25
diperlukan kerjasama dengan pelaksanabadan lain agar program berhasil.
3 Fasilitas
Fasilitas fisik adalah sumber yang penting pula dalam suatu proses implementasi. Tanpa bangunan, sebagai kantor untuk
melaksanakan koordinasi, tanpa perlengkapan dan perbekalan, maka kemungkinan implementasi yang direncanakan tidak akan
berhasil. 4
Struktur Birokrasi Ada 2 dua karakteristik utama dari birokrasi, yakni prosedur-
prosedur kerja ukuran dasar atau sering disebut sebagai Standard Operating Procedure SOP berkembang sebagai
tanggapan internal terhadap waktu yang terbatas dan sumber- sumber dari para pelaksana serta keinginan untuk keseragaman
dalam bekerjasamanya organisasi-organisasi yang kompleks dan tersebar luas. Fragmentasi merupakan tekanan di luar unit-unit
birokrasi, seperti komite legislatif, kelompok kepentingan, pejabat eksekutif, konstitusi Negara dan sifat kebijakan yang
mempengaruhi organisasi birokrasi pemerintah. Subarsono 2005: 99 mengemukakan teori dari van Meter dan
Van Horn mengenai 6 enam variabel yang mempengaruhi kinerja implementasi, yaitu:
26
a. Standar dan sasaran kebijakan
Standar dan sasaran kebijakan harus jelas sehingga dapat direalisasikan. Apabila standar dan kebijakan tidak teratur, maka
akan mudah menimbulkan konflik diantara para pelaksana implementasi.
b. Sumber daya
Sumber daya diperlukan dalam sebuah implementasi kebijakan, baik sumber daya manusia maupun sumber daya non manusia.
c. Komunikasi antar organisasi dan penguatan aktivitas
Dukungan dan koordinasi dengan instansi lain diperlukan dalam implementasi program untuk keberhasilan suatu program.
d. Karekteristik Agen Pelaksana
Agen pelaksana mancakup struktur birokrasi, Standard Operating Procedure SOP, norma-norma, dan pola-pola hubungan yang
terjadi dalam birokrasi, yang semuanya akan mempengaruhi implementasi suatu program.
e. Disposisi Implementor
Disposisi implementor ini mencakup tiga hal, yakni: 1
Respon implementor terhadap kebijakan yang akan dipengaruhi kemauannya untuk melaksanakan kebijakan
2 Kognisi, yakni pemahamannya terhadap kebijakan, dan
3 Intensitas disposisi implementor, yakni prefansi nilai yang
dimiliki oleh implementor.
27
f. Kondisi sosial, ekonomi dan politik
Variabel ini mencakup sumber daya ekonomi, lingkungan yang dapat mendukung keberhasilan implementasi kebijakan, sejauh mana
kelompok kepentingan dapat memberikan dukungan bagi implementasi kebijakan, karakteristik para partisipan, yakni
mendukung atau menolak, bagaimana sifat opini publik yang ada di lingkungan, dan apakah elit politik mendukung implementasi
kebijakan.
5. Konsep Pendidikan Berbasis Alam
a. Latar belakang Pendidikan Berbasis Alam
Pendidikan merupakan suatu upaya mewariskan nilai, yang akan menjadi penolong dan penuntun dalam menjalani kehidupan,
sekaligus untuk memperbaiki nasib dan peradaban umat manusia yang bisa dilakukan sejak masih dalam kandungan. Khaeruddin,
dkk, 2007: 3. Pada bidang pendidikan konsepsi sekolah merupakan salah satu unsur penting keberlangsungan sistem pendidikan
nasional. Kegagalan sistem pendidikan di Indonesia merangsang tumbuhnya sekolah-sekolah alternatif yang diyakini memiliki mutu
pendidikan lebih baik dari sekolah biasa. Salah satu bentuk sistem pendidikan yang digagas untuk merubah keadaan dunia pendidikan
Indonesia saat ini, dan mulai dikembangkan di Indonesia adalah pendidikan berbasis alam. Satmoko Budi, 2010: 13. Alam adalah
sumber pengetahuan yang luas dan berlimpah. Beberapa penemu
28
terkenal di dunia mampu menghasilkan karya-karya fenomenal lantaran memanfaatkan alam.
Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya bukan mengetahuinya, pembelajaran yang berorientasi
pada target penguasaan materi yang terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali
anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang, itulah yang terjadi di kelas-kelas sekolah saat ini. Nurhadi, 2002: 1.
Berdirinya sekolah berbasis alam terutama dilatar belakangi sebuah gagasan bagaimana menciptakan sistem belajar mengajar yang
menyenangkan yang bisa menempa kecerdasan natural anak dengan kualitas menjadi nomor terdepan sehingga mampu menarik minat
anak didik untuk terus belajar. Diharapkan inspirasi dari hadirnya pendidikan berbasis alam
menjadi alternatif dalam menciptakan susana belajar yang menyenangkan dan membuat anak-anak senang dan merasa bahwa
belajar adalah suatu kebutuhan dan kesenangan bukan sesuatu yang membosankan dan harus dipaksakan.
b. Pengertian Pendidikan Berbasis Alam
Pendidikan berbasis alam dapat menjadi alternatif pendidikan yang bisa membawa anak menjadi lebih kreatif, berani
mengungkapkan keinginannya dan mengarahkan anak pada hal-hal yang positif. Pendidikan berbasis alam cenderung membebaskan
29
keinginan kreatif anak sehingga anak akan menemukan sendiri bakat dan kemampuan berlebih yang dimilikinya. Satmoko Budi, 2010:
13. Sebagai pendidikan berbasis alam, pemandangan sekolah
adalah jantung sekolah. Menyatu dengan jiwa sekolah dan harmoni dengan alam. Septriana, 2009: 78. Hakikat dari konsepnya
merupakan sekolah dengan berbasis konsep pendidikan yang memanfaatkan alam semesta.
Pendidikan berbasis alam merupakan salah satu bentuk pendidikan alternatif yang menggunakan alam sebagai media utama
sebagai pembelajaran siswa didiknya. Pendidikan berbasis alam menjadi sebuah impian yang jadi kenyataan bagi mereka yang
mengangankan dan menginginkan perubahan dalam dunia pendidikan. Diharapkan dari adanya alternatif pendidikan alam tidak
sekedar perubahan sistem, metode dan target pembelajaran melainkan paradigma pendidikan yang akan mengarah pada
perbaikan mutu dan hasil dari pendidikan itu sendiri. Target strategisnya adalah anak didik dapat menjadi investasi sumber daya
manusia untuk masa depan yang menghargai dan bersahabat dengan alam.
c. Pembelajaran Pendidikan Berbasis Alam
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, internal material fasilitas perlengkapan dan
30
prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Oemar Hamalik, 2001: 7. Mulyasa 2004: 100 menyatakan bahwa
pembelajaran pada hakekatnya adalah interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah
yang lebih baik. Dalam pembelajaran tersebut banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang dari diri
individu, maupun faktor eksternal yang datang dari lingkungan individu.
Alam semesta yang dimanfaatkan antara lain sebagai media pendidikan, observasi dan riset. Septriana, 2009: 81. Kondisi
fisiologis peserta didik ketika belajar di alam terbuka juga akan sangat berpengaruh terhadap keefektifan cara belajar mereka.
Suasana dan kondisi lingkungan yang menyenangkan Fun Learning, akan sangat mendukung dalam proses pembelajaran ini.
Berdasarkan hal tersebut, sangatlah penting bagi kita untuk mengkonsep sebuah pendidikan yang menyelenggarakan sistem
belajar mengajar yang menghargai setiap potensi yang ada. Dalam pembelajaran dapat diselaraskan dengan kondisi psikologis siswa,
sehingga otak mereka akan sangat mudah untuk bekerja sama dalam proses pembelajaran dan proses belajar pun akan menjadi sangat
optimal dan efektif. Dalam pembelajarannya konsep pendidikan berbasis alam
yang dipakai adalah dengan cara belajar sambil bermain dengan