Interpretasi Metode Analisis Data
60
Tabel 4.1 : Bentuk dan Perilaku KDP
Deskripsi Hasil Bentuk dan Perilaku KDP
Remaja Putra Kekerasan fisik, yaitu memukul, menampar,
membunuh, menendang, mencakar, menjambak, melemparkan panci, mengguyur
air, mengkasari, berkelahi, dan menganiaya. Kekerasan nonfisik mental batin, yaitu adu
mulut atau cek-cok, berselingkuh, mencaci- maki atau berkata kasar, menyakiti hati,
memaksakan kehendak, bertengkar, cemburu, berbeda pendapat, salah paham, berprasangka
buruk, membohongi, mengajak putus, bermusuhan, memfitnah, posesif, dan saling
mendiamkan.
Kekerasan pikiran, yaitu berbeda pendapat, ketidakpercayaan, meninggalkan pacar, berkata
kasar, dan memikirkan hal jelek tentang pasangannya
Kekerasan sosial, yaitu mencemarkan nama orangtua dan posesif.
Remaja Putri Kekerasan fisik, yaitu menampar,
memukul, menendang, memaki, menonjok, menjambak, mencubit sampai
membekas, menyeburkan ke kolam, menyiram dengan air, membunuh,
membenturkan ke dinding, menyelupkan ke bak mandi, berkelahi, memperkosa,
marah-marah, dan mendiamkan pasangan.
Kekerasan nonfisik mental batin, yaitu berselingkuh, saling memaki, posesif,
marah, membentak, bersikap romantis dengan perempuan lain, memaksakan
kehendak, cemburu, kurang percaya, membicarakan pasangan, mendiamkan
pasangan, membohongi, dan menghina.
Persamaan dan Perbedaan Remaja Putra dan Putri Persamaan
Keduanya menyebut tentang kekerasan fisik dan kekerasan nonfisik mentalbatin Kekerasan fisik dan nonfisik dipandang sebagai sesuatu yang diskret
Perbedaan Remaja putra menyebutkan kekerasan pikiran membedakan mental pikiran
Remaja putra menyebutkan kekerasan sosial, yang salah satu contoh perilakunya lebih tepat jika dikategorikan sebagai akibat kekerasan
Dari hasil di atas, terlihat bahwa remaja putra dan putri sama-sama mampu mengidentifikasi perilaku-perilaku yang termasuk dalam kekerasan
dalam pacaran. Secara umum remaja putra dan putri membedakan kekerasan dalam pacaran menjadi dua bentuk, yaitu kekerasan fisik dan kekerasan
mental atau batin. Secara lebih spesifik, mereka mengasosiasikan kekerasan fisik dengan fisik melukai fisik sedang kekerasan mental atau batin
diasosiasikan dengan perasaan dan pikiran melukai perasaan, membebani pikiran. Dalam memandang kedua bentuk kekerasan tersebut, remaja putra
61
dan putri memandangnya secara diskret. Hal ini berarti bahwa kekerasan fisik dan non fisik mental atau batin dipandang sebagai sesuatu yang terpisah.
“Tindakan atau perlakuan yang intinya bisa melukai, bisa menyakiti podo wae. Ya intinya itulah . . . Menyakiti tubuh. Fisik, tubuh. Fisik
dari pasangan.” Partisipan C, V.736-737; 739 “Kekerasan yang menyebabkan hati kita menjadi sakit.” Partisipan
D, I.596
Selain persamaan di atas, perbedaan yang mencolok antara remaja putra dan putri tampak dari kedua poin berikut. Yang pertama, remaja putra
membedakan kekerasan pikiran dengan kekerasan mental. Hal ini tampak dari munculnya tema kekerasan pikiran sebagai tema yang terpisah dari kekerasan
mental batin. Yang kedua, remaja putra menyebutkan kekerasan sosial sebagai salah salah satu bentuk kekerasan. Walaupun demikian, salah satu
contoh perilaku yang dikategorikan sebagai kekerasan sosial, yaitu posesif, juga disebutkan sebagai contoh kekerasan mental. Selain itu, perilaku lainnya
yang termasuk kekerasan sosial, yaitu mencemarkan nama orangtua, sebenarnya lebih tepat dikategorikan sebagai akibat dari kekerasan dalam
pacaran. Namun yang perlu diperhatikan, tema tentang kekerasan pikiran dan sosial ini hanya disebutkan oleh beberapa orang remaja putra saja sehingga
hasilnya mungkin kurang representatif. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI