cenderung berbeda dari orang-orang sekitarnya. Batas tentang perilaku menyimpang tidak begitu jelas dan sangat luas, sebagai acuan bahwa perilaku dapat dikatakan
menyimpang, maka Gunarsa menggolongkan ke dalam dua jenis, yaitu: Pertama penyimpangan tingkah laku yang bersifat amoral dan asosial, dan tidak
diatur dalam undang-undang, sehingga tidak dapat digolongkan kedalam pelanggaran hukum. Contohnya adalah, berbohong, membolos, kabur atau minggat dari rumah,
membaca buku porno, berpesta semalam suntuk, berpakaian tidak pantas dan minum minuman keras.
Kedua, penyimpangan tingkah laku yang bersifat melanggar hukum dengan penyelesaian sesuai dengan undang-undang hukum yang biasa disebut dengan kenakalan
remaja deliquency. Misalnya adalah berjudi, membunuh, memperkosa dan mencuri.
51
Di MAN 1 Medan berdasarkan observasi dan wawancara dilakukan maka penulis mengidentifikasi bahwa perilaku menyimpang yang dilakukan oleh siswa MAN 1 Medan
adalah sebagai berikut:
a. Berduaan ditempat yang sunyi atau pacaran
Berduaan ditempat yang sunyi antara laki-laki dan perempuan yang bukan mukhrim dengan saling mempunyai perasaan cinta atau dalam masa sekarang ini sering
disebut dikalangan muda-mudi adalah suatu perbuatan yang dilarang didalam Islam kerena termasuk mendekati zina.
Sebagaimana firman Alah di dalam Al-Quran surat Al- Isra’ ayat: 32
Artinya: dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.
52
Tidak diketahui asal dari kata pacaran itu, namun pacaran seperti yang biasa dilakukan oleh anak muda akhir-akhir ini sangat tidak dianjurkan dalam islam, karena
bertentangan dengan ajaran islam. Saat sekarang ini yang nampak dalam padangan kita
51
Gunarsa, D.S dan Nyonya Gunarsa, Psikologi Remaja, Jakarta: Gunung Mulia 1986 , h. 146.
52
Departeman Agama RI, Al Quran dan Terjemahnya, Surabaya: UD. Mekar, 2000, h. 429.
sehari hari gaya muda-mudi berpacaan dengan berpegangan tangan, berboncengan di atas kenderaan bermotor dengan duduk yang sangat dekat kalau tidak dikatakan sangat rapat
bahkan tidak jarang yang dibonceng memeluk yang dibonceng. Didalam ajaran Islam pacaran itu tidak ada, namun yang diperbolehkan adalah
ta’aruf yaitu saling kenal mengenal antara satu dengan yang lain yang akan melangsungkan pernikahan namun tetap dalam lingkaran ketaqwaan kepada Allah.
artinya ta’aruf yang dibangun susuai dengan ajaran dalam Al-Quran dan sunnah tidak keluar dari itu.
13.
Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya
kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui lagi Maha Mengenal.
53
Manusia sebagai makhluk sosial, mau atau tidak mau harus berinteraksi dengan manusia lain, dan membutuhkan lingkungan di mana ia berada. Ia menginginkan adanya
lingkungan sosial yang ramah, peduli, santun, saling menjaga dan menyayangi, bantu membantu, taat pada aturan atau tertib, disiplin, menghargai hak-hak azasi manusia dan
sebagainya. Lingkungan yang seperti itulah memungkinkan ia dapat melakukan berbagai aktifitasnya dengan tenang, tanpa terganggu oleh berbagai hal yang dapat merugikan
dirinya maupun orang lain. Agar dapat menciptakan masyarakat yang tenang, tertib dan penuh dengan
keharmonisan, Al qur’an merupakan pegangan yang tidak ada keraguan di dalamnya. Surah Al Hujurat merupakan salah satu surat yang mengatur tentang tata kehidupan
manusia, untuk terciptanya sebuah masyarakat yang makmur. Salah satu kandungannya
53
Departemen, h. 429
berisi perintah untuk melakukan perdamaian ishlah setelah terjadi pertikaian, serta penjelasan tentang beberapa hal yang menyebabkan terjadinya pertikaian sehingga umat
muslim diwajibkan untuk menghindarinya, demi untuk mencegah timbulnya pertikaian tersebut. Seperti Surah al Hujurat ayat 13 mengandung nilai pendidikan akhlak dalam
pergaulan diantaranya : 1
Nilai pendidikan untuk menjunjung tinggi kehormatan kaum muslimin, untuk tidak saling merendahkan satu sama lain. Dilarang saling mengolok-olok,
mengejek, memanggil dengan gelar yang buruk, berbuat ghibah. Diperintahkan untuk saling menghormati satu sama lain, aplikasi dalam
pendidikan Islam dapat dilakukan dengan metode keteladanan, nasihat, kisah dan metode peringatan dan ancaman targhib.
2 Pendidikan taubat, dalam ayat tersebut kita diperintahkan bertaubat setelah
berdosa. Aplikasi pendidikan islam, bertaubat melalui metode pembiasaan dan pemberian nasehat ceramah.
3 Nilai pendidikan untuk tidak suudhdhan berburuk sangka, diperintahkan
untuk berbaik sangka positif thingking. Pendidikan positif thingking dapat dilakukan dengan metode keteladanan, nasehat dan metode pembiasaan.
4 Pendidikan Ta’aruf yaitu untuk saling mengenal antar manusia lintas budaya,
geografis dan tidak diskriminatif. Pendidikan ta’aruf ini dapat dilakukan dengan metode nasehat, kisah dan pembiasaan.
5 Pendidikan persamaan derajat, pernyataan “ yang paling mulia disisi Allah
adalah orang yang paling bertaqwa” mengisyaratkan persamaan derajat manusia dihadapan allah swt sama. Pendidikan persamaan derajat dapat
dilakukan dengan metode ceramah, nasehat, kisah dan metode keteladanan. Kelima nilai-nilai pendidikan akhlak dalam pergaulan di atas merupakan isi kandungan
surah al Hujurat ayat 13, apabila diterapkan di dalam kehidupan sehari-hari oleh umat Islam maka mereka akan dapat hidup penuh kedamaian dalam ridha Allah. Sebaiknya
nilai-nilai tersebut dapat ditanamkan sejak dini kepada generasi umat Islam.
Selanjutnya setelah memberi petunjuk tata krama pergaulan dengan suasana muslim, ayat di atas menjelaskan tentang prinsip dasar hubungan antar manusia. Karena
itu ayat diatur tidak lagi menggunakkan panggilan yang ditujukan kepada orang-orang