Menyontek dalam Ujian Perubahan Perilaku Siswa yang Menyimpang Setelah Menerima Layanan
                                                                                dan  beragamnya  bentuk  perbuatan  yang  dapat  dikategorikan  sebagai  mencontek  maka sekilas  dapat  diduga  bahwa  hampir  semua  pelajar  pernah  melakukan  mencontek
meskipun  mungkin  wujudnya  sangat  sederhana  dan  sudah  dalam  kategori  yang  dapat ditolerir atau dimaklumi.
Mencontek  walaupun  dapat  dikatakan  cara  sederhana  ataupun  dengan  cara  yang canggih,  dari  sesuatu  yang  sangat  tercela  sampai  yang  mungkin  dapat  ditolerir,  tetap
dianggap  oleh  masyarakat  umum  sebagai  perbuatan  ketidakjujuran,  perbuatan  curang yang  bertentangan  dengan  moral  dan  etika  serta  tercela  untuk  dilakukan  oleh  seseorang
yang terpelajar. Tinjauan  Pskologi  Tentang  Mencontek,  pada  saat  dorongan  tingkah  laku
mencontek muncul, terjadilah proses atensi, yaitu muncul ketertarikan terhadap dorongan karena adanya harapan mengenai hasil yang akan dicapai jika ia mencontek. Pada proses
retensi,  faktor-faktor  yang  memberikan  atensi  terhadap  stimulus  perilaku  mencontek  itu menjadi  sebuah  informasi  baru  atau  digunakan  untuk  mengingat  kembali  pengetahuan
maupun  pengalaman  mengenai  perilaku  mencontek,  baik  secara  maya  imaginary maupun nyata.
72
Sering digunakan pertimbangan-pertimbangan adalah nilai-nilai agama yang akan memunculkan  perasaan  bersalah  dan  perasaan  berdosa,  kepuasan  diri  terhadap  prestasi
akademik  yang  dimilikinya,  dan  juga  karena  sistem  pengawasan  ujian,  kondusif  atau tidak  untuk  mencontek. Masalah  kepuasan  prestasi  akademik  juga  akan  menjadi  sebuah
konsekuensi yang mungkin menjadi pertimbangan bagi seseorang untuk mencontek. Bila ia  mencontek,  maka  ia  menjadi  tidak  puas  dengan  hasil  yang  diperolehnya  karena  dia
merasa  tetap  bersalah  karena  hasil  nilai  yang  diperolehnya  bukan  dari  jawaban  dirinya sendiri.
Sesungguhnya  nilai  hanya  menjadi  alat  untuk  mencapai  tujuan  dan  bukan merupakan tujuan dari pendidikan itu sendiri. Karena pendidikan sejatinya adalah sebuah
proses  manusia  mencari  pencerahan  dari  ketidaktahuan.  Saat  ini  mencontek  terlanjur dianggap  sepele  oleh  masyarakat.  Padahal,  bahayanya  sangat  luar  biasa.  Bahaya  buat
anak didik sekaligus untuk masa depan pendidikan Indonesia.
72
Ibid, h. 22
Yang  menjadi  pertanyaan  bagi  kita  ialah  apa  sebenarnya  yang  mendorong  para siswa  untuk  mencontek.  Berdasarkan  analisis,  yang  menjadi  penyebab  munculnya
tindakan mencontek bisa dipengaruhi beberapa hal. Baik yang sifatnya berasal dari dalam internal  yakni  diri  sendiri,  maupun  dari  luar  eksternal  misalnya  dari  guru,  orang  tua
maupun  sistem  pendidikan  itu  sendiri  yang  mendorong  para  pelajar  untuk  mencontek. Adapun faktor-faktor tersebut diantaranya ialah:
1.    Faktor dari dalam diri sendiri a.
Rasa percaya diri yang kurang pada pelajar dalam mengerjakan soal. Biasanya disebabkan  ketidaksiapan  belajar  baik  persoalan  malas  dan  kurangnya  waktu
belajar. b.
Orientasi pelajar pada nilai bukan pada ilmu. c.
Sudah menjadi kebiasaan dan merupakan bagian dari insting untuk bertahan. d.
Merupakan  bentuk  pelarian  atau  protes  untuk  mendapatkan  keadilan.  Hal  ini disebabkan pelajaran yang disampaikan kurang dipahami atau tidak mengerti dan
sehingga merasa tidak puas oleh penjelasan dari guru atau dosen. e.
Melihat  beberapa  mata  pelajaran  dengan  kacamata  yang  kurang  tepat,  yakni merasa  ada  pelajaran  yang  penting  dan  tidak  penting  sehingga  mempengaruhi
keseriusan belajar. f.
Terpengaruh  oleh  budaya  instan  yang  mempengaruhi  sehingga  pelajar  selalu mencari  jalan  keluar  yang  mudah  dan  cepat  ketika  menghadapi  suatu  persoalan
termasuk tes atau ujian. g.
Tidak ingin dianggap sok suci dan lemahnya tingkat keimanan. h.
Melihat teman-teman yang lainnya mencontek.
73
2.    Faktor dari Guru
73
Ibid, h. 25
a. Para  guru  tidak  mempersiapkan  proses  belajar  mengajar  dengan  baik  sehingga
yang terjadi tidak ada variasi dalam mengajar dan pada akhirnya murid menjadi malas belajar karena belajar tidak menyenagkan.
b. Kerja  sampingan  yang  dilakukan  oleh  guru  terlalu  banyak  sehingga  tidak  ada
kesempatan  untuk  membuat  soal-soal  yang  variatif.  Akibatnya  soal  yang diberikan antara satu kelas dengan kelas yang lain sama atau bahkan dari tahun
ke tahun tidak mengalami variasi soal. c.
Soal  yang  diberikan  selalu  berorientasi  pada  hafal  mati  dari  text  book  bukan pada penalaran.
d. Tidak  ada  integritas  dan  keteladanan  dalam  diri  guru  berkenaan  dengan
mudahnya soal diberikan kepada pelajar dengan imbalan sejumlah uang. e.
Kurangnya sistem pengawasan dari guru.
74
3.    Faktor dari Orang Tua a.
Adanya hukuman yang berat jika anaknya tidak berprestasi. b.
Ketidaktahuan  orang  tua  dalam  mengerti  pribadi  dan  keunikan  masing-masing dari anaknya, sehingga yang terjadi pemaksaan kehendak.
Adapun beberapa faktor yang menyebabkan pelajar melakukan mencontek ketika ujian adalah sebagai berikut:
a. Tekanan yang terlalu besar yang diberikan kepada hasil studi berupa angka dan
nilai yang diperoleh siswa dalam tes formatif atau sumatif. b.
Pendidikan  moral  baik  di  rumah  maupun  di  sekolah  kurang  diterapkan  dalam kehidupan siswa.
c. Sikap  malas  yang  terukir  dalam  diri  siswa  sehingga  ketinggalan  dalam
menguasai mata pelajaran dan kurang bertanggung jawab. d.
Anak  remaja  lebih  sering  mencontek  dari  pada  anak  SD,  karena  masa  remaja bagi  mereka  penting  sekali  memiliki  banyak  teman  dan  populer  di  kalangan
teman-teman sekelasnya. e.
Kurang mengerti arti dari pendidikan.
74
Ibid, h. 29
f. Karena terpengaruh setelah melihat orang lain melakukan mencontek meskipun
pada awalnya tidak ada niat melakukannya. g.
Karena  jawaban  dari  pertanyaan  tersebut  sama  dengan  yang  ada  pada  buku sehingga bisa langsung disalin dari buku.
h. Merasa dosen atau guru kurang adil dalam memberikan nilai.
i. Adanya kesempatan atau pengawasan tidak ketat.
j. Takut gagal karena yang bersankutan merasa belum siap menghadapi ujian dan
dia tidak ingin mengulang. k.
Ingin mendapat nilai tinggi l.
Tidak percaya diri sehingga tidak yakin pada jawabanya sendiri. m.
Terlalu  cemas  menghadapi  ujian  sehingga  apa  yang  dipelajari  sudah  hilang sehingga  terpaksa  membuka  catatan  atau  bertanya  kepada  teman  yang  duduk
berdekatan. n.
Merasa sudah sulit menghafal atau mengingat karena faktor usia, sementara soal yang dibuat penguji sangat menekankan kepada kemampuan mengingat.
o. Mencari  jalan  pintas  dengan  pertimbangan  daripada  mempelajari  sesuatu  yang
belum tentu keluar lebih baik mencari bocoran soal. p.
Menganggap  sistem  penilaian  tidak  objektif,  sehingga  pendekatan  pribadi kepada guru lebih efektif daripada belajar serius.
q. Penugasan guru yang tidak rasional yang mengakibatkan siswa atau mahasiswa
terdesak sehingga terpaksa menempuh segala macam cara. r.
Yakin  bahwa  guru  tidak  akan  memeriksa  tugas  yang  diberikan  berdasarkan pengalaman  sebelumnya  sehingga  bermaksud  membalas  dengan  mengelabui
guru yang bersangkutan.
75
Mencontek  saat  ujian    itu  ada  suatu  karakter  yang  tidak  baik.    Dampak  dari perbuatan mencontek
a. Peserta didik akan menanam kebiasaan berbuat tidak jujur.
b. Tidak mau berusaha sendiri dan selalu mengandalkan orang lain.
c. Akan muncul generasi-generasi yang bodoh dan tidak jujur.
75
Ibid, h. 30
d. Para pelajar akan malas belajar.
e. Kreatifitas dalam dirinya terhambat.
f. Membodohi diri sendiri.
g. Penuh dengan rasa malas, putus asa, dan tidak bertanggung jawab.
76
2.  Penerapan  Konseling  Islami  Terhadap  Perilaku  Menyimpang  Dikalangan Siswa MAN 1 Medan?