the assigments Menjaga relasi kerja sama yang baik maintaining of good working relationships Acap kali mengabaikan relasi kerja sama yang baik frequen neglect of good working relationship Mengajarkan keterampilan bekerja sama yang efektif teaching of collaborate skills Menganggap semua siswa bisa bekerja sama dengan baik assuming that students already have the required skills Observasi guru pada kualitas teamwork siswa teachers observation of students teamwork Jarang ada observasi dari guru little teacher observation Merancang prosedur-prosedur yang jelas dan mengalokasikan waktu yang memadai untuk pemrosesan kelompok structuring of the procedures and time for the processing Jarang merancang prosedur dan mengalokasikan waktu untuk pemrosesan kelompok rare structuring of procedures and time for the processing

2. Problem Solving

Hanlie Murray, Alwyn Olivier, dan Piet Human 1998 menjelaskan bahwa pembelajaran penyelesaian masalah merupakan salah satu dasar teoritis dari berbagai strategi pembelajaran yang menjadikan masalah problem sebagai isu utamanya. 12 Pembelajaran dengan problem solving pemecahan masalah adalah suatu kegiatan yang didesain oleh guru dalam rangka memberi tantangan kepada siswa melalui penugasan atau pertanyaan yang sesuai dengan materi yang di berikan sedang siswa mendesain sendiri cara pemecahannya. Fungsi guru dalam kegiatan itu adalah memotivasi siswa agar mau menerima tantangan dan membimbing siswa dalam proses pemecahannya. Masalah yang diberikan harus masalah yang pemecahannya terjangkau oleh kemampuan siswa. Problem Solving adalah suatu proses di mana individu mengidentifikasi suatu situasi bermasalah, memformulasikan ekspansi tentatif atau hipotesis, 12 Miftahul Huda, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2014, h. 273 memverifikasi hipotesis tentatif tersebut dengan mengumpulkan dan mengevaluasi data, dan menyatakan kembali hipotesis hingga menjadi suatu generalisasi. Pengajaran berdasarkan pemecahan masalah problem solving tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Grabowski, Koszalka Mccarth 1998 menyatakan siswa diperkenalkan kepada permasalahan dunia nyata dan didorong untuk mendalaminya, mengetahui tentang permasalahan tersebut, sehingga siswa dapat mengambil kesimpulan sendiri atas situasi yang sedang terjadi, dan akhirnya siswa dapat menemukan pemecahan untuk masalah tersebut. 13 Pengajaran berdasarkan pemecahan masalah problem solving dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, memecahkan masalah dan keterampilan intelektual; belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi dan menjadi pebelajar yang otonom dan mandiri. Dengan problem solving siswa belajar untuk mengembangkan pola pikirnya. Keunggulan strategi problem solving sebagai berikut: 1 teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran; 2 dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa; 3 dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa; 4 dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata; 14 5 dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dunia kerja; 6 dapat membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil, apabila menghadapi permasalahan dalam kehidupan dalam keluarga, bermasyarakat dan bekerja kelak; suatu kemampuan yang sangat bermakna bagi kehidupan manusia; 7 dapat merangsang pengembangan kemampuan siswa secara kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses belajar, siswa banyak melakukan proses mental dengan 13 Marthinis Yamin, Paradigma Baru Pembelajaran Jakarta: Gaung Persada Press, 2011, h.30. 14 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009, h. 218. menyoroti permasalahan dari berbagai segi dalam rangka mencari pemecahannya. 15 Model problem solving juga memiliki kelemahan, diantaranya: 1 manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka siswa akan enggan untuk mencoba; 2 membutuhkan cukup waktu untuk persiapan; 3 tanpa pemahaman mengapa siswa berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka siswa tidak akan belajar apa yang ingin mereka pelajari. 16 Pendapat lainnya adalah model pemecahan masalah yang dikemukakan oleh Solso. Menurut Solso ada enam langkah dalam pemecahan masalah, yaitu: 17 1 Identifikasi permasalahan identification problem 2 Representasi permasalahan representation of problem 3 Perencanaan pemecahan planning the solution 4 Menerapkanmengimplementasikan perencanaan excute the plan 5 Menilai perencanaan evaluate he plan 6 Menilai hasil pemecahan evaluate the solution Selain itu, pembelajaran problem solving dapat dilaksanakan dengan berpedoman pada langkah-langkah strategi problem solving yang dikemukakan oleh Polya yang menyatakan bahwa dalam melaksanakan pembelajaran dengan problem solving terdapat empat langkah yang mendasarinya yaitu understanding, planning, solving, dan checking. Keempat tahap problem solving, yaitu: 18 a. Tahap memahami masalah understanding Tahap memahami masalah menurut Polya ialah bahwa siswa harus dapat memahami kondisi soal atau masalah yang ada pada soal tersebut. Menurutnya ciri bahwa siswa paham terhadap isi soal ialah siswa dapat mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan beserta jawabannya seperti berikut: 15 Sudirman, A. Tabrani Rusyan, Zainal Arifin, Toto Fathoni, Ilmu Pendidikan Bandung: Remaja Rosdakarya, 1991, h. 146. 16 Wina, Op.cit., h. 219. 17 Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer; Suatu tinjauan Konseptual Operasional, Cet. II; Jakarta: Bumi Aksara, 2009, h. 56. 18 G. Polya, How To Solve I, 2 nd ed; New Jersey: Princeton University Press,1957, p. xvi-xvii. 1 Apakah kita mengetahui arti semua kata yang digunakan? Jika tidak, carilah di indeks, kamus, definisi dan lain sebagainya. 2 Apakah kita mengetahui yang dicari atau ditanya? 3 Apakah kita mampu menyajikan soal dengan menggunakan kata-kata sendiri? 4 Apakah soal dapat disajikan dengan cara lain? 5 Apakah kita dapat menggambar sesuatu yang dapat digunakan sebagai bantuan? 6 Apakah informasi cukup untuk dapat menyelesaikan soal? 7 Apakah informasi berlebihan? 8 Apakah ada yang perlu dicari sebelum mencari jawab dari soal? b. Tahap menyusun rencana strategi penyelesaian masalah planning Tahap menyusun suatu rencana strategi penyelesaian masalah, siswa harus dapat memikirkan langkah-langkah apa saja yang penting dan saling menunjang untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapinya. Kemampuan berpikir yang tepat hanya dapat dilakukan jika siswa telah dibekali sebelumnya dengan pengetahuan-pengetahuan yang cukup memadai dalam arti masalah yang dihadapi siswa bukan hal yang baru sama sekali tetapi sejenis atau mendekati. Yang harus dilakukan siswa pada tahap ini adalah siswa dapat: 1 Mencari konsep-konsep atau teori-teori yang saling menunjang. 2 Mencari rumus-rumus yang diperlukan. Pada jenjang kemampuan siswa tahap ini menempati urutan tertinggi. Hal ini didasarkan atas perkembangan bahwa pada tahap ini siswa dituntut untuk memikirkan langkah-langkah apa yang seharusnya dikerjakan. c. Melakukan strategi pemecahan masalah solving Tahap pelaksanaan rencana adalah siswa telah siap melakukan perhitungan dengan segala macam data yang diperlukan termasuk konsep dan rumus atau persamaan yang sesuai. Pada tahap ini siswa harus dapat membentuk sistematika soal yang lebih baku, dalam arti rumus-rumus yang akan digunakan sudah merupakan rumus yang siap untuk digunakan sesuai dengan apa yang digunakan dalam soal, kemudian siswa mulai memasukkan data-data hingga menjurus ke