Akibat Kekerasan Dalam Pacaran a

74 perasaan dan logika, serta tidak terlalu banyak menonton acara televisi yang bermuatan kekerasan. “Kalau punya masalah diselesaikan secara baik-baik.” Partisipan A, I.800 “Ya emang masing-masing sulit ya tapi usahain agar emosi itu nggak keluar saat pacaran.” Partisipan E, III.890-891 “Kalau misalnya belum parah, dilurusin aja secara dingin, nggak pakai kekerasan. Tapi kalau misalnya nggak bisa, ya putus aja.” Partisipan B, III.833-835 “Harus pinter-pinter pakai perasaan ama logika . . . Hmm, kalau pakai perasaan ya walau cinta tapi harusnya juga mikir kalau cowoknya itu sering melakukan tindak kekerasan, apa itu yang disebut cinta? Itu logikanya.” Partisipan B, I.878; 881-883 Berkaitan dengan konteks yang lebih luas, remaja putri antara lain menyarankan agar pemerintah menghentikan peredaran VCD porno, membuka biro konsultasi remaja, serta memberi kritik ke stasiun televisi yang menayangkan kekerasan sebagai salah satu langkah untuk pengatasan KDP. “Memberi surat kepada pemerintah agar menyetop peredaran VCD porno.” Partisipan D, I.990-991 “Kasih kritik ke televisi yang terlalu banyak menayangkan kekerasan.” Partisipan B, I.968-969 75 Tabel 4.5 : Pengatasan Kekerasan Dalam Pacaran Pengatasan KDP Remaja Putra 1. Berkaitan dengan hubungan interpersonal Misalnya tidak memulai pertengkaran, tidak membuat masalah, jangan berbohong, curiga, atau memaksakan kehendak, saling mengerti, saling percaya, saling menghargai, mengalah pada pasangan, tidak selingkuh, menerima pasangan apa adanya, minta maaf dan mengakui kesalahan, putus, dan lain sebagainya. 2. Berkaitan dengan hubungan intrapersonal Misalnya memperkuat iman dan taqwa, jangan berpacaran sebelum cukup umur, dan jangan berpacaran sebelum bekerja 3. Berkaitan dengan konteks yang lebih luas Misalnya mengadakan penyuluhan tentang KDP, mengadakan demo anti kekerasan lewat koran spanduk. Remaja Putri 1. Berkaitan dengan hubungan interpersonal Misalnya saling percaya, terbuka, memberi kebebasan, saling memaafkan, merubah sikap buruk, memperbaiki perilaku, jangan sering bertengkar, putus, dan lain sebagainya. 2. Berkaitan dengan hubungan intrapersonal Misalnya seimbang dalam mempergunakan perasaan dan logika, mengusahakan agar emosi tidak keluar, tidak berpikir untuk melakukan kekerasan, berusaha tidak menyakiti pasangan, tidak terlalu banyak menonton sinetron berbau kekerasan, dan lain sebagainya. 3. Berkaitan dengan konteks yang lebih luas Misalnya membuka pusat konsultasi remaja, memberi kritik ke stasiun televisi yang menayangkan kekerasan, meminta pemerintah untuk menghentikan peredaran VCD porno, dan menulis artikel di koran agar orang yang melakukan kekerasan bisa sadar. Persamaan dan Perbedaan Remaja Putra dan Putri Persamaan  Remaja putra dan putri cenderung lebih menyoroti masalah interpersonal dan intrapersonal sebagai langkah untuk mencegah dan mengatasi KDP. Perbedaan  Remaja putri lebih variatif dalam menyebutkan pengatasan KDP dari konteks yang lebih luas. 76 Hasil di atas menunjukkan bahwa remaja putra dan putri cenderung lebih menyoroti masalah interpersonal dan intrapersonal sebagai langkah pengatasan KDP. Hasil tersebut sejalan dengan pendapat mereka bahwa KDP terjadi terutama karena kurangnya ketrampilan interpersonal dan intrapersonal.  Walaupun demikian, remaja putri terlihat lebih mampu menganalisis peran lingkungan misalnya, media dalam kaitannya dengan KDP. Hal ini tampak dari beberapa saran yang mereka utarakan seperti memberi kritik ke stasiun televisi yang terlalu banyak menayangkan kekerasan atau meminta pemerintah untuk menghentikan peredaran VCD porno. Hasil ini juga ekuivalen dengan temuan penelitian tentang faktor penyebab KDP. Temuan tersebut menyatakan bahwa remaja putri lebih mampu mengidentifikasi peran lingkungan sebagai faktor penyebab timbulnya kekerasan dalam pacaran.  Lihat lampiran halaman 110-112 77

C. Pembahasan Umum

Setiap kelompok individu memiliki keistimewaanya sendiri, demikian pula remaja awal. Dalam penelitian ini, beberapa orang remaja yang termasuk dalam kategori remaja awal berkumpul dan berdiskusi bersama tentang fenomena kekerasan dalam pacaran. Dari diskusi tersebut, tampak beberapa persamaan dan perbedaan hasil antara remaja putra dan putri tentang fenomena kekerasan dalam pacaran, yaitu tentang bentuk, penyebab, akibat, dan pengatasan kekerasan. Berkaitan dengan bentuk kekerasan dalam pacaran, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa remaja putra dan putri mengkategorikan KDP menjadi dua bentuk, yaitu kekerasan fisik dan kekerasan non fisik atau yang biasa mereka sebut dengan kekerasan mental batin. Mereka tidak menyebutkan tentang kekerasan seksual. Untuk kedua bentuk kekerasan tersebut fisik dan nonfisik, mereka melihatnya sebagai sesuatu yang diskret atau terpisah. Remaja putra dan putri tidak melihat hubungan antara kekerasan fisik dan nonfisik. Kenyataannya, kekerasan fisik biasanya merupakan tingkat terakhir dalam KDP. Ketika terjadi kekerasan fisik, dalam kebanyakan kasus, terdapat sejarah panjang kekerasan verbal dan emosional, dan seringkali kekerasan seksual Murray, 2006. Dengan kata lain, sebenarnya terdapat hubungan antara kekerasan fisik dan nonfisik. Jika dibandingkan dengan data di lapangan, laporan dari Rifka Annisa WCC tahun 2001-2006 menyebutkan bahwa dari semua kasus KDP yang ada, 106 kasus merupakan kasus kekerasan emosi, 39 kasus merupakan kekerasan emosi dan seksual, 30 kasus merupakan kasus kekerasan seksual, dan 15 kasus merupakan kasus kekerasan fisik. Selain itu, penelitian Price et al 2000