dengan makanan. Makanan sangat dipengaruhi oleh rasa dan tekstur dari lemak sehingga meningkatkan selera makan Schlenker, 2007. Sedangkan pada buah
dan sayur hanya sedikit mengandung lemak, maka dari itu dapat disimpulkan kecenderungan siswa lebih memilih konsumsi fast food dibandingkan buah dan
sayur karena kandungan lemak dari fast food tersebut. Selain mengandung tinggi lemak, fast food juga mengandung kalori, gula,
dan sodium Na yang tinggi tetapi rendah serat kasar, vitamin A, asam askorbat, kalsium dan folat Kandungan gizi yang tidak seimbang ini bila
terlanjur menjadi pola makan akan berdampak negatif pada keadaan gizi para remaja Khomsan, 2003. Maka dari itu para remaja perlu diberikan edukasi
mengenai dampak negatif dari konsumsi fast food sehingga konsumsi fast food pada remaja dapat berkurang dan meningkatkan konsumsi buah dan sayur
mereka.
8. Hubungan Jumlah Anggota Keluarga dengan Perilaku Konsumsi Buah
dan Sayur
Jumlah anggota keluarga adalah banyaknya anggota rumah tangga yang bertempat tinggal di rumah tangga tersebut Depkes, 2008. Pada penelitian ini
menunjukkan persentase siswa yang konsumsi buah dan sayurnya kurang antara jumlah anggota keluarga yang besar dan kecil tidak begitu berbeda.
Berdasarkan hasil uji statistik juga menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara jumlah anggota keluarga dengan perilaku konsumsi buah dan
sayur.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Pratiwi 2006 dan Wulansari 2009 yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan
antara keluarga kecil maupun besar terhadap perilaku konsumsi buah dan sayur. Tidak adanya hubungan antara variabel jumlah anggota keluarga dengan
perilaku konsumsi buah dan sayur dapat diasumsikan karena yang menyebabkan seseorang mengonsumsi buah dan sayur tidak hanya faktor
jumlah anggota keluarga saja tetapi juga dari segi tingkat pendapatan keluarga tersebut.
Dengan peningkatan jumlah anggota keluarga maka tingkat pengeluaran rumah tangga untuk makanan akan semakin besar. Hal ini sesuai dengan teori
Suhardjo 2006 bahwa sebagian besar pendapatan digunakan untuk memenuhi kebutuhan bahan makanan sedangkan kebutuhan lainnya kurang tercukupi. Hal
ini dapat diasumsikan bahwa meskipun keluarga tersebut memiliki jumlah anggota keluarga kecil namun jika tingkat ekonominya rendah maka kebutuhan
akan bahan makanan termasuk buah dan sayur juga akan kurang tercukupi.
9. Hubungan Pendapatan Orang Tua dengan Perilaku Konsumsi Buah dan
Sayur
Upaya pemenuhan konsumsi makanan yang bergizi berkaitan erat dengan daya beli rumah tangga. Rumah tangga dengan pendapatan terbatas, kurang
mampu memenuhi kebutuhan makanan yang diperlukan tubuh, setidaknya keanekaragaman bahan makan kurang bisa dijamin karena dengan uang yang
terbatas tidak akan banyak pilihan. Akibatnya kebutuhan makanan untuk tubuh tidak terpenuhi Apriadji, 1986.
Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kuantitas dan kualitas makanan yang dikonsumsi. Semakin tinggi pendapatan maka semakin besar
peluang untuk memilih pangan yang baik. Meningkatnya pendapatan perorangan maka terjadi perubahan-perubahan dalam susunan makanan
Suhardjo, 2003. Hal ini juga sejalan dengan perrnyataan Soekirman 2000 bahwa tingginya pendapatan cenderung diikuti dengan tingginya jumlah dan
jenis pangan yang dikonsumsi. Tingkat pendapatan akan mencerminkan kemampuan untuk membeli bahan pangan. Konsumsi makanan baik jumlah
maupun mutunya dipengaruhi oleh faktor pendapatan keluarga. Hasil penelitian menunjukkan kecenderungan siswa yang pendapatan
orang tuanya kurang memiliki konsumsi buah dan sayur yang kurang. Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan yang signifikan
antara pendapatan orang tua dengan perilaku konsumsi buah dan sayur. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Zenk 2005 yang menyatakan bahwa
ada hubungan yang signifikan antara tingkat ekonomi keluarga dan perilaku konsumsi individu, yaitu seseorang dengan pendapatan dan status ekonomi
tinggi cenderung akan mengonsumsi buah dan sayur lebih banyak. Penelitian Mac Farlane 2007 juga sejalan dengan hal tersebut yaitu masyarakat dengan
status ekonomi tinggi selalu tersedia buah dan sayur di rumah sehingga tingkat konsumsinya lebih tinggi dibandingkan dengan keluarga dengan tingkat
ekonomi rendah. Keluarga dengan pendapatan terbatas cenderung tidak dapat memenuhi
kebutuhan makanannya sejumlah yang diperlukan tubuh. Setidaknya
keanekaragaman bahan makanan kurang terjamin, karena dengan uang yang terbatas tidak akan banyak pilihan bahan makanan yang akan dikonsumsi
Suhardjo, 2006. Menurut Khomsan, dkk 1998 dalam penelitiannya menyatakan pada keluarga dengan tingkat ekonomi lebih tinggi, rata-rata
konsumsi buahnya tinggi karena pada umumnya mereka lebih mampu membeli buah-buahan dan mungkin lebih tahu manfaat buah bagi kesehatan. Buah-
buahan pada keluarga dengan tingkat ekonomi lebih tinggi biasanya hampir tiap hari tersedia sedangkan pada keluarga dengan tingkat ekonomi rendah hanya
kadang-kadang saja. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Hartoyo 1997 dalam Bahria 2009
bahwa secara ekonomi, buah termasuk dalam kategori barang normal dengan nilai elastisitas pengeluaran pendapatan bertanda positif. Artinya, bila terjadi
kenaikan pengeluaran yang menunjukkan adanya peningkatan pendapatan maka konsumsi buah oleh rumah tangga juga akan meningkat.
Dapat disimpulkan bahwa pendapatan orang tua memiliki pengaruh dalam hal konsumsi keluarga maupun individu. Maka dari itu hendaknya orang
tua dapat melakukan perencanaan pengalokasian dana tidak hanya untuk membeli makanan pokok sehari-hari tetapi juga untuk buah dan sayur sehingga
bisa tersedia setiap hari di rumah.
87
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan