Bentuk dan Perilaku Kekerasan Dalam Pacaran

62

2. Penyebab Timbulnya Kekerasan dalam Pacaran

a Remaja putra Remaja putra cenderung menitikberatkan penyebab munculnya KDP ke kurangnya ketrampilan diri, yaitu kurangnya kemampuan intrapersonal dan interpersonal. Dalam kaitannya dengan ketrampilan intrapersonal, faktor emosi tidak bisa menahan amarah, cemburu, pelampiasan emosi amarah, stres, dan perasaan takut bertanggung jawab menjadi dasar seseorang melakukan kekerasan. Berkaitan dengan ketrampilan interpersonal, faktor kesalahpahaman, perbedaan pendapat, bosan ingin memutuskan hubungan, kurang komunikasi, ketidakpercayaan, dan masalah ekonomi menjadi faktor pencetus terjadinya KDP. “Meskipun saya belum mengalami pacaran ya mungkin pasangan tersebut ada perasaan faktor kecemburuan.” Partisipan B, V.870- 872 “Ya kekerasan dalam pacaran itu terjadi karena perbedaan pendapat.” Partisipan A, II.425-426 Di sisi lain, remaja putra juga memandang kekerasan sebagai sarana untuk menguasai pasangan. Situasi ini berlaku misalnya ketika pasangan berselingkuh, pasangan tidak bisa memahami, pasangan membangkang, serta ketika seseorang ingin menunjukkan jalan yang benar bagi pasangannya. “Karena pasangannya nggak bisa ngertiin.” Partisipan A, VI.1116 “Bisa saja walaupun keras tapi di dalam hatinya dia itu sayang sekali. Ingin menunjukkan jalan yang benar bagi pasangannya itu.” Partisipan A, V.850-852 63 b Remaja Putri Bagi remaja putri, mereka menyoroti kurangnya ketrampilan intrapersonal seperti marah, pelampiasan emosi amarah, cemburu, sakit hati, kecewa dengan pasangan, dan kompensasi rasa inferior, serta kurangnya ketrampilan interpersonal seperti ketidakcocokkan, kesalahpahaman, perbedaan prinsip, dan lain-lain sebagai titik berat seseorang melakukan kekerasan dalam pacaran. “Ada masalah dengan teman tapi dia tidak bisa menyelesaikan sehingga yang menjadi pelampiasan itu pacarnya.” Partisipan D, I.696-698 “Biasanya apa biasanya cowok dan cewek itu apa nggak cocok pacarannya, jadi sering berantem trus ujung-ujungnya melakukan kekerasan.” Partisipan C, I.424-426 Selain kedua hal tersebut, remaja putri juga menambahkan bahwa kekerasan dilakukan sebagai sarana untuk menguasai pasangan, misalnya ketika pasangan selingkuh, kurang menghargai, memaksa melakukan hubungan intim, dan lain-lain. Di samping itu, kekerasan juga merupakan hasil dari proses belajar sosial, misalnya seperti meniru perilaku teman, berasal dari keluarga yang broken home, serta sebagai suatu kebiasaan. “Itu ada yang mau maksain nafsunya terus ceweknya nggak mau terus dijedukin ke tembok.” Partisipan A, VI.194-195 “Kalau di sekolah kan mesti ada geng-geng. Ya cowok itu ikut geng. Geng itu kan sering pakai kekerasan sama SMP lain jadi mungkin dia kebawa ke pasangannya.” Partisipan C, III.704-707 “Udah kebiasaan kali.” Partisipan C, VI.428 64 Selain itu, kekerasan juga dipandang sebagai wujud keabnormalitasan. Jadi, seseorang melakukan kekerasan dalam pacaran bisa dilatarbelakangi karena orang tersebut memiliki kelainan. “Punya kelainan.” Partisipan D, VI.430 65 Tabel 4.2 : Penyebab Timbulnya KDP Penyebab Timbulnya KDP Remaja Putra 1. Ekspresi ketidakmampuan diri a Kurangnya ketrampilan intrapersonal, misalnya tidak bisa menahan amarah, cemburu, pelampiasan emosi, stres, takut bertanggung jawab. b Kurangnya ketrampilan interpersonal, misalnya kesalahpahaman, perbedaan pendapat, bosan pada pasangan, kurang komunikasi, dan lain-lain. 2. Sebagai sarana menguasai pasangan Misalnya melakukan kekerasan ketika pasangan berselingkuh, pasangan tidak memahami, pasangan membangkang, serta ketika ingin menunjukkan jalan yang benar bagi pasangannya. Remaja Putri 1. Ekspresi ketidakmampuan diri a Kurangnya ketrampilan intrapersonal, misalnya marah, pelampiasan amarah, cemburu, sakit hati, dan lain-lain. b Kurangnya ketrampilan interpersonal, misalnya ketidakcocokkan, kesalahpahaman, perbedaan prinsip, kurang bisa menerima kelemahan pasangan, dan lain- lain. 2. Sebagai sarana menguasai pasangan Misalnya ketika pasangan selingkuh, pasangan kurang menghargai, pasangan tidak mau dicium dan tidak mau melakukan hubungan seks, ketika disakiti pasangan, serta ketika malu dengan perilaku pasangan. 3. Sebagai hasil dari proses belajar sosial, misalnya meniru perilaku teman, berasal dari keluarga yang broken home, serta sebagai suatu kebiasaan. 4. Sebagai wujud keabnormalitasan, misalnya pelaku memiliki kelainan. Persamaan dan Perbedaan Remaja Putra dan Putri Persamaan  Menyebut ketidakmampuan diri kurangnya ketrampilan intrapersonal dan interpersonal serta sarana menguasai pasangan sebagai penyebab timbulnya KDP. Perbedaan  Remaja putri menambahkan penyebab KDP lainnya, yaitu sebagai hasil dari belajar sosial dan keabnormalitasan. 66 Dari hasil di atas terlihat persamaan antara remaja putra dan putri dalam menyebut penyebab KDP, yaitu bahwa KDP terjadi karena ketidakmampuan diri kurangnya ketrampilan intrapersonal dan interpersonal serta sarana untuk menguasai pasangan. Sejalan dengan hal tersebut, remaja putra dan putri juga berpendapat bahwa seseorang dapat menjadi korban KDP karena ia melakukan kesalahan, seperti salah bicara, selingkuh, atau melakukan perilaku salah lainnya danatau karena orang tersebut korban KDP kurang mampu dalam mempertahankan diri  . Jadi, dari kedua opini tersebut opini tentang penyebab seseorang melakukan KDP dan penyebab korban terkena KDP terlihat kecocokannya antara satu sama lain. “Jadi cowoknya itu main sama cewek lain terus nggak mau ngaku gitu lho terus ya udah habis itu ya ceweknya sebel kan ya trus cowoknya ditampar.” Partisipan A, VI.181-183 “Karena dia pelakunya . . . karena dia melakukannya . . . perselingkuhan atau apa.” Partisipan C, IV.1159-1163 Selain persamaan opini antara remaja putra dan putri, hasil penelitian ini juga menunjukkan perbedaan opini remaja putra dan putri dalam mengidentifikasi faktor penyebab KDP. Secara lebih rinci, yang membedakan penyebab KDP menurut remaja putra dan putri adalah disebutkannya faktor kekerasan sebagai hasil dari belajar sosial serta kekerasan sebagai wujud abnormalitas. Kedua hal tersebut hanya disebutkan oleh remaja putri. Walaupun demikian, perlu diperhatikan bahwa tema kekerasan sebagai wujud abnormalitas hanya disebutkan  Lampiran halaman 111 dan 113