26 berarti bahwa perubahan tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan karena
usaha individu sendiri. 4. Perubahan bersifat permanen
Perubahan yang terjadi karena belajar bersifat menetap atau permanen. Misalnya kecakapan seorang anak dalam bermain sepeda setelah belajar tidak
akan hilang begitu saja melainkan akan terus dimiliki bahkan akan makin berkembang kalau terus digunakan atau dilatih.
5. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah Perubahan tingkah laku dalam belajar mensyaratkan adanya tujuan yang
akan dicapai oleh pelaku belajar dan terarah kepada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari. Misalnya seseorang yang belajar mengetik,
sebelumnya sudah menetapkan apa yang mungkin dapat dicapai dengan belajar mengetik. Dengan demikian perbuatan belajar yang dilakukan senantiasa terarah
kepada tingkah laku yang ditetapkannya. 6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai
hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya.
e. Perwujudan Perilaku Belajar
Menurut Muhibbin Syah 2007: 118 dalam memahami arti belajar dan inti dasar perubahan sikap karena belajar, para ahli sependapat bahwa perilaku
belajar diwujudkan dalam sembilan bentuk yaitu kebiasaan, keterampilan, pengamatan, berpikir asosiatif dan daya ingat, berpikir rasional dan kritis, sikap,
inhibisi, apresiasi, dan tingkah laku afektif.
27 1. Kebiasaan
Setiap siswa yang telah mengalami proses belajar, kebiasaan-kebiasaannya akan tampak berubah. Kebiasaan itu timbul karena proses penyusutan
kecenderungan respons dengan menggunakan stimulasi yang berulang-ulang. dalam proses belajar, pembiasaan juga meliputi pengurangan perilaku yang tidak
diperlukan. Karena proses penyusutanpengurangan inilah, muncul satu pola bertingkah laku baru yang relatif menetap dan otomatis.
2. Keterampilan Keterampilan adalah kegiatan yang berhubungan dengan urat-urat syaraf
dan otot-otot neuromuscular yang lazimnya tampak dalam kegiatan jasmaniah seperti menulis, mengetik, olah raga, dan sebagainya. Meskipun sifatnya motorik,
namun keterampilan itu memerlukan koordinasi gerak yang teliti dan kesadaran tinggi. Dengan demikian, siswa yang mengeluarkan gerakan motorik dengan
koordinasi dan kesadaran yang rendah dapat dianggap kurang atau tidak terampil.
3. Pengamatan Pengamatan artinya proses menerima, menafsirkan, dan memberi arti
rangsangan yang masuk melalui indera-indera seperti mata dan telinga. Berkat pengalaman belajar seorang siswa akan mampu mencapai pengamatan yang
benar objektif sebelum mencapai pengertian. Pengamatan yang salah akan mengakibatkan timbulnya pengertian yang salah pula.
4. Berpikir Asosiatif dan Daya Ingat Secara sederhana berfikir asosiatif adalah berfikir dengan cara
mengasosiasikan sesuatu dengan lainya. Berfikir asosiatif itu merupakan proses pembentukan hubungan antara rangsangan dengan respons. Dalam hal ini perlu