2.1.4 Pendidikan Emansipatoris
2.1.4.1 Filosofi Pendidikan Emansipatoris
Pendidikan Emansipatoris merupakan model pembelajaran yang mengarahkan peserta didik pada suatu objek yang akan dipelajari, kemudian
peserta didik memahami diri dan tindakan dalam proses belajar dengan kesadaran reflektif Suprijono: 2016. Dalam membatasi tentang pendidikan humanistiknya
Freire Paulo dalam Nouri : 2014 memberikan sebuah definisi yang memuat sebagian besar pemikirannya tentang konsep pendidikan humanis, menurutnya
pendidikan yang humanis yaitu: 1.
Pendidikan yang mempertegas dan memperjelas arah pendidikan yang membebaskan dan memerdekakan, yaitu sebuah upaya pemberdayaan
masyarakat tertindas menuju sebuah paradigma kritis dan transformative dalam mewujudkan sebuah kebebasan sebagai hak asasi setiap manusia.
2. Pendidikan yang selalu menjadi pendamping dan pengawal segala dinamika
kehidupan. Dari definisi ini kemudian Freire menfokuskan kajiannya pada sebuah keadaan dalam kebudayaan, pengetahuan dan kondisi suatu kelompok
masyarakat. 3.
Pendidikan Emansipatoris yaitu pendidikan yang tidak saja menjalarkan perannya sebagai proses pengalihan pengetahuan. Atau hanya sekedar proses
pengumpulan data dan informasi yang disebutkan penyimpanannya, melainkan mengetahui peserta didik harus sebagai ma
khluk yang “menjadi” subjek hidup secara aktif merasakan persoalan dan ikut terlibat dalam liku-liku kehidupan
sesuai dengan pengalaman masing-masing. Hal ini berarti peserta didik dapat melakukan analisis dan kritis terhadap konstruksi masyarakat yang sedang
terbentuk maupun dibentuk oleh lingkungan.
2.1.4.2 Tujuan pendidikan Emansipatoris
Pendidikan Emansipatoris mempunyai gagasan bahwa pendidikan harus berperan dalam menciptakan masyarakat yang adil dan demokratis Nouri: 2014.
Pendidikan Emansipatoris merupakan pendidikan yang melibatkan cara berfikir tentang negosiasi dan perubahan hubungan di dalam proses mengajar di kelas,
produksi pengetahuan, struktur kelembagaan sekolah, hubungan sosial di masyarakat luas.
Berdasarkan tinjauan literature yang berhubungan dengan Pendidikan Emansipatoris, tujuan utama pendidikan ini adalah humanisasi, penyadaran kritis,
dan pembentukan system pendidikan permasalahan sikap.
1. Humanisasi, pendidikan memiliki 2 karakter. Pertama, menjadi pedagogi yang
memungkinkan para peserta didik dan pendidik untuk mengembangkan pemahaman kritis atas hubungan mereka dengan dunia. Kedua, perlu menjadi
pedagogi yang memungkinkan peserta didik dan pendidik untuk menjadi subjek mengetahui konteks mereka dan kondisi mereka sebagai manusia
Dharma:2016. Menurut Freire, untuk mengubah dunia menjadi lebih manusiawi dengan melalui dialog sejati dengan kondisi seperti cinta,
kerendahan hati, kepercayaan, harapan dan berpikir kritis.
2. Penyadaran Kritis, salah satu point penting dalam karakteristik Pendidikan
Emansipatoris yaitu penyadaran. Freire mendifinisikan penyadaran sebagai “belajar” untuk melihat sosial, politik, dan kondisi ekonomi dan mengambil
tindakan sebagai suatu realitas. Penyadaran dilakukan pada pembelajaran untuk mempengaruhi perubahan. Menurut Freire dalam Dharma: 2016 kesadaran
merupakan proses inti atau hakikat dari proses pendidikan kaum tertindas, karena dengan tumbuhnya kesadaran akan menjauhkan seseorang dari Fear of
Freedom. Kesadaran adalah sebuah totalitas, penalaran, perasaan, keinginan, kesadaran akan diri sendiri dan dunia, menangkap dunia yang menjadi
intensinya Dharma:2016. Oleh karena itu kesadaran kritis merupakan inti dari pendidikan humanisasi, peserta didik aktif terlibat dan melibatkan diri dengan
realitas.
3. Problem Possing Education, atau pendidikan hadap-masalah, juga signifikan
dengan asa pendidikan yang memanusiakan manusia Suprijono: 2016. Jadi pendidikan ini dikembangkan supaya peserta didik mampu memahami realita
kehidupan. Peserta didik dihadapkan pada sebuah permasalahan, kemudian mereka menghadapinya dengan berdasarkan pemecahan masalah sesuai sudut
pandang masing-masing. Salah satu inti dari pendidikan hadap-masalah yaitu dengan dialog. Pendidikan dapat dipandang sebagai proses dialog yang
merupakan fenomena manusiawi. Dialog mengasumsikan kesetaraan antarmanusia, hubungan subjek-subjek. Dengan sebuah dialog maka terdapat
perjumpaan yang mempersatukan refleksi dan tindakan dari para perilakunya Dharma:2016. Oleh karena itu proses dialog sebagai dasar hubungan antara
peserta didik dengan guru untuk mencapai tujuan dari proses pembelajaran. Pendidikan bukan transfer pengetahuan, tetapi perjumpaan antara peserta didik
dan guru dalam dialog sebagai proses pencarian objek dan proses mengetahui dan berpikir.
2.1.4.3 Prinsip Pendidikan Emansipatoris
Pendidikan Emansipatoris mendukung perubahan radikal dalam hubungan kekuasaan di dalam kelas dan menunjukkan bahwa pendidik dan peserta didik
perlu belajar satu sama lain Nouri:2014. Pendidikan Emansipatoris memiliki beberapa prisnsip yaitu pendidikan memperluas peserta didik melihat realitas,
pendidikan transformatife, pendidikan politik, pendidikan memberdayakan, pendidikan didasarkan pada dialog yang benar.
Selanjutnya, pendidikan ini lebih suka melakukan dialog dan berpikir kritis, lebih dari pengulangan dan mengajar Nouri:2014. Peserta didik memiliki
kekuatan maksimal dan mereka diizinkan untuk masuk kedalam dunia sosial. Hal ini juga mengundang mereka supaya dapat menghadapi tantangan untuk refleks
pada sifat sosial dari pengetahuan yang mereka dapatkan. Akhirnya mereka mencapai tingkat untuk mampu berpikir kritis tentang apa yang ingin mereka
lakukan. Dialog juga didasarkan sebagai proses pendidikan. Dialog merupakan inti dari proses pendidikan transformatife, radikal, kritis, pembebasan dan praksis.
Sebuah dialog dalam proses pembelajaran akan memunculkan aksi dan refleksi yang akan menghasilkan pengetahuan. Dharma: 2016
2.1.4.4 Orientasi Kurikulum Pendidikan Emansipatoris