32 Warna violet dan merah muda yang menjadi kesukaan Diky muncul dalam karya
1 dan 2.
Penelitian terkait ini digunakan oleh peneliti sebagai acuan dalam membuat penelitian tentang Lukisan Anak Penderita Gangguan Pemusatan
Perhatian dan Hiperaktif Usia 7-9 Tahun, karena sama-sama menggunakan lukisan anak sebagai subjek penelitian. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian
terkait adalah Anak penderita GPPH yang menjadi objek penelitian yang masih belum pernah diteliti.
E. Kerangka Pikir
Seni tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Seni adalah objek bagi penciptanya untuk mengekspresika dirinya. Menurut Bahari 2008:72, seni
adalah suatau keterampilan yang diperoleh dari pengalaman, belajar, atau pengamatan-pengamatan menyatakan Unsur dunia seni rupa yang utama adalah
gambar. Hal tersebut sesuai dengan yang dikatakan oleh Susanto 2003:72, menggambar adalah dasar bagi segala hal dari seluruh teknik-teknik seni rupa
yang lain. Karya lukis anak terbentuk karena di dalam lukisan tersebut ada gambar-gambar yang akan membentuk sebuah karya yang disebut lukisan.
Lukisan anak dapat menceritakan seluruh pengalamn dan kejadian yang pernah dialaminya.
Pamadhi 2012:22, menyatakan lukisan anak sebagai simbol visual yang memiliki makna ganda tidak hanya sebagai simbol perwujudan bentuk
namun merupakan keinginan yang diwujudkan dalam figur dan simbol dalam gambar. Pada kenyataannya GPPH merupakan gangguan yang dialami oleh anak.
Gangguan tersebut memiliki ciri dan gejala yang dapat menghambat aktivitas
33 hidup mereka. Penderita GPPH mengalami gangguan di bidang pendidikan,
lingkungan, dan sosial Sugiarmin, 2007. Pendidik dan orang tua perlu mengetahui bagaimana lukisan seseorang
anak dengan GPPH apakah sama dengan anak-anak yang lainnya. Terutama lukisan anak usia 7-9 tahun penderita GPPH tersebut. Lukisan anak GPPH belum
pernah diteleiti dan apakah karyanya juga masuk perkembangan masa bagan seperti anak diusianya. Dalam penelitian ini, peneliti akan meneliti apakah lukisan
anak penderita GPPH memiliki tema, bentuk, warna, dan tipe yang sama atau berbeda dengan lukisan anak normal lainnya ataukah mereka juga memiliki
perbedaan dalam perkembangan lukisannya.
34
BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian: Studi kasus
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Creswell 2015: 135 menjelaskan, studi kasus adalah pendekatan kualitatif yang
penelitiannya mengeksplorasi kehidupan nyata, sistem terbatas kasus atau berbagai kasus, melalui pengumpulan data yang detail dan mendalam yang
melibatkan beragam sumber informasi atau sumber informasi majemuk pengamatan, wawancara, bahan audiovisual, dokumen dan berbagai laporan.
Penelitian studi kasus melaporkan secara deskripsi kasus dan tema kasus. Ary dalam Idrus, 2009: 57 juga berpendapat bahwa studi kasus merupakan suatu
penyelidikan intensif tentang seorang individu, namun studi kasus terkadang dapat juga dipergunakan untuk menyelidiki unit sosial yang kecil seperti keluarga,
sekolah, kelompok-
kelompok “geng” anak muda.
Penelitian studi kasus berusaha untuk menemukan semua variabel penting yang terkait dengan diri subjek. Peneliti mengumpulkan data mengenai kondisi
masa kini, pengalaman pada masa lalu, lingkungan sekitarnya, dan menemukan keterkaitan antar faktor Idrus,2009: 57-58.
Terdapat 3 tipe studi kasus Idrus, 2009: 58: 1.
Studi Kasus Intrinsik, merupakan studi kasus yang menekankan pada pemahaman yang mendalam terhadap kasus tunggal yang disebabkan kasus
tersebut menarik.