. Armada dan Alat Tangkap Perikanan Laut

67 Lanjutan Dimensi Sosial 1 Sistem sosial usaha perikanan 1,55 2 Tingkat pertumbuhan komunitas perikanan 0,64 3 Jumlah rumah tangga perikanan 1,35 4 Pengetahuan lingkungan hidup dan perikanan 0,83 5 Tingkat pendidikan 0,50 6 Status konflik 1,50 7 Tingkat keterlibatan nelayan 1,60 8 Tingkat pendapatan usaha perikanan 1,36 9 Partisipasi keluarga 1,07 Dimensi Teknologi 1 Panjang trip waktu 0,00 2 Tempat pendaratan 0,37 3 Penanganan pasca panen 1,20 4 Penanganan di kapal 1,30 5 Pemanfaatan alat tangkap aktif 0,83 6 Selektifitas alat 0,76 7 FAD fish aggregatting device 0,70 8 Ukuran kapal 1,33 9 Kemampuan alat tangkap 1,17 10 Efek samping alat tangkap 1,30 Dimensi Etik 1 Kedekatan dan nilai kepercayaan 2,18 2 Alternatif pekerjaan 1,07 3 Kearifan lokal dalam pengusahaan perikanan 0,80 4 Manajemen pengambilan keputusan 2,63 5 Pengaruh aturan pranata sosial 2,75 6 Mitigasi kerusakan habitat 2,69 7 Mitigation-ecosystem depletion 2,67 8 Illegal fishing 1,21 9 Buangan hasil tangkapan 0,37 Sumber: Data primer diolah 2007 Berdasarkan rekapitulasi skor rata-rata yang tersebut di atas, selanjutnya dianalisis Multi Dimensional Scaling MDS dengan bantuan software Rapfish untuk menghitung tingkat keberlanjutan pembangunan perikanan di Selat Bali. Hasil analisis MDS diperoleh nilai skor KP2 sebesar 44,68 dan nilai Stress S sebesar 0,14. Nilai KP2 44,68 berarti kondisi eksisting status keberlanjutan pembangunan perikanan di Selat Bali dapat dikategorikan cukupsedang lihat Tabel 3.1. Nilai KP2 semakin mendekati nilai 100 maka makin mendekati 68 sempurna tingkat keberlanjutan pembangunan perikanan. Untuk nilai Stress S0,25, berarti model yang digunakan dalam analisis ini memenuhi syarat untuk digunakan karena dalam kondisi fit good of fitness sehingga cukup tepat untuk mengukur konfigurasi dari suatu titik yang dapat mencerminkan data aslinya. Status keberlanjutan pembangunan perikanan di Selat Bali seperti disajikan dalam Gambar 5.1 Gambar 5.1 Status keberlanjutan pembangunan perikanan di Selat Bali Berarti status Selat Bali pada saat ini sudah mengkhawatirkan karena menunjukkan gejala degradasi sumberdaya yang cukup besar. Dengan demikian perlu dilakukan langkah strategis guna menekan laju degradasi tersebut agar mampu meningkatkan status keberlanjutan dengan cara merubah sistem pengelolaan yang terpadu dan berbasis pada kelestarian lingkungan hidup. Skor keberlanjutan tersebut merupakan raport kualitas keberlanjutan dan dapat menjadi panduan bagi seluruh stakeholders dalam pemanfaatan sumberdaya di Selat Bali. Agar supaya tetap terkendali, sebaiknya perlu dilakukan penilaian secara periodik 3-5 tahun ke depan. Tentunya nilai raport status keberlanjutan tersebut akan berbanding terbalik dengan akumulasi permasalahan tekanan fisik 44,68 Good Bad U p D ow n -60 -40 -20 20 40 60 20 40 60 80 100 120 Status Pe rik anan Su m b u Y S e te la h R o ta si St at us P erik an an T it ik Referen si U t am a T it ik Referen si T am bah an