merupakan fenomena manusiawi. Dialog mengasumsikan kesetaraan antarmanusia, hubungan subjek-subjek. Dengan sebuah dialog maka terdapat
perjumpaan yang mempersatukan refleksi dan tindakan dari para perilakunya Dharma:2016. Oleh karena itu proses dialog sebagai dasar hubungan antara
peserta didik dengan guru untuk mencapai tujuan dari proses pembelajaran. Pendidikan bukan transfer pengetahuan, tetapi perjumpaan antara peserta didik
dan guru dalam dialog sebagai proses pencarian objek dan proses mengetahui dan berpikir.
2.1.4.3 Prinsip Pendidikan Emansipatoris
Pendidikan Emansipatoris mendukung perubahan radikal dalam hubungan kekuasaan di dalam kelas dan menunjukkan bahwa pendidik dan peserta didik
perlu belajar satu sama lain Nouri:2014. Pendidikan Emansipatoris memiliki beberapa prisnsip yaitu pendidikan memperluas peserta didik melihat realitas,
pendidikan transformatife, pendidikan politik, pendidikan memberdayakan, pendidikan didasarkan pada dialog yang benar.
Selanjutnya, pendidikan ini lebih suka melakukan dialog dan berpikir kritis, lebih dari pengulangan dan mengajar Nouri:2014. Peserta didik memiliki
kekuatan maksimal dan mereka diizinkan untuk masuk kedalam dunia sosial. Hal ini juga mengundang mereka supaya dapat menghadapi tantangan untuk refleks
pada sifat sosial dari pengetahuan yang mereka dapatkan. Akhirnya mereka mencapai tingkat untuk mampu berpikir kritis tentang apa yang ingin mereka
lakukan. Dialog juga didasarkan sebagai proses pendidikan. Dialog merupakan inti dari proses pendidikan transformatife, radikal, kritis, pembebasan dan praksis.
Sebuah dialog dalam proses pembelajaran akan memunculkan aksi dan refleksi yang akan menghasilkan pengetahuan. Dharma: 2016
2.1.4.4 Orientasi Kurikulum Pendidikan Emansipatoris
Kurikulum pada Pendidikan Emansipatoris dipahami sebagai proses kontekstual sosial dan proses politik. Pendidikan Emansipatoris berorientasi pada
dialog bersama. Proses dialog menginspirasi karena semua partisipan dapat
membuat kekuatan yang kompleks di dalam sekolah, menghadapi tantangan serta dapat menghadapinya dengan berpikir kritis.
Dalam konteks Pendidikan Emansipatoris, kurikulum yang desain dan implementasinya melalui inateraksi dan dialog antara pendidik dan peserta didik,
disebut juga “the negotiated curriculum” dalam Nouri: 2014. Peran pendidik
dalam konteks Pendidikan Emansipatoris adalah membantu peserta didik untuk ikut berkontribusi dalam mengubah dunia mereka menjadi reformasi politik yang
positif dan sesuai. Pendidik dalam mengajar juga mentransformasikan nilai, serta menerapkan demokrasi di dalam kelas. Pendidik dan peserta didik berdialog untuk
menemukan kembali sebuah makna dan mengalami sebuah perubahan. Menurut Freire 1970a dan Shor 1996 dalam Nouri:2014, Pedagogi Emansipatoris
telah menunjukkan bagaimana dialog yang dapat menyediakan keuntungan bagi peserta didik untuk praktik berpikir kritis. Shor 1992,1996 dalam Nouri: 2014
mengusulkan partisipasi peserta didik untuk mengontrol aktivitas pembelajaran dan membutuhkan mereka untuk mengkritik teknik pendidikan. Freire juga
mendukung peran pendidik sebagai pemandu dan menghormati peserta didik atas tindakan yang sesuai dengan pengetahuan yang mereka pelajari.
Penilaian juga menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam pendidikan ini. Dalam proses belajar mengajar juga dilakukan penilaian, fungsi utamanya adalah
memberi kesempatan kepada peserta didik untuk secara kritis menganalisis dan merefleksikan pengetahuan dan pengalaman mereka.
Oleh sebab itu Pendidikan Emansipatoris termasuk ke dalam pendidikan Humanistik, yang mendasari adalah bahwa masalah di dunia ini khususnya dalam
konteks pendidikan lebih pada realitas yang terjadi di sekitar. Pendidikan Emansipatoris dapat menjembatani supaya kepedulian peserta didik terhadap
lingkungan hidup semakin meningkat.
2.1.4.5 Relevansi Pendidikan Emansipatoris dengan Sikap Peduli