101 Pola-pola tersebut di atas masih menitik beratkan eksploitasi, padahal seharusnya
perlu merubah mainstream pola berpikir pemanfaatan SDI yang lebih ramah lingkungan.
5.4 Analisis Keterkaitan Indikator Analysis of Indicator Linkages
Dalam sistem penilaian lokal local assessment terhadap indikator keberlanjutan dalam penelitian ini juga menggunakan metodologi kualitatif untuk
mengkaji interaksi, keterhubungan dan keterkaitan dari indikator yang digunakan. Hal ini untuk menguji dan menjadikan lebih memaknai dan memberikan arti
bagaimana indikator-indikator tersebut secara dinamika komulatif berpengaruh terhadap keberlanjutan perikanan.
Dari 48 atribut keberlanjutan pembangunan perikanan kemudian diseleksi berdasarkan ranking tingkat kepentingan untuk dipilih sebanyak 5-6 atribut dari
masing-masing dimensi. Seperti telah diuraikan di atas bahwa ada 28 atribut terpilih yang terdiri masing-masing 5 atribut dari dimensi ekologi dan ekonomi, 6
atribut masing-masing dari dimensi sosial, teknologi, dan etik. Berdasarkan hasil diskusi yang mendalam dengan expert diperoleh
hubungan dan keterkaitan antar atribut baik secara langsung maupun tak langsung. Dalam analisis ini menggunakan bantuan software Decision Explorer
®
versi 3.0. Seperti diketahui bahwa teknik cognitive mapping, merupakan sebuah casuality
map sebagai dasar dalam mengembangkan indikator dalam penggunaan MCA.
Arah panah dalam diagram casuality map, tidak semua indikator pada tahap I mampu direfleksikan dalam peta. Hal ini dimaksudkan bahwa tidak semua
indikator memiliki kecukupan atau memadai untuk didefinisikan yang berguna membangun hubungan kasualitas. Dalam pengembangan peta hubungan
kasualitas atau diagram panah tersebut, penilaian dari expert hanya mengarahkan pada hubungan kasualitas saja tanpa memperhatikan relative weight atau
importance value. Gambar 5.18 merupakan cognitive mapping keterkaitan atribut
yang menentukan keberlanjutan.
66
Gambar 5.18 Cognitive map dari keterkaitan atribut keberlanjutan
1 Tingkat Eksploitasi-a1
2 DPL-a4 3 Gejala Penurunan
Jumlah Ikan-a5
4 Ukuran Ikan Yang Ditangkap-a6
5 Jumlah Ikan Tertangkap Sbl
Dewasa-a7
6 Profitabilitas-b1 7 Pasar-b3
8 TK Pendapatan Nelayan-b4
9 Penerima Keuntungan-b7
10 Pembatasan Jumlah Nelayan-b9
11 Sistem Sos Usaha Perikanan-c1
12 Tk Pert Komun Per-c2
13 Pengetahuan LH-c4 14 Status konflik-c6
15 Tk Keterlibatan Nelayan-c7
16 TK Pendapatan Usaha-c8
17 Panjang Trip-d1 18 Tempat Pendaratan
Ikan-d2 19 Penanganan Pasca
Panen-d3 20 Penanganan di
Kapal-d4
21 Selektifitas Alat-d6
22 Efek Samping Atat Tangkap-d10
23 Alternatif Pekerjaan-e2
24 Kearifan Lokal-e3 25 Manaj Pengambilan
Keputusan-e4 26 Mitigasi
Kerusakan Habitat-e6 27 Illegal
Fishing-e7
28 Mitigasi Kerusakan
Ekosistem-e8
103 Indikator keberlanjutan perikanan jarang dijumpai berpengaruh terhadap
dinamika ekosistem atau keberlanjutan itu sendiri. Oleh karena itu, penilaian secara holistic sangat diperlukan untuk mengidentifikasi keterhubungan antara
indikatoratribut termasuk di dalamnya dampak kolektif terhadap keberlanjutan perikanan. Berdasarkan gambar tersebut, selanjutnya dilakukan analisis domain
dan centrality score seperti yang disajikan dalam Tabel 5.7. Dari 28 indikatoratribut yang dipetakan, ada 3 atribut yang memiliki domain tertinggi
yakni tingkat eksploitasi d=15, gejala penurunan jumlah ikan dan tingkat pendapatan nelayan masing-masing d=14. Hal ini menunjukkan bahwa adanya
keterkaitan dan hubungan mempengaruhi dan dipengaruhi atribut lainnya. Ketiga atribut tersebut disebut tactically significant karena variabel tersebut memiliki
tingkat kepadatan atau jumlah indikator yang berhubungan mempengaruhidipengaruhi oleh atribut lainnya. Sedangkan domain terkecil
d=2 diduduki oleh 3 atribut yakni: mitigasi kerusakan habitat, penerima keuntungan, dan mitigasi kerusakan ekosistem.
Tabel 5.7 Domain dan nilai centrality
No. Dimensi-Atribut Domain Skor
Centrality Jumlah
Atribut Berkaitan
Langsung dan Tak Langsung
Dimensi Ekologi a1 Tingkat
eksploitasi 15
20 27
a4 DPL 7
16 27
a5 Gejala penurunan jumlah ikan
14 19
27 a6 Ukuran
ikan 6
15 27
a7 Jumlah ikan tertangkap sebelum
dewasa 6 15 27
Dimensi Ekonomi b1 Profitabilitas
7 14
27 b3 Pasar
4 13
27 b4 Tingkat
pendapatan masyarakat
nelayan 14 18
27 b7 Penerima
keuntungan 2
11 25
b9 Pembatasan jumlah
nelayan 5
14 27
104 Lanjutan
Dimensi Sosial c1
Sistem sosial usaha perikanan 7
14 27
c2 Tingkat pertumbuhan komunitas
perikanan 7 16 27
c4 Pengetahuan lingkungan
hidup dan perikanan
8 16 27 c6 Status
konflik 6
16 27
c7 Tingat keterlibatan nelayan
9 16
27 c8
Tingkat pendapatan usaha 5
13 25
Dimensi Teknologi d1 Panjang
trip 5
15 27
d2 Tempat pendaratan
5 14
27 d3 Penanganan
pasca panen
6 15
27 d4 Penanganan
di kapal
5 14
25 d6 Selektifitas
alat 6
15 27
d10 Efek samping
5 15
27 Dimensi Etik
e2 Alternatif pekerjaan
3 13
27 e3
Kearifan lokal dalam pengusahaan perikanan
8 16 27 e4 Manajemen
pengambilan keputusan
5 15 27 e6
Mitigasi kerusakan habitat 2
10 24
e7 Illegal fishing
10 18 27 e8 Mitigasi
kerusakan ekosistem
2 10
24
Sumber: Data primer diolah 2007
Hanya 28 indikator saja yang dimasukkan dalam menilai interaksinya. Hal ini disebabkan a keterbatasan infomasi tentang indikator, b sedikitnya
pengetahuan tentang indikator, c ketidakcukupanketerbatasan makna, atau kemurniaan makna tentang ketepatan makna dari indikator, dan d keterbatasan
umum dari pertalian dalam kaitannya pengukuran indikator secara kualitatif Untuk selanjutnya, centrality merupakan konsep penting dalam sudut
pandang penilaian holistic. Dalam konsep centrality sebenarnya memiliki dua makna yakni yang dinamakan central score dan jumlah indikator yang
dipengaruhi. Central score dapat menunjukkan nilai strategis sebuah indikator sebab merefleksikan bukan hanya jumlah indikator yang dipengaruhi langsung
tetapi juga seluruh jangkauan hubungan tak langsung dengan indikator lainnya. Berarti central score terdiri dari: 1 jumlah indikator yang berkaitan langsung
105 dengan indikator, dan 2 jumlah indikator yang berhubungan tidak langsung pada
level yang berbeda atau diluar titik keterhubungan secara langsung dengan indikator.
Pengaruh dari jumlah indikator seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 5.7, bahwa konsep centrality sangat penting sebab hal ini merefleksikan luasnya
keterhubungan atau keterkaitan sebuah indikator. Seabagai contoh inikatior a-1 mempunyai 27 indikator artinya 27 indikator dari 28 total indikator dipengaruhi,
atau mempengarui, indikator a-1 secara langsung dan tak langsung. Dari 28 atribut yang dipetakan ternyata atribut tingkat eksploitasi atribut
a1 menduduki skor Centrality 20. Hal ini menggambarkan bahwa yang menjadi issu utama dalam keberlanjutan pembangunan perikanan di Selat Bali yakni
tentang tingkat eksploitasi sumberdaya yang cenderung melampui daya dukung. Selain itu issu tersebut merupakan indikator yang paling strategis karena
menduduki peran mempengaruhi dan berkaitan erat dengan indikator lainnya dalm sistem perikanan. Maka semakin jelas bahwa issu eksploitasi sumberdaya yang
melampui ambang batas sebagai akumulasi perilaku seluruh stakeholders dalam memanfaatkan sumberdaya perikanan sangat menentukan sustainability perairan
Selat Bali. Formulasi arah kebijakan pembangunan ke depan supaya lebih memfokuskan pada revolusi terhadap perubahan perilaku seluruh stakeholders
Atribut berikutnya yang paling strategis berutut-turut a5 19, b4 18, dan e7 18. Posisi dari ke-empat atribut tersebut sangat kuat karena memiliki Domain
yakni jumlah indikator yang berhubungan langsung dengan indikator pusat yang masing-masing berurutan 15, 14, 14, dan 10. Sementara itu, dalam konsep
persamaan centrality bahwa central score sama dengan jumlah level keterkaitan tidak langsung dengan menghilangkan keterhubungan langsung dengan indikator
concern. Untuk melihat keterkaitan antara analisis domain dan skor centrality
dapat dilihat dalam Gambar 5.19, dimana ada kecenderungan makin besar domain makin besar skor centrality.
Causal loop yang teridentifikasi sebanyak 2409 set tanpa memperhatikan
hubungan positif atau negatif. Sistem keterkaitan dan keterhubungan yang tersusun cukup rumit sebagai visualiasi komplekssitas dalam suatu sistem
pengelolaan perikanan. Tentunya tidak dapat diuraikan satu per satu maka
106 diperlukan kajian lanjutan khusus mengkaji atas casual loop yang telah tersusun
dalam penelitian ini agar dapat diungkap lebih detail. Sebagai lesson learn dari aplikasi ini yang mengindikasikan bahwa
metodologi ini cukup tegas dan terstruktur yang memungkinkan sebagai sebuah analisis sistematik terhadap indikator-indikator tanpa adanya batasan-batasan yang
lazim digunakan dalam kebanyakan metode formal. Pada level sophistication dan formalization dapat ditemukan menjadi acceptable dan suitable untuk
penyusunan keputusan kelompok dan partisipatif dan latihan membangun model. Umpan balik yang diberikan partisipan mengindikasikan bahwa metode ini mudah
digunakan dan sederhana untuk dipahami oleh partisipan, dan proses pengambilan keputusan kelompok menjadi transparan. Wawasan dapat berkembang dari
pengalaman studi kasus baik dalam praktek, penelitian, teori dan konseptual yang dapat dipercaya. Proses ini sangat menarik karena mampu memadukan prinsip-
prinsip partisipatori pluralistik yang saat ini telah diterima luas dalam pengelolaan sumberdaya alam publik.
107
Gambar 5.19 Domain dan skor centrality dari atribut keberlanjutan
2 4
6 8
10 12
14 16
a1 a4
a5 a6
a7
Atribut Ekologi Ju
m la
h D
o m
a in
5 10
15 20
25
S k
or C
e nt
ra lit
y
Domain Skor Centrality
2 4
6 8
10 12
14 16
b1 b3
b4 b7
b9 Atribut Ekonomi
Dom a
in
2 4
6 8
10 12
14 16
18 20
S k
or C
ent ral
it y
Domain Skor Centrality
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
c1 c2
c4 c6
c7 c8
Atribut Siosial Dom
ai n
2 4
6 8
10 12
14 16
18
S k
or Cent
ral it
y
Domain Skor Centrality
4,4 4,6
4,8 5
5,2 5,4
5,6 5,8
6 6,2
d1 d2
d3 d4
d6 d10
Atribut Teknologi Do
m a
in
13,4 13,6
13,8 14
14,2 14,4
14,6 14,8
15 15,2
S k
or Cent
ra li
ty
Domain Skor Centrality
2 4
6 8
10 12
e2 e3
e4 e6
e7 e8
Atribut Etik Do
m a
in
2 4
6 8
10 12
14 16
18 20
Sk o
r C e
n tr
a lit
y
Domain Skor Centrality
108
5.5 Optimalisasi Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Lemuru 5.5.1 Produksi Ikan Lemuru