Relevansi Pendidikan Emansipatoris dengan Sikap Peduli

membuat kekuatan yang kompleks di dalam sekolah, menghadapi tantangan serta dapat menghadapinya dengan berpikir kritis. Dalam konteks Pendidikan Emansipatoris, kurikulum yang desain dan implementasinya melalui inateraksi dan dialog antara pendidik dan peserta didik, disebut juga “the negotiated curriculum” dalam Nouri: 2014. Peran pendidik dalam konteks Pendidikan Emansipatoris adalah membantu peserta didik untuk ikut berkontribusi dalam mengubah dunia mereka menjadi reformasi politik yang positif dan sesuai. Pendidik dalam mengajar juga mentransformasikan nilai, serta menerapkan demokrasi di dalam kelas. Pendidik dan peserta didik berdialog untuk menemukan kembali sebuah makna dan mengalami sebuah perubahan. Menurut Freire 1970a dan Shor 1996 dalam Nouri:2014, Pedagogi Emansipatoris telah menunjukkan bagaimana dialog yang dapat menyediakan keuntungan bagi peserta didik untuk praktik berpikir kritis. Shor 1992,1996 dalam Nouri: 2014 mengusulkan partisipasi peserta didik untuk mengontrol aktivitas pembelajaran dan membutuhkan mereka untuk mengkritik teknik pendidikan. Freire juga mendukung peran pendidik sebagai pemandu dan menghormati peserta didik atas tindakan yang sesuai dengan pengetahuan yang mereka pelajari. Penilaian juga menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam pendidikan ini. Dalam proses belajar mengajar juga dilakukan penilaian, fungsi utamanya adalah memberi kesempatan kepada peserta didik untuk secara kritis menganalisis dan merefleksikan pengetahuan dan pengalaman mereka. Oleh sebab itu Pendidikan Emansipatoris termasuk ke dalam pendidikan Humanistik, yang mendasari adalah bahwa masalah di dunia ini khususnya dalam konteks pendidikan lebih pada realitas yang terjadi di sekitar. Pendidikan Emansipatoris dapat menjembatani supaya kepedulian peserta didik terhadap lingkungan hidup semakin meningkat.

2.1.4.5 Relevansi Pendidikan Emansipatoris dengan Sikap Peduli

Lingkungan Pendidikan Emansipatoris dengan prinsipnya yang humanisasi, penyadaran serta dialog antar pembelajar mampu menciptakan pembelajaran yang mengajak peserta didik berpikir kritis dalam proses pencapaian pengetahuan. Hal yang terjadi pada peserta didik kelas III Humanis SD Joannes Bosco yaitu kurangnya kesadaran mereka terhadap kepedulian lingkungan, belum bisa memiliki sepenuhnya apa yang mereka miliki berupa keanekaragaman yang ada di bumi. Upaya penanaman sikap peduli dengan lingkungan dapat di kembangkan dengan prinsip-prinsip Pendidikan Emansipatoris. Pendidik menerapkan humanisasi dalam proses pembelajaran karena manusia harus menjadi manusia, menolak diperlakukan sebagai objek seperti hewan.Freire: 50-51. Selain itu pembelajaran juga mengarahkan peserta didik pada penyadaran kritis yang mengarahkan peserta didik memperoleh kebebasan dalam menemukan pengetahuan. Kesadaran merupakan elemen dari proses pemerolehan pengetahuan. Ketiga dari prinsip Pendidikan Emansipatoris yaitu problem possing education atau disebut pendidikan hadap masalah berupa dialog, di mana proses pembelajaran menciptakan dialog antara pendidik dan peserta didik saling berinteraksi. Pendidikan mempersyaratkan terjadinya proses dialog sebagai acuan karena tanpa dialog pengetahuan dapat tertopengi dan tidak sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Dalam dialog menurut Freire dalam Dharma:2016, peserta didik dan pendidik melakukan penyelidikan, masing-masing saling belajar dan saling mengajar menyikapi berbagai persoalan di lingkungan sekitar untuk pencapaian pengetahuan. Dari ketiga proses tersebut mengarahkan peserta didik melakukan aksi dan refleksi Praksis sebagai bagian dari proses pencapaian sikap peduli terhadap lingkungan hidup yang ada di sekitar.

2.1.5 Kurikulum 2013 dan Paradigma Pendidikan Dominikan PPD.

2.1.5.1 Kurikulum 2013

Menurut Bobbit dalam Kurniasih, 2014:5 menyatakan “ kurikulum, sebagai suatu gagasan, telah memiliki akar kata Bahasa Latin Race-Source, menjelaskan kurikulum seba gai “mata pelajaran perbuatan” dan pengalaman yang dialami anak-anak sampai menjadi dewasa, agar kelak sukses dalam masyarakat orang dewasa”. Sedangkan menurut Krug dalam Kurniasih, 2014:5 menyatakan “Kurikulum terdiri dari cara yang digunakan untuk mencapai atau melaksanakan tujuan yang diberikan sekolah.” Menurut beberapa pengertian di atas dapat