Pembelajaran Kooperatif Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti 1. Model Pembelajaran Kooperatif

a. Saling ketergantungan positif Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka. b. Tanggung jawab perseorangan Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Pengajar yang efektif dalam model pembelajaran cooperative learning membuat persiapan dan menyusun tugas-tugas sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan. c. Tatap muka Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan diskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing. d. Komunikasi antar anggota Unsur ini menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi. Proses ini merupakan proses yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pangalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa. e. Evaluasi proses kelompok Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Waktu evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok, tetapi bisa dilakukan selang beberapa waktu setelah beberapa kali pembelajar terlibat dalam kegiatan pembelajaran cooperative learning. Secara umum pembelajaran kooperatif terdiri dari lima karakteristik, yaitu 9 : a. Siswa belajar bersama pada tugas-tugas umum atau aktivitas untuk menyelesaikan tugas atau aktivitas pembelajaran. b. Siswa saling bergantung secara positif. Aktivitas diatur sehingga siswa membutuhkan siswa lain untuk mencapai hasil bersama pembelajaran yang paling baik ditangani jika melalui kerja kelompok. c. Siswa belajar bersama dalam kelompok kecilyang terdiri dari 2 sampai 5 siswa. d. Siswa menggunakan perilaku kooperatif, pro-sosial. e. Setiap siswa secara mandiri bertanggung jawab untuk pekerjaan pembelajaran mereka. Pada dasarnya model cooperative learning dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum Ibrahim dalam Isjoni, yaitu 10 : a. Hasil belajar akademik Dalam cooperative learning meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Para pengembang model ini telah menunjukkan, model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. b. Penerimaan terhadap perbedaan individu Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain. 9 Tonih Feronika, Strategi Pembelajaran Kimia, Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah 2008 h. 57 10 Isjoni, Cooperatif Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok, Bandung : Alfabeta 2010 h. 27-28 c. Pengembangan keterampilan sosial Tujuan penting ketiga cooperative learning adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Pendekatan kooperatif digunakan dalam pembelajaran di kelas dengan menciptakan situasi atau kondisi bagi kelompok untuk mencapai tujuan masing-masing anggota atau kelompok itu sendiri. Pembelajaran kooperatif membawa maksud belajar bersama-sama dalam satu kelompok kecil yang mempunyai tujuan yang sama. Siswa memiliki semangat bekerjasama untuk mencapai tahap pembelajaran yang maksimum bagi diri sendiri dan juga bagi kelompoknya. 11 Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang menggunakan pembe;jaran koopertaif. Langkah-langkah itu ditunjukan pada tabel di bawah ini. 12 Tabel. 2.1. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif Fase Tingkah laku guru Fase -1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar. Fase-2 Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan. Fase-3 Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok kooperatif Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajat dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien. Fase-4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka. Fase-5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing- masing kelompok mempersentasikan hasil kerjanya. Fase-6 Memberikan penghargaan Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok. 11 Tonih Feronika, Strategi Pembelajaran Kimia, Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah 2008 h. 57 12 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Jakarta : Prenada Media Group 2010 h. 66 Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberi kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama- sama siswa yang berbeda latar belakangnya. Jadi dalam pembelajaran kooperatif siswa berperan ganda yaitu sebagai siswa atau sebagai guru. Dengan bekerja secara kolaboratif untuk mencapai sebuah tujuan bersama, maka siswa akan mengembangkan keterampilan berhubungan dengan sesama manusia yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan diluar sekolah. 13 Tabel 2.2 Perbedaan kelompok belajar kooperatif dengan kelompok belajar konvensional Kelompok belajar kooperatif Kelompok belajar konvensional Adanya saling ketergantungan positif, saling membantu dan saling memberikan motivasi sehingga ada interaksi promotif. Guru sering membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok. Adanya akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan materi pelajaran tiap anggota kelompok, dan kelompok diberi umpan balik tentang hasil belajar para anggotanya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan. Akuntabilitas individual sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering diborong oleh salah seorang anggota kelompok sedangkan anggota kelompok lainnya hanya “mendompleng” keberhasilan “pemborong”. Kelompok belajar heterogen, baik dalam kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, etnik dan sebagainya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang memberikan bantuan. Kelompok belajar biasanya homogen. Pimpinan kelompok dipilih secara demokratis atau bergilir untuk Pemimpin kelompok sering ditentukan oleh guru atau 13 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Jakarta : Prenada Media Group 2010 h. 58 memberikan pengalaman memimpin bagi para anggotanya. kelompok dibiarkan untuk memilih pemimpinnya dengan cara masing-masing. Keterampilan sosial yang diperlukan dalam kerja gotong royong seperti kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi, mempercayai orang lain, dan mengelola konflik secara langsung diajarkan. Keterampilan sosial sering tidak secara langsung diajarkan. Pada saat belajar kooperatif sedang berlangsung guru terus melakukan pemantauan melalui observasi dan melakukan intervensi jika terjadi masalah dalam kerja sama antar anggota kelompok. Pemantauan melalui observasi dan intervensi sering tidak dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok sedang berlangsung. Guru memperhatikan secara proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar. Guru sering tidak memperhatikan secara proses kelompok yang terjadi dalam kelompok- kelompok belajar. Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas tetapi juga hubungan interpersonal hubungan antara pribadi yang saling menghargai Penekanan sering hanya pada penekanan tugas. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Ludgren dalam Tonih Feronika pembelajaran kooperatif memiliki manfaat antara lain : 14 a. Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas b. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi c. Memperbaiki sikap terhadap IPA dan sekolah d. Memperbaiki kehadiran e. Angka putus sekolah menjadi rendah f. Penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih kecil g. Konflik antara pribadi berkurang h. Sikap apatis berkurang 14 Tonih Feronika, Strategi Pembelajaran Kimia, Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah 2008 h. 62-63 Selain memiliki kelebihan, pembelajaran kooperatif juga mempunyai beberapa kelemahan, diantaranya : a. Dalam kelompok dengan keahlian campuran, sering kali siswa yang lebih kuat harus mengajar siswa yang lebih lemah dan mengerjakan sebagian besar tugas kelompok. b. Waktu pada pembelajaran ini hanya cukup untuk fokus pada tingkatan yang paling mendasar. c. Strategi ini mungkin hanya mendukung pemikiran tingkat rendah dan mengabaikan strategi pemikiran kritis dan tingkat tinggi. Terdapat lima macam metode belajar kooperatif yang berhasil dikembangkan para peneliti pendidikan di John Hopkins University yaitu : STAD Student Teams Achievement Division, TGT Teams Games Tournament, TAI Team Accelerated Instruction, CIRC Cooperative Integrated Reading Composition dan Jigsaw II. Tiga diantaranya yaitu, STAD, TGT, dan Jigsaw II dapat diterapkan pada hampir seluruh subyek mata pelajaran, sedangkan TAI dan CIRC digunakan pada subyek mata pelajaran dan jenjang tertentu.

b. Team Games Tournament TGT

Model pembelajaran tipe Teams Games Tournament TGT, atau Pertandingan Permainan Tim pada mulanya dikembangkan oleh David DeVries dan Keith Edwards 1995. Pada model ini siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh tambahan poin untuk skor tim mereka. 15 Metode TGT ini merupakan suatu metode pembelajaran dengan pendekatan koopertif, dimana siswa dikelompok- kelompokan 4-6 orang perkelompok secara heterogen berdasarkan jenis kelamin, agama, etnissuku, sehingga dapat dilatih kecakapan sosial. Pada 15 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Jakarta : Prenada Media Group 2010 h. 83 Team Games Tournament TGT ini terdapat tiga prinsip pembelajaran kooperatif, yaitu : 16 a. Interaksi simultan Interaksi simultan diantara para siswa terjadi pada metode TGT. Pada saat pembelajaran, siswa berpartisipasi aktif atau terlibat langsung pada kegiatan pembelajaran, sehingga siswa tidak mengalami kejenuhan. b. Ketergantungan positif Ketergantungan positif timbul pada saat ketergantungan individu atau kelompok berhubungan secara positif. Keberhasilan salah satu murid berhubungan dengan keberhasilan yang diperoleh murid lain, maka individu mengalami ketergantungan secara positif. Jika kesuksesan anggota lain jika salah satu anggota gagal maka semua gagal, maka terbentuklah suatu bentuk ketergantungan positif yang kuat. Sehingga anggota termotivasi memastikan bahwa anggota kelompok lainnya melakukan yang terbaik. c. Pertanggung jawaban individu Pertanggung jawaban individu dituntut oleh guru, walaupun belajar dan mengerjakan tugas selalu dalam kelompok, jenis penilaiannya tetap individual. Sikap siswa yang dapat di bangun antara lain : siswa termotivasi, terdukung, terhargai, bangga, antusias, bahagia, merasa aman dan siswa dapat mengendalikan rasa kecewa, sedih serta mengembangkan kejujuran, mandiri, kerjasama, suka memberi, adil dan terbuka. Menurut Nur dan Wikan dari Trianto Team Games Tournament TGT dapat digunakan dalam berbagai macam mata pelajaran, dari ilmu- ilmu eksak, ilmu-ilmu sosial maupun bahasa dari jenjang pendidikan dasar hingga perguruan tinggi. dan Team Games Tournament TGT sangat cocok untuk mengajar, tujuan pembelajaran yang dirumuskan dengan 16 Tonih Feronika, Strategi Pembelajaran Kimia, Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah 2008 h. 71-72 tajam dengan satu jawaban benar. Meski demikian, TGT juga dapat diadaptasikan untuk tujuan dengan menggunakan yang dirumuskan dengan kurang tajam dengan menggunakan penilaian yang bersifat terbuka, misalnya esai atau kinerja. 17 Di bawah ini ditunjukan Skema model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament TGT, yang dilakukan didalam kelas. 18 2.3 Tabel Skema model pembelajaran kooperatif tipe TGT : Langkah Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1. Class precentation 2. Belajar dalam kelompok teams 3. Permainan games dan pertandingan tournament 4. Penghargaan kelompok team recognition  Guru mempresentasikan pelajaran  Guru membagikan siswa dalam kelompok-kelompok kecil  Guru mengadakan diskusi  Guru mengadakan permainan dan pertandingan  Guru memberikan penghargaan  Siswa menyimak penjelasan guru  Siswa berada dalam kelompok kecil  Siswa berdiskusi dalam kelompok  Siswa melakukan permainan dan pertandingan  Siswa menerima penghargaan Slavin dalam Tonih Feronika menjelaskan ada lima komponen utama dalam metode Team Games Tournament TGT yaitu : pembelajaran awal, kelompok belajar team study, permainan games, turnamenkompetisi tournament, dan pengakuan kelompok teams recognition. 19 a. Pembelajaran Awal Pembelajaran awal dalam metode Team Games Tournament TGT tidaklah berbeda dengan pengajaran biasa atau pengajaran klasikal 17 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Jakarta : Prenada Media Group 2010 h. 83 18 Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, Jakarta : PT Raja Grasindo Persada, 2010 h. 225 19 Tonih Feronika, Strategi Pembelajaran Kimia, Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah 2008 h. 72-73 oleh guru, hanya pelajaran difokuskan pada materi yang sedang di bahas saja. Tujuan pembelajaran awal adalah membentuk siswa dalam kecakapan komunikasi, menggali informasi, kecakapan bekerjasama dalam kelompok, dan kecakapan dalam memecahkan masalah. b. Kelompok Belajar Team Study Kelompok belajar disusun dengan beranggotakan 4-5 orang yang mewakili percampuran dari berbagai keragaman dalam kelas, seperti kemampuan akademik, jenis kelamin, rasetnis. Fungsi utama mereka dikelompokkan adalah anggota-anggota kelompok saling meyakinkan bahwa mereka dapat bekerjasama dalam belajar dan mengerjakan lembar kerja dan lebih khusus lagi untuk menyiapkan semua anggota dalam menghadapi kompetensi. Pada kegiatan kelompok belajar, seluruh siswa yang mempelajari materi pelajaran dari berbagai sumber belajar kemudian menjawab pertanyaan-pertanyaan yang disusun oleh guru. Pertanyaan sesuai dengan materi pelajaran. Setelah siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, perwakilan siswa mempersentasikan hasil belajarnya. Tujuan kelompok belajar pada kegiatan ini yaitu memperoleh kecakapan mengolah informasi, mengambil keputusan dengan cerdas, kecakapan bekerja sama dan kecakapan berkomuniksai. c. Permainan Games Permainan dalam pembelajaran kooperatif akan menimbulkan kekreatifan siswa. Kegiatan belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif TGT memungkinkan siswa dapat belajar dengan rileks. Pertanyaan dalam games disusun dan dirancang dari materi-materi yang telah disajikan untuk menguji pengetahuan siswa yang diperoleh mewakili masing-masing kelompok. Game tersebut dimainkan di atas meja dengan tiga orang siswa atau lebih, yang masing-masing mewakili tim yang berbeda.