buku panduan atau formulir MTBS menggambarkan bahwa MTBS merupakan suatu sistem pelayanan kesehatan Rafless Bencoolen, 2011.
Maksud tersebut yakni dilaksanakan dengan mengadakan rapat kerja secara periodik untuk team antar program dalam puskesmas dan antar sektor
dengan unit-unit terkait lainnya diluar puskesmas guna menunjang kegiatan puskesmas yang berkaitan dengan masalah Manajemen Terpadu Balita Sakit.
Tanpa koordinasi yang baik antar program-program koordinasi internal yang berkaitan dengan faktor tersebut, dan juga koordinasi eksternal
lintas sektoral dengan instansi terkait, akan sulit untuk mengupayakan percepatan akselarasi pelaksanaan program pelayanan kesehatan di
Puskesmas Budioro B, 2002: 95.
5.1.9 Hubungan antara Sistem Pencatatan Pelaporan Pelaksanaan MTBS
dengan Implementasi Manajemen Terpadu Balita Sakit MTBS
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara sistem pencatatan pelaporan pelaksanaan MTBS dengan implementasi
Manajemen Terpadu Balita Sakit MTBS di Puskesmas di Kota Semarang. Hal ini didasarkan pada hasil analisis dengan uji Chi Square diperoleh p value
= 0,031 p value 0,05. Berdasarkan hasil penelitian pula menunjukkan bahwa dari 19
responden yang mengatakan sistem pencatatan pelaporan cukup, terdapat 7 responden 18,92 dengan implementasi MTBS rendah dan 12 responden
32,43 dengan implementasi MTBS tinggi. Sedangkan dari 18 responden yang mengatakan sistem pencatatan pelaporan baik, terdapat 13 responden
35,14 dengan implementasi MTBS rendah dan 5 responden 13,51 dengan implementasi MTBS tinggi.
Menurut Nasrul Effendy 1998: 185, Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas SP2TP merupakan tata cara pencatatan dan
pelaporan yang lengkap untuk pengelolaan puskesmas, meliputi keadaan fisik, tenaga sarana dan kegiatan pokok yang dilakukan serta hasil yang
dicapai oleh puskesmas. Dengan adanya pencatatan dan pelaporan maka dapat tersedianya data
dan informasi yang akurat, tepat waktu dan mutakhir secara periodik dan teratur untuk pengelolaan program kesehatan masyarakat melalui puskesmas
di berbagai tingkat administrasi.
5.1.10 Hubungan antara Pelaksanaan Supervisi MTBS oleh Dinas
Kesehatan dengan Implementasi MTBS
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara pelaksanaan supervisi MTBS oleh Dinas Kesehatan dengan
implementasi Manajemen Terpadu Balita Sakit MTBS di Puskesmas di Kota Semarang. Hal ini didasarkan pada hasil analisis dengan uji Chi Square
diperoleh p value = 0,036 p value 0,05. Berdasarkan hasil penelitian pula menunjukkan bahwa dari 13
responden yang mengatakan pelaksanaan supervisi MTBS rendah, terdapat 4 responden 10,81 dengan implementasi MTBS rendah dan 9 responden
24,32 dengan implementasi MTBS tinggi. Sedangkan dari 24 responden yang mengatakan pelaksanaan supervisi MTBS tinggi, terdapat 16 responden
43,24 dengan implementasi MTBS rendah dan 8 responden 21,62 dengan implementasi MTBS tinggi.
Menurut Nasrul Effendy 1998: 183 supervisi adalah upaya pengarahan dengan cara mendengarkan alasan dan keluhan tentang masalah
dalam pelaksanaan dan memberikan petunjuk serta saran-saran dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi pelaksana, sehingga meningkatkan
daya guna dan hasil guna serta kemampuan pelaksana dalam melaksanakan upaya kesehatan di puskesmas.
Supervisi selain merupakan monitoring langsung yang merupakan kegiatan lanjutan pelatihan. Melalui supervisi dapat diketahui bagaimana
petugas yang sudah dilatih tersebut menerapkan semua pengetahuan dan keterampilannya. Selain itu supervisi dapat merupakan suatu proses
pendidikan dan pelatihan berkelanjutan dalam bentuk on the job training. Supervisi harus dilaksanakan pada setiap tingkatan dan di semua pelaksana,
karena dimanapun petugas bekerja akan tetap memerlukan bantuan untuk mengatasi masalah dan kesulitan yang mereka temukan. Karena merupakan
suatu umpan balik tentang penampilan kerja mereka harus selalu diberikan untuk meningkatkan kinerja petugas.
5.1.11 Hubungan antara Pelaksanaan Evaluasi MTBS oleh Kepala