64 keterikatan sosial dan ekonomi. Rantai pemasaran hasil perikanan tangkap seperti
dalam Gambar 4.1.
4.10 Sumberdaya Perairan
Area perairan Muncar berada di Teluk Pangpang dan Tanjung Sembulungan. Panjang total garis pantai dalam wilayah Kecamatan Muncar
mencapai ±13 km, dimana 6-7 km bersifat terbuka dan dan tidak terlindungi tanaman pantai. Berdasarkan countour iso-depth, perairan Selat Bali yang
menjadi area operasi penangkapan ikan sebegaian besar nelayan, dibedakan atas kedalaman: i 0-5 m, ii kedalaman 5-10 m, iii kedalaman 10-20 m, iv 20-100
m, dan v kedalaman 200 m Risjani 2004. Muara sungai di bagian selatan yang lebih dominan mempengaruhi Teluk
Pangpang adalah muara sungai Stail Selatan, Stail Utara, Wagut, Langgur, dan Curah Koncong. Pada bagian tengah yang mendapat tekanan limbah pemukiman
dan industri pengolahan ikan adalah Kalimati dan Kalimoro. Untuk muara Sungai Bomo terletak pada bagian utara yang menjadi batas utara Kecamatan Muncar.
Nelayan Muncar
Juragan Darat Pedagang pengambek
Industri Kecil Pengolahan Ikan
Industri Besar Pengolahan Ikan
Pedagang Antar Kota
Konsumen Akhir
Ekspor Nelayan
Daerah Lain
Gambar 4.1 Rantai pemasaran produk perikanan tangkap Industri Hilir
65 Habitat hutan mangrove yang banyak ditemukan sepanjang Dusun Tratas,
Kabatmantren, Krajan, sampai Tegalpare Desa Wringinputih. Diperkirakan luas total potensi hutan mangrove ± 600 hektar. Namun kondisi saat ini sudah
mengalami konversi menjadi lahan tambak intensif. Di daerah Teluk Pangpang banyak dijumpai jenis Rizhophora sp. dan Bruguiera sp. Organisme khas
penghuni hutan mangrove banyak ditemukan burung blekok dan kuntul. Di Tanjung Sembulungan ditemukan formasi hutan mangrove dengan luasan terbatas
1 hektar dari jenis Sonneratia sp. nama lokal: Perepat dan juga banyak ditemukan pohon ketapang Terminalia cattapa di sepanjang pantai BPPP
2004. Habitat terumbu karang banyak ditemukan di Desa Sumbersewu ± 72.8
hektar dan Tanjung Sembulungan terutama di depan pantai Pasir Putih Pendek ± 36,1 hektar, Pasir Putih Panjang ± 30,5 hektar, Perepat ± 32,2 hektar, Tanjung
Pasir ± 333 hektar, dan Karang Ente ± 388 hektar. Selain itu, pada bagian tengah perairan Selat Bali juga ditemukan batuan karang berbahaya, yang disebut
Takadekin atau Gosong Ratu ± 396 hektar. Daerah ini sering dihindari oleh nelayan purse seine atau payang karena merusak jaring Susilo dan Hartono
2005. Hampir semua habitat terumbu karang di Tanjung Sembulungan
penutupannya cukup baik 70 dan alami. Organisme penting yang ditemukan adalah kima raksasa Tridacna spp. dan kerang mutiara Blue pearls. Lebar
cangkang dari kima raksasa ada yang mencapai ± 50 cm. Namun demikian, berdasarkan laporan petugas perikanan dan masyarakat nelayan bahwa di wilayah
terumbu karang diindikasikan penangkapan ikan menggunakan bahan eksplosif bom ikan dan potas. Organisme yang ditemukan di Sumbersewu antara lain:
udang ronggeng, bintang laut, bulu babi, karang sruo sejenis bulu babi, teritip, kerang hijau, ikan hias, kepiting, larva udang benur dan nener larva bandeng.
Munculnya populasi kerang hijau diduga ada hubungannya dengan meningkatnya jumlah bahan organik yang masuk ke perairan yang berasal dari limbah tambak
organik, limbah rumah tangga, dan pabrik pengolahan ikan Susilo dan Hartono 2005.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Keberlanjutan Pembangunan Perikanan di Selat Bali
5.1.1 Analisis Multi Dimensional Scaling
Dalam menganalisis keberlanjutan pembangunan perikanan di Selat Bali dalam penelitian ini dilakukan dengan pendekatan sistem pakar expert system.
Rekapitulasi penilaian expert terhadap atribut dari dimensi pembangunan perikanan berkelanjutan dan atribut CCRF Code of Conduct for Responsible
Fisheries dapat dilihat pada Lampiran 2-3. Tabel 5.1 menunjukkan rekapitulasi
skor rata-rata dari masing-masing atribut.
Tabel 5.1 Rekapitulasi skor rata-rata keberlanjutan pembangunan perikanan di Selat Bali
Dimensi Ekologi
No Atribut Skor Rata-rata
1 Tingkat eksploitasi
2,21 2 Keragaman
tangkapan 0,87
3 Perubahan tropic level
1,41 4
Daerah perlindungan laut DPL 1,70
5 Gejala penurunan jumlah ikan
1,77 6
Ukuran ikan yang ditangkap 1,33
7 Jumlah ikan tertangkap sebelum dewasa
1,73 8
Tangkapan ikan non target yang dibuang 0,57
9 Jumlah spesies yang tangkap
0,63 10 Produksi
primer 1,45
Dimensi Ekonomi
No Atribut Skor Rata-tata
1 Profitabilitas usaha perikanan
1,13 2
Konstribusi sektor perikanan terhadap PDB 1,39
3 Pasar 1,45
4 Tingkat pendapatan masyarakat nelayan
0,93 5
Sumber pendapatan lainnya 2,67
6 Sektor ketenagakerjaan
1,29 7 Penerima
keuntungan 0,54
8 Tingkat subsidi terhadap sektor perikanan
1,03 9
Pembatasan jumlah nelayan 0,83
10 Nilai pasar usaha perikanan
1,70
67
Lanjutan Dimensi Sosial
1 Sistem sosial usaha perikanan
1,55 2
Tingkat pertumbuhan komunitas perikanan 0,64
3 Jumlah rumah tangga perikanan
1,35 4
Pengetahuan lingkungan hidup dan perikanan
0,83 5 Tingkat
pendidikan 0,50
6 Status konflik
1,50 7
Tingkat keterlibatan nelayan 1,60
8 Tingkat pendapatan usaha perikanan
1,36 9 Partisipasi
keluarga 1,07
Dimensi Teknologi
1 Panjang trip waktu
0,00 2 Tempat
pendaratan 0,37
3 Penanganan pasca
panen 1,20
4 Penanganan di
kapal 1,30
5 Pemanfaatan alat tangkap aktif
0,83 6 Selektifitas
alat 0,76
7 FAD fish aggregatting device 0,70
8 Ukuran kapal
1,33 9
Kemampuan alat tangkap 1,17
10 Efek samping alat tangkap
1,30
Dimensi Etik
1 Kedekatan dan nilai kepercayaan
2,18 2 Alternatif
pekerjaan 1,07
3 Kearifan lokal dalam pengusahaan
perikanan 0,80
4 Manajemen pengambilan keputusan
2,63 5
Pengaruh aturan pranata sosial 2,75
6 Mitigasi kerusakan habitat
2,69 7
Mitigation-ecosystem depletion 2,67
8 Illegal fishing
1,21 9
Buangan hasil tangkapan 0,37
Sumber: Data primer diolah 2007
Berdasarkan rekapitulasi skor rata-rata yang tersebut di atas, selanjutnya dianalisis Multi Dimensional Scaling MDS dengan bantuan software Rapfish
untuk menghitung tingkat keberlanjutan pembangunan perikanan di Selat Bali. Hasil analisis MDS diperoleh nilai skor KP2 sebesar 44,68 dan nilai Stress S
sebesar 0,14. Nilai KP2 44,68 berarti kondisi eksisting status keberlanjutan
pembangunan perikanan di Selat Bali dapat dikategorikan cukupsedang lihat Tabel 3.1. Nilai KP2 semakin mendekati nilai 100 maka makin mendekati