Berdasarkan Tabel 4.20 dapat diketahui bahwa dari 22 responden yang mengatakan tidak ada rapat koordinasi, terdapat 15 responden 40,54
dengan implementasi MTBS rendah dan 7 responden 18,9 dengan implementasi MTBS tinggi. Sedangkan dari 15 responden yang mengatakan
ada rapat koordinasi, terdapat 5 responden 13,51 dengan implementasi MTBS rendah dan 10 responden 27,0 dengan implementasi MTBS tinggi.
Hasil analisis dengan menggunakan uji Chi Square dengan taraf kepercayaan 95 diperoleh p value = 0,037 dimana itu kurang dari 0,05
0,037 0,05 berarti Ho ditolak atau dapat dikatakan ada hubungan antara rapat koordinasi dengan implementasi MTBS. Berdasarkan Symmetric
Measures didapatkan Coefisient Contingency sebesar 0,325. Hal ini dapat dikatakan bahwa ada hubungan yang lemah antara rapat koordinasi tingkat
puskesmas terhadap implementasi MTBS di Puskesmas di Kota Semarang.
4.2.2.9. Hubungan antara Sistem Pencatatan Pelaporan Pelaksanaan
MTBS dengan Implementasi Manajemen Terpadu Balita Sakit MTBS
Hubungan antara sistem pencatatan pelaporan pelaksanaan MTBS dengan implementasi Manajemen Terpadu Balita Sakit MTBS dapat dilihat
dalam tabulasi sebagai berikut :
Tabel 4.21 Tabulasi Silang antara Sistem Pencatatan Pelaporan Pelaksanaan MTBS dengan Implementasi MTBS
Sistem Pencatatan
Pelaporan MTBS Implementasi MTBS
Jumlah P value
CC Rendah
Tinggi
n n
N Cukup
7 18,92 12
32,43 19 51,35
0,031 0,334
Baik 13
35,14 5
13,51 18 48,65
Jumlah 20
54,1 17
45,9 37
100 Sumber: Data Hasil Penelitian Tahun 2011
Berdasarkan Tabel 4.21 dapat diketahui bahwa dari 19 responden yang mengatakan sistem pencatatan pelaporan MTBS cukup, terdapat 7
responden 18,92 dengan implementasi MTBS rendah dan 12 responden 32,43 dengan implementasi MTBS tinggi. Sedangkan dari 18 responden
yang mengatakan sistem pencatatan pelaporan MTBS baik, terdapat 13 responden 35,14 dengan implementasi MTBS rendah dan 5 responden
13,51 dengan implementasi MTBS tinggi. Hasil analisis dengan menggunakan uji Chi Square dengan taraf
kepercayaan 95 diperoleh p value = 0,031 dimana itu kurang dari 0,05 0,031 0,05 berarti Ho ditolak atau dapat dikatakan ada hubungan antara
sistem pencatatan pelaporan MTBS dengan implementasi MTBS. Berdasarkan Symmetric Measures didapatkan Coefisient Contingency sebesar
0,334. Hal ini dapat dikatakan bahwa ada hubungan yang lemah antara sistem pencatatan pelaporan MTBS terhadap implementasi MTBS di Puskesmas di
Kota Semarang.
4.2.2.10. Hubungan antara Pelaksanaan Supervisi MTBS oleh Dinas
Kesehatan dengan Implementasi Manajemen Terpadu Balita Sakit MTBS
Hubungan antara pelaksanaan supervisi MTBS oleh dinas kesehatan dengan implementasi Manajemen Terpadu Balita Sakit MTBS dapat dilihat
dalam tabulasi sebagai berikut : Tabel 4.22 Tabulasi Silang antara Pelaksanaan Supervisi MTBS oleh Dinkes
dengan Implementasi Manajemen Terpadu Balita Sakit MTBS
Pelaksanaan Supervisi
MTBS Implementasi MTBS
Jumlah P value
CC Rendah
Tinggi
n n
N Rendah
4 10,81
9 24,32
13 35,13
0,036 0,325
Tinggi 16
43,24 8
21,62 24
64,86 Jumlah
20 54,1
17 45,9
37 100
Sumber: Data Hasil Penelitian Tahun 2011 Berdasarkan Tabel 4.22 dapat diketahui bahwa dari 13 responden
yang mengatakan pelaksanaan supervisi MTBS rendah, terdapat 4 responden 10,81 dengan implementasi MTBS rendah dan 9 responden 24,32
dengan implementasi MTBS tinggi. Sedangkan dari 24 responden yang mengatakan pelaksanaan supervisi MTBS tinggi, terdapat 16 responden
43,24 dengan implementasi MTBS rendah dan 8 responden 21,62 dengan implementasi MTBS tinggi.
Hasil analisis dengan menggunakan uji Chi Square dengan taraf kepercayaan 95 diperoleh p value = 0,036 dimana itu kurang dari 0,05
0,036 0,05 berarti Ho ditolak atau dapat dikatakan ada hubungan antara pelaksanaan supervisi MTBS oleh dinas kesehatan dengan implementasi
MTBS. Berdasarkan Symmetric Measures didapatkan Coefisient Contingency sebesar 0,325. Hal ini dapat dikatakan bahwa ada hubungan yang lemah
antara pelaksanaan supervisi MTBS oleh Dinkes terhadap implementasi MTBS di Puskesmas di Kota Semarang.
4.2.2.11. Hubungan antara Pelaksanaan Evaluasi MTBS oleh Kepala