Adapun perlunya pembentukan kesadaran untuk mewujudkan sikap peduli. Pembentukan kesadaran terhadap kondisi yang sesuai dengan fakta dan
kondisi yang ada di lingkungannya dapat ditempuh melalui pendidikan di sekolah terutama sekolah dasar yang dapat diintegrasikan pada pelajaran IPA. Mustakin
2011:86 menyatakan bahwa:
“Sekolah seharusnya memainkan perannya dalam membentuk kesadaran terhadap lingkungan. Perlu ada pemebntukan karakter terhadap lingkungan pada diri
peserta didik. Karakter ini bisa dimulai dari persoalan sepele, seperti penyediaan tempat sampah yang memadai, sampai pada perumusan action plan tentang
program-program kepedulian lingkungan. Melalui pembentukan karakter ini
diharapkan lahir generasi yang memiliki kepedulian lingkungan.” Oleh karena itu pendidikan memang sangat berpengaruh dalam
pembentukan sikap peduli terhadap lingkungan hidup. Sikap tersebut akan terbentuk melalui proses yang dilakukan secara terus-menerus. Hal ini sangat
penting karena kondisi pada kenyataannya lingkungan saat ini banyak yang tercemar, banyak tempat yang tidak ditumbuhi pohon-pohon yang rindang,
membuang sampah sembarangan. Jika kerusakan seperti ini dibiarkan secara terus-menerus maka akan menyebabkan kepunahan terhadap makhluk hidup di
bumi ini, serta rusaknya keanekaragaman hayati. Berdasarkan permasalahan tersebut maka dibutuhkan sekali sikap peduli lingkungan dan peran serta para
peserta didik untuk menghentikan segala tindakan yang dapat merusak lingkungan. Hal ini dapat diberikan dan diinternalisasikan dalam kegiatan
pembelajaran di dalam kelas.
2.1.3 Karakteristik Peserta didik Kelas III SD
2.1.3.1 Psikologi Perkembangan Peserta Didik Sekolah Dasar
Dewasa ini psikologi merupakan suatu disiplin ilmu yang sangat besar manfaatnya bagi kehidupan manusia. Psikologi perkembangan mengkaji
perkembangan tingkah laku dan aktivitas mental manusia sepanjang rentang
kehidupannya, mulai dari masa konsepsi hingga meninggal dunia.
Salah satu tujuan dari psikologi perkembangan peserta didik yaitu memberikan, mengukur dan menerangkan perubahan dalam tingkah laku serta
kemampuan yang sedang berkembang sesuai dengan tingkat usia yang
mempunyai ciri-ciri universal, dalam artian yang berlaku bagi para peserta didik di mana saja dalam lingkungan sosial-budaya mana saja. Desmita, 2012:05.
Psikologi perkembangan peserta didik juga dapat mempelajari tingkah laku peserta didik pada lingkungan tertentu yang menimbulkan reaksi yang berbeda.
Dalam perkembangannya peserta didik mampu melakukan suatu tindakan nyata yang dapat memberikan umpan balik pada suatu tingkah laku mereka.
Dari perkembangan peserta didik maka dapat diketahui pengetahuan tentang perkembangannya dengan mengetahui pola normal perkembangan,
memungkinkan para pendidik untuk sebelumnya mempersiapkan peserta didik menghadapi perubahan yang terjadi pada tubuh, perhatian dan perilakunya.
Karakteristik peserta didik usia Sekolah Dasar dapat dikategorikan usia rata-rata anak Indonesia saat memasuki Sekolah Dasar yaitu 6 tahun dan selesai
pada 12 tahun. Pembagian tahapan perkembangan peserta didik, berarti usia sekolah berada dua masa perkembangan yaitu masa kanak-kanak tengah 6-9
tahun dan masa kanak-kanak akhir 10-12 tahun. Kelas III SD berada pada masa perkembangan kanak-kanak tengah. Para perserta didik usia Sekolah Dasar
memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak-anak yang usianya lebih muda. Dalam tahap ini peserta didik senang bermain, senang bergerak, senang bekerja
dalam kelompok, dan senang merasakan atau melakukan secara langsung. Desmita,
2012:35. Oleh
karena itu,
pendidik hendaknya
mampu mengembangkan pembelajaran yang mengandung unsur permainan, aktif dalam
bergerak, bekerja dalam kelompok serta memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat langsung dalam pembelajaran.
Menurut Piaget Desmita:2012 salah seorang tokoh psikologi dari Swiss, perkembangan peserta didik dapat diasumsikan sebagai suatu cara yang
mendeskripsikan bagaimana manusia bertindak untuk memaknai dunianya dengan mengumpulkan dan mengorganisasi informasi. Ide-ide dasar teori Piaget yaitu
anak adalah pembelajar yang aktif, anak mengorganisasi apa yang mereka pelajari dari pengalamannya, anak menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui proses
asimilasi dan akomodasi. Teori Piaget dalam penelitian ini dapat melandasi bahwa perkembangan peserta didik itu memerlukan proses dan tahapan untuk mencapai
tindakan yang maksimal.
Gambar 2.1 Tahap Perkembangan Kognitif Piaget Skema di atas dapat menunjukkan tahap-tahap kognitif pada anak.
Teori Piaget Desmita: 2012 dapat menujukkan klasifikasi umur pada tiap tahapnya dan dapat diketahui komponen-komponen pencapaian anak pada setiap
tahapnya. Pada tahap peserta didik kelas III SD umumnya berusia 6 tahun, sehingga pada teori Piaget dapat diklasifikasikan pada tahap Pra-Operasional yang
kedua dengan usia 7-11 tahun. Pada tahap ini peserta didik sudah mampu berpikir logis sesuai dengan pengalaman yang mereka alami. Peserta didik pada tahap ini
dapat diajak kearah proses berpikir kritis untuk memperoleh pengetahuan melalui sebuah pengalaman yang konkrit.
Tahap Sensorimotor Usia 0-2 tahun Bayi membangun suatu pemahaman tentang dunia melalui pengkoordinasian
pengalaman-pengalaman sensor dengan tindakan fisik
Tahap Pra-Oprasional Usia 2-7 tahun Anak mulai mempresentasikan kata-kata dan gambar-gambar, yang
menunjukkan adanya peningkatan pemikiran.
Tahap Pra-Operasional Konkrit Usia 7-11 tahun Pada tahap ini akan dapat berpikir secara logis mengenai peristiwa-peristiwa
yang kongkrit.
Tahap Pra-Operasional Formal Usia 11 tahun-dewasa Remaja berpikir dengan cara yang lebih abstrak, logis dan lebih idealistik.
2.1.4 Pendidikan Emansipatoris