Keterbatasan Penelitian Gambaran Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur

67 BAB VI PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini diantaranya dari segi desain penelitian yang digunakan, cross sectional memiliki kelemahan yaitu tidak dapat menentukan hubungan sebab akibat antara variabel independen dengan variabel dependennya karena kedua variabel diteliti pada saat bersamaan sehingga tidak bisa diketahui mana yang terjadi lebih dahulu. Keterbatasan lain yaitu saat pengambilan data primer dengan menggunakan kuesioner yang diisi langsung oleh responden sehingga memungkinkan responden untuk bertanya atau melihat jawaban responden lain tanpa sepengetahuan peneliti. Hal ini diminimalisir dengan menjelaskan pada responden agar menjawab kuesioner tersebut sendiri tanpa bertanya pada temannya karena tidak berpengaruh pada nilai pelajaran sekolah serta mengawasi responden saat proses pengisian kuesioner. Penggunaan FFQ dalam pengumpulan data untuk konsumsi buah dan sayur yang memerlukan daya ingat siswa ketika mengonsumsi buah dan sayur dalam frekuensi per hari, per minggu, dan per bulan, sehingga siswa bisa saja lupa dengan makanan yang dikonsumsinya dan hanya mengira-ngira ketika menjawab kuesioner tersebut. Selain itu, FFQ hanya menggambarkan pola konsumsi buah dan sayur siswa secara kualitatif, yang hanya dapat diketahui frekuensi konsumsi dalam per hari, per minggu, atau per bulan. Adanya kemungkinan flat syndrome yaitu siswa yang sebetulnya kurang dalam mengonsumsi buah dan sayur cenderung untuk melaporkan berlebih ataupun sebaliknya.

B. Gambaran Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur

Perilaku konsumsi sayur dan buah adalah suatu kegiatan atau aktivitas individu untuk memenuhi kebutuhan akan buah dan sayur agar terpenuhi kecukupan gizi. Kecukupan konsumsi buah dan sayur dihitung berdasarkan frekuensi rata-rata dan porsi asupan buah dan sayur dalam sehari selama seminggu Depkes, 2008 Di Indonesia, prevalensi konsumsi buah dan sayur pada remaja menurut Riskesdas tahun 2007 pada remaja usia 10-14 tahun di Indonesia sebesar 93,6. Berdasarkan hasil penelitian di SMPN 226 Jakarta Selatan tahun 2012, didapat bahwa sebagian besar siswa konsumsi buah dan sayurnya kurang yaitu sebanyak 73 orang 68,9 dibandingkan siswa yang konsumsi buah dan sayurnya cukup yaitu 33 orang 31,1. Di Indonesia, konsumsi buah dan sayur yang dianjurkan terdapat dalam Tumpeng Gizi Seimbang. Dalam Tumpeng Gizi Seimbang dianjurkan untuk mengonsumsi buah sebanyak 2-3 porsi dalam sehari dan untuk sayuran dianjurkan mengonsumsi 3-5 porsi dalam sehari KFI, 2011. Menurut Almatsier 2004 konsumsi buah yang dianjurkan yaitu sebanyak 2-3 potong sehari berupa pepaya atau buah lain sedangkan porsi sayuran dalam bentuk tercampur yang dianjurkan sebanyak 1 ½ - 2 mangkok sehari. Kebiasaan makan para remaja cenderung kurang mengonsumsi buah dan sayur dan lebih memilih konsumsi makanan siap saji yang tinggi kandungan kolesterol dan garam tetapi rendah serat Jahari, 2001 dan Arisman, 2004. Mc Williams 1993 juga mengatakan bahwa remaja cenderung akan memilih makanan apapun yang tersedia ketika mereka lapar sehingga ketersediaan buah dan sayur di sekolah juga dapat mendukung remaja dalam mengonsumsi buah dan sayur. Selain itu, konsumsi buah dan sayur yang kurang juga dimungkinkan karena remaja lebih memilih makanan cepat saji. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mudjianto 1994 bahwa sedikitnya remaja yang mengonsumsi buah dan sayur dikarenakan buah dan sayur bukan merupakan makanan prestige dibandingkan fast food yang sedang trend di kalangan remaja saat ini sehingga konsumsi buah dan sayur mereka pun kurang. Brown 2005 juga mengatakan, dari segi kepraktisannya remaja akan lebih memilih konsumsi fast food dibanding buah dan sayur karena terbatasnya waktu yang mereka miliki dengan kegiatan di sekolah maupun di luar sekolah dan harganya relatif murah. Padahal seperti yang kita ketahui buah dan sayur banyak mengandung zat gizi yang berguna bagi tubuh seperti berbagai macam vitamin, mineral, senyawa fitokimia Astawan dan Kasih, 2008 serta mengandung enzim aktif yang dapat mempercepat reaksi-reaksi kimia di dalam tubuh. Selain itu, dalam sayuran dan buah terdapat dua jenis serat yang bermanfaat bagi kesehatan pencernaan dan mikroflora usus Khomsan, dkk, 2008. Berbagai penelitian mengenai konsumsi buah dan sayur dapat beresiko dalam perkembangan penyakit degeneratif seperti obesitas, diabetes, hipertensi, dan kanker WHO, 2003. Maka dari itu diharapkan sejak dini setiap orang dapat menerapkan pola makan yang seimbang dan sehat khususnya pada masa anak-anak dan remaja karena pada masa tersebut merupakan awal mengadopsi perilaku diet yang cenderung akan menetap pada masa dewasa sehingga dapat berpengaruh terhadap kesehatannya dimasa depan.

C. Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Perilaku Konsumsi Buah