80
bareng. Misalnya ada sesuatu yang penting kita bicarakan bersama atau ada hal-hal baru yang akan disampaikan di setiap
Jumat itu kan emang kita boleh mengeluarkan pendapat, kita share bareng-bareng dan mencari penyelesaiannya bareng-
bareng.”WD, 14 Desember 2016.
Pernyataan tersebut diperkuat oleh Ibu EW: “...disini interkasi antar fasilitator memang penting sekali ya dan
juga kita memang setiap seminggu sekali ada rapat koordinasi tiap hari Jumat. Ada dinamika apa dan solusinya seperti apa gitu
kita tahu. Selain itu juka ada perubahan kesepakatan atau ada kesepakatan baru itu tetep tersampaikan disitu diforum itu.”EW,
13 Desember 2016. Dari hasil wawancara di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
dengan adanya kelompok belajar bersama bertujuan agar fasilitator dapat memahami apa saja yang harus dilakukan sebagai seorang fasilitator
dalam mengimplementasikan pendidikan berbasis alam. Hal ini sesuai dengan pengamatan peneliti di lapangan bahwa pada dalam proses
pembelajaran fasilitator melihat capaian anak melalui riset anak dan mencatat proses pembelajaran masing-masing anak untuk selanjutnya
didiskusikan dalam forum kelompok belajar bersama sebagai evaluasi pembelajaran.
9. Hasil dalam pelaksanaan pendidikan berbasis alam di Sanggar Anak
Alam SALAM
Hasil dalam pelaksanaan pendidikan berbasis alam di Sanggar Anak Alam SALAM yaitu bahwa Sanggar Anak Alam SALAM
sudah berbasis alam. Melalui target dasar belajar lakukan, ungkapkan, analisis, kesimpulan, dan terapkan yang ada di Sanggar Anak Alam
SALAM peneliti melakukan pengamatan di lapangan, bahwa peserta
81
didik di Sanggar Anak Alam SALAM memang menekankan 4 empat perspektif yaitu pangan, kesehatan, lingkungan hidup dan sosial-budaya
dalam pembelajaran sehari-hari. Masing-masing kelas memiliki konteks yang berhubungan dengan pendidikan berbasis alam, dan konteks
tersebut sangat diperhatikan oleh para fasilitator dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran, Sanggar Anak Alam SALAM
menggunakan metode riset dengan tema yang ditentukan oleh masing- masing peserta didik. Dari metode riset tersebut akan menciptakan anak
yang jujur, anak yang bisa mengembangkan minatnya; anak mampu mengelola pengetahuan, keterampilan, dan sikap, anak-anak menjadi
dirinya sendiri; serta yang paling utama adalah anak dapat belajar melalui ketertarikannya masing-masing. Sebagaimana .pernyataan dari Ibu WY
dalam wawancara sebagai berikut ini: “yang jelas anak-anak menjadi dirinya sendiri, mereka menjadi
orang yang jujur, punya nilai-nilai yang harus dikembangkan, punya sikap terhadap segala sesuatu gitu ya. Jadi mereka bisa
menyikapi bahwa ilmu pengetahuan itu harus mereka kuasai dan mereka punya sikap untuk apa.”WY, 28 Desember 2016.
Hal ini juga disampaikan oleh Saudara YT dalam wawancara berikut ini: “anak bisa mengembangkan minatnya masing-masing, mereka
menjadi dirinya sendiri, mereka dapat mengelola pengetahuan, keterampilan dan sikap mereka.”YT, 06 Desember 2016.
Disampaikan juga oleh Ibu EW dalam wawancara berikut ini: “kalo hasil memang belajar dari proses anak apakah dia
mengikuti kegiatan apakah dia aktif gak, kita lihat proses kalo hasil ada berapa kita lihat memang aktif tapi dihasil akhir itu
kurang, banyak juga kita inginkan anak belajar lebih mandiri dan anak paham apa yang dipelajari. Hasilnya kita tidak menuntut
yang penting anak paham, ketika melakukan sendiri risetnya
82
mereka paham dengan apa yang menjadi riset mereka. Jadi hasil yang di dapat masing-masing anak berbeda-beda. Yang pasti
melalui riset diharapkan anak dapat mengolah pengetahuan mereka.”EW, 13 Desember 2016.
Hal ini juga disampaikan oleh Ibu WD dalam wawancara sebagai
berikut:
“hasil yang diperoleh melalui riset tadi ya dari setiap anak-anak itu berbeda-beda karena penyerapan setiap anak juga berbeda-
beda dan tidak ada yang sama. Yang pasti anak dapat belajar melalui ketertarikan dari setiap masing-masing anak dan
dipersentasikan ke teman-temannya yang lain supaya teman- teman yang lain juga bisa tau tentang sesuatu yang menjadi topik
riset.” WD, 14 Desember 2016. Dari hasil wawancara di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
dengan adanya pelaksanaan pendidikan berbasis alam di Sanggar Anak Alam SALAM melalui daur belajar dengan menggunakan metode riset
yang menekankan 4 empat perspektif pangan, kesehatan, lingkungan hidup dan sosial-budaya yaitu agar anak dapat belajar melalui
ketertarikannya masing-masing. C.
Pembahasan 1.
Konsep pendidikan berbasis alam di Sanggar Anak Alam SALAM
Pendidikan berbasis alam di Sanggar Anak Alam SALAM yaitu proses belajar manusia secara kodrat dan alamiah melalui kehidupan dan
lingkungan alam sekitarnya. Pendidikan yang menganggap anak sebagai subjek dan menjadi dirinya sendiri, selain itu memberikan keleluasaan
untuk menentukan sendiri apa yang ingin peserta didik pelajari. Orang tua dan fasilitator hanya sekedar memberi stimulan dan mengerucutkan
yang menjadi keinginan setiap anak. Hal ini sejalan dengan pernyataan
83
Satmoko Budi 2010: 13 bahwa pendidikan berbasis alam cenderung membebaskan keinginan kreatif anak sehingga anak akan menemukan
sendiri bakat dan kemampuan berlebih yang dimilikinya. Pendidikan berbasis alam dapat menjadi alternatif pendidikan yang bisa membawa
anak menjadi lebih kreatif, berani mengungkapkan keinginannya dan mengarahkan anak pada hal-hal yang positif.
Penelitian yang dilakukan oleh Khafidhatul Khasanah dengan judul Konsep dan Implementasi Sekolah Berbasis alam di SD Alam
SMART KIDS Dusun Pewarakan Bawang Banjarnegara Jawa Tengah UIN 2012, menunjukan bahwa konsep sekolah berbasis alam di SD
Alam SMART KIDS menggunakan konsep alam mengenai fungsi alam dijadikan sebagai ruang belajar, media, objek, bahan ajar. Untuk
mewujudkan konsep sekolah alam, SD Alam SMART KIDS menggunakan empat pilar proses pembelajaran yaitu pengembangan
akhlak melalui teladan, pengembangan logika dan daya cipta melalui experimental learning, pengembangan kepemimpinan dengan metode
outbound training, dan pengembangan kemampuan wirausaha. Seperti halnya dengan konsep pendidikan berbasis alam di Sanggar Anak Alam
SALAM bahwa pendidikan berbasis alam bukan hanya memberikan ruang yang seluas-luasnya bagi anak dalam belajar di lingkungan alam
sekitar tetapi juga memberikan apa yang anak-anak butuhkan. Anak belajar di alam terbuka, bukan berarti sekolah alam tetapi memang alam
menjadi salah satu media belajar untuk peserta didik Sanggar Anak Alam