Berduaan di Tempat yang Sunyi atau Pacaran

Disamping itu, rasa cinta kepada lawan jenis merupakan salah satu dari penampakan naluri mempertahankan keturunan, di samping penampakan lainnya seperti rasa sayang terhadap anak, orangtua dan saudara. Naluri akan muncul jika ada rangsangan dari luar. Jika telah muncul dan tidak terpenuhi, tidak sampai berakibat pada kematian. Bahkan kemunculan naluri ini bisa dihindari dengan cara menghindari hal-hal yang dapat merangsangnya, baik dalam bentuk sesuatu yang bersifat mesum atau hayalan-hayalan mesum. 80 Rasa keinginan untuk menyalurkan naluri ini pun bisa dialihkan pada kegiatan yang menuntut konsentrasi dan olah raga atau dialihkan pada penyaluran naluri lainnya, seperti naluri beragama. Rasulullah saw. bersabda, “Wahai para pemuda, siapa saja di antara kalian yang mampu untuk menikah, menikahlah, karena menikah itu dapat menundukkan mata dan menjaga kehormatan. Siapa saja yang belum mampu, hendaklah dia berpuasa, sebab puasa dapat menjadi perisai baginya HR al-Bukhari dan Muslim. Namun jika seseorang tiadak lagi mampu menahan rasa keinginan terhadap lawan jenisnya maka satu-satunya penyaluran yang dibolehkan adalah melalui jalan pernikahan yang sah, sebab dengan menikah berarti seseorang telah dapat menyalurkan naluri jenisnya dengan cara yang halal dan terselamatkan dalam separuh agamanya. Rasulullah saw. bersabda, “Siapa saja yang telah diberi Allah rezeki berupa istri yang salihah, ia sesungguhnya telah ditolong separuh agamanya. Karena itu, hendaklah ia bertakwa kepada Allah pada separuh yang lainnya .” HR ath-Tabrani dan al-Hakim. Namun demikian, kehadiran cinta dalam diri manusia, janganlah sampai disalahgunakan. Seperti menyalurkannya pada hal yang tidak benar. Dan salah satu jalan yang paling ngetrend saat ini menyalurkan perasaan cinta sesama lawan jenis adalah dengan pacaran. 81 Dari pandangan umum sehari-hari penulis beranggapan, pacaran lebih banyak memiliki nilai negatif dibanding positifnya. Rasa mencinta bisa disalurkan dengan benar setelah menikah. Bukan malah menghamburkannya sebelum menikah, apalagi masih berstatus sebagai pelajar atau mahasiswa. 80 Abdurrahman Al-Mukaffi, Pacaran dalam Kacamata Islam, Jakarta: Media Dakwah, 2003, h. 51. 81 Ibid, h. 52 Pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta gaya kehidupan yang semakin liberal memaksa kita memikirkan bagaimana mencegah pacaran selagi masih berstatus pelajar? Karena tak bisa dipungkiri, pacaran selagi masih berstatus pelajar memiliki dampak negatif yang sangat luas terutama, fokus yang berkurang saat belajar. Belum lagi bahaya hubungan sesama lawan jenis yang sulit dibendung, jika persoalan ini tidak segera dicari jalan keluarnya maka berbahaya bagi generasi muda pada umumnya generasi muda Islam pada khususnya. Naluri seksual itu tidak bisa dilihilangkan namun yang bisa adalah dikendalikan Di tengah arus kehidupan yang makin bebas, tidak bisa dihindari adanya rangsangan terhadap naluri seksual yang sedemikian subur. Tayangan di televisi yang kita lihat banyak yang tidak mendidik, undang-undang pernografi dan porno aksi seakan akan tidak berdaya. Dalam bahasa Qurannya wa la yamutu fi ha wa la yahya tidak mati dan tidak hidup. Kita jumpai dimana-mana VCDDVD porno laris manis terjual di jalanan, mal dan tempat-tempat umum lainnya. Banyak perempuan biasa berpakaian seronok mengumbar aurat di depan umum, dan lain sebagainya. Saat ini, kenyataannya para pemuda harus menghadapi persoalan energy kepemudaannya yang semestinya mereka fokuskan untuk berkarya dan berprestasi terpaksa harus teralihkan untuk menahan gejolak syahwat yang berpeluang muncul setiap saat. Kecanggihan teknologi memberi fasilitas untuk berkomunikasi dengan siapapun, termasuk dalam mengungkapkan rasa dan gejolak ini kepada lawan jenisnya. Tak jarang komunikasi lewat hand phon atau dunia maya berlanjut pula pada pertemuan hingga mengarah pada kedekatan fisik dan penyaluran kebutuhan seksual. Inilah yang sering diartikan oleh sebagian masyarakat dengan istilah “pacaran” secara umum. 82 Dalam mendidik anak terlebih bagi anak yang sudah mulai mengenal lawan jenisnya semua unsur yang terlibat dalam pendidikan harus berperan aktif. Guru disekolah, termasuk juga orang tua di rumah, ayah dan ibu. Dapat dimaklumi jika tantangan yang dihadapi para orang tua dalam mendidik anak saat ini sangatlah berat. Seorang Ibu dituntut untuk dapat memahami karakteristik dari setiap naluri, termasuk naluri seksual, berikut tahapan kemunculannya pada diri anak dan cara pengendaliannya menurut Islam. Seorang Ibu juga harus dapat mengikuti perkembangan zaman dan 82 Abu Okasha, Aktivis tapi Mesra, Jakarta: Elfata, 2006, h. 8-9. teknologi agar dapat mengontrol lingkup pergaulan anak hingga dapat mendeteksi seawal mungkin jika sang anak mulai berkomunikasi dengan lawan jenisnya, semisal melalui handphone atau facebook. Orang tua sama sekali ti dak boleh “gatek” gagap teknologi, orang tua juga harus mengikuti perkembangan zaman kalau tidak mau dikatakan ketingalan zaman. 83 Penanaman nilai-nilai agama yang kuat dalam keluarga serta komunikasi yang lancar antara anak dan orangtua hingga tak ada masalah anak yang tidak diketahui oleh ibunya adalah hal terpenting untuk dilaukan. Anak juga harus dapat merasakan kenyamanan dan kepuasan manakala bercerita atau tukar pikiran atau bahasa kerennya curhat kepada ibunya, tidak malu ataupun takut saat mengungkapkan setiap gejolak perasaan yang dialaminya terhadap lawan jenis. Harus terdapat pada diri anak kalau ibunya mampu menjawab segala kegalauan dan memberinya solusi yang bijak dan sesuai dengan tuntunan Islam. Inilah yang menumbuhkan kepribadian Islam anak; perkembangan naluri-nalurinya senantiasa sejalan dengan perkembangan pemikirannya. Ibulah yang paling memegang peranan dalam hal ini. Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan dalam mengawal perkembangan naluri seksual anak, terutama agar anak bisa dicegah dari upaya berpacaran. Pertama: Perkuat akidah anak dengan mengajak berpikir tentang kehidupan, tujuan Allah SWT menciptakan manusia, informasi tentang karakteristik manusia, cara pemenuhan potensi hidup manusia menurut Islam serta akibat pemenuhan yang tidak sesuai dengan aturan Allah SWT; batasan pergaulan di dalam Islam seperti keharusan untuk menundukkan pandangan, menjaga aurat, tidak ber-khalwat, dll. Hal ini dilakukan dalam rangka membentuk standarisasi Islam dan membina pemikiran anak dalam menyikapi kemunculan naluri seksual. Kedua: Buatlah suasana rumah dalam nuansa ibadah yang kuat dan saling beramar makruf nahi mungkar antaranggota keluarga. Biasakan melakukan qiyamul lail, tadarus al-Quran dan shaum sunnah bersama guna memperkuat hubungan dengan Allah SWT hingga muncul pengawasan diri yang selalu melekat. 83 Abdurrahman, Pacaran, h. 53. Ketiga: Ajaklah anak berpikir tentang masa depan dan cita-citanya; juga membuat langkah serta target-target untuk mencapai cita-cita tersebut. Cara ini dimaksudkan agar anak mampu mendeteksi hal-hal yang dapat mendukung atau bahkan menghambat cita- citanya, termasuk dapat memposisikan kemunculan naluri seksual berkaitan dengan cita- citanya ini. Keempat: Libatkan anak dalam aktivitas diskusi yang mengasah kemampuan berpikirnya, merangsang kepekaannya terhadap lingkungan dan belajar memecahkan persoalan masyarakat menurut Islam, khususnya yang dihadapi oleh remaja. Latihan ini akan membantu mereka saat mereka sendiri menghadapi masalah yang sama. kelima: Tumbuhkan jiwa kepemimpinan-nya dengan aktif berorganisasi; beri motivasi untuk selalu berprestasi, berkarya dan maju. Juga dapat dilakukan dengan memberi contoh apa yang dihasilkan oleh para sahabat Rasul, ulama dan ilmuwan Muslim dalam usia muda. Harapannya, anak akan memiliki figur yang selalu menjadi panutannya. keenam: Penuhi anak dengan kasih sayang dan perhatian dari orangtua dan saudara sebagai bentuk lain dari penyaluran naluri seksual sehingga dapat meminimalkan kemunculan naluri terhadap lawan jenis pada usia yang lebih cepat. Ke tujuh: Biasakan untuk terus berkomuni-kasi dengan anak, tidak menganggap tabu untuk membahas seputar masalah naluri jenis ini. Bila perlu berilah contoh langsung bagaimana secara praktis pengalaman-pengalaman dalam mengendalikan naluri seksual dalam usia yang relevan. Berapa tips yang dikemukakan di atas semoga bisa dilakukan orang tua dan guru dalam menjalankan kewajibannya, membentuk kepribadian islami anak. Dengan itu, setiap perkembangan nalurinya nafsiyah akan selalu dapat dipecahkan sesuai dengan taraf pemikiran islamnya aqliyah. Tentu saja tukar pengalaman akan sangat membantu kretivitas ibu untuk mencari cara yang tepat dengan menghadapi berbagai karakter anak. Semoga Allah SWT akan selalu memudahkan setiap usaha kita dan menyampaikan segala cita-cita kita yang baik. Amiin. 84

b. Mencuri

84 Ibid, h. 56. Guru bimbingan konseling di MAN 1 Medan tidak memberi label kepada siswa yang mencuri itu seperti menyebutan “si pencuri” karena pemberian label itu tidak memberikan solusi bahkan menambah buruk akibat bagi siswa itu. Kemungkinan yang akan terjadi jika diberikan pelabelan itu ialah siswa itu akan malu sama teman-temannya dan minder mungkin sifat malunya akan hilang bahkan dia bisa menjadi lebih buruk lagi perilakunya. Namun yang diharapkan ialah siswa yang mencuri itu dapat mengembalikan barang yang dicurinya. Setelah barang yang dicuri itu dikembalikan kemudian diberikan konseling individu kepada siswa itu bahwa mencuri itu dosa besar. Dijelaskan dalam Alquran hukuman orang yang mencuri itu dipotong tangannya Q.S. Al-Maidah 38-39 sebagaimana telah ditulis pada pada pembahasan sebelumnya. Juga ditambahkan menurut pendapat syaikhul Islam Ibnu Taimiyah adapun pencurian itu wajib dupoting tangannnya dan tidak boleh digantikan dengan yang lain seperti dipenjarakan atau yang lainnya, itu dilakukan demi menegagkan hukum hadd pidana di dalam Alquran. 85 Apabila barang yang dicuri itu sudah dijual maka di suruh untuk menggantinya dengan jenis barang yang sama walau bagaimanapun caranya asalkan tidak dengan cara yang tidak baik. Guru BK membuat komitmen dengan siswa yang bermasalah mencuri tersebut yaitu dengan membuat perjanjian diatas kertas kalau dia tidak melakukan perbuatan mencuri lagi. Setelah dilakukan konseling individu guru BK memanggil orang tua siswa yang bersangkutan untuk diberikan penjelasan tentang perilaku anaknya tujuannya adalah agar orang tua lebih memberikan perhatian kepada anaknya di rumah dan mencari solusinya agar perbuatan anaknya ini tidak diketahui orang ramai. Selanjutnya guru BK di MAN 1 Medan mencari tau apa penyebab perilaku mencuri itu, terkadang penyebabnya adalah geram kepada temannya itu sehingga semula tidak ada maksud mencuri, dia hanya bermaksud merondokkan menyembunyikan agar temannya itu kesal. Jika siswa itu tetap bertahan dengan pendiriannya tidak mencuri terkadang kita lakukan dengan bersumpah dengan Alquran. Terkadang dengan cara demikan akan 85 Ibnu Taimiyah, Majmu‟ Al-Fataawaa, Bab Pencurian, Juz 28, tp,tt,, h. 182-184. muncul dapalm pikiraanya bagaimana kalau dia akan celaka bila tidak mengakui perbuatannya itu.. Sementara dia yang seseunguhnya mencuri barang itu, dia akan berfikir dia juga akan celaka kalau sekolah akhirnya tau kalau dia yang mengambilnya dan bisa berakibat lebih fatal lagi yaitu dikeluarkan dari sekolah, pada akhirnya siswa itu mengembalikan barang yang dicurinya itu kepada guru BK dan guru BK mengembalikan kepada siswa yang punya barang dengan tidak menyebutkan siapa yang mengambilnya, yang penting barangnya telah kembali. Setiap anak yang melakukan pencurian harus dibantu keluar dari masalahnya dan tidak terbiasa dengan perilaku buruknya. beberapa cara penyelesaian di bawah ini dapat memberikan petunjuk kepada orang tua dan guru. 1. Mencukupi Kebutuhan Anak dan Memberikan Pengertian Untuk Bersabar . Jika anak suka mencuri karena keinginan yang dibutuhkan belum terpenuhi. Sebaiknya orang tua mengoreksi diri, apakah ada kebutuhan anak yang belum dicukupi ? Kelalaian itu bisa terjadi dalam bentuk : tidak memberi makanan yang bergizi, atau tidak menyediakan alat tulis yang dibutuhkan, atau keperluan sehari- hari lainnya. Semuanya itu akan membuat anak tergoda untuk melakukan pencurian. Demikian juga memberikan pengertian pada anak tentunya dengan disesuaikan dengan usia anak agar bersabar apabila keinginan yang diharapkan anak belum bisa dikabulkan, dalam hal ini diperlukan komunikasi yang terbuka, baik penuh kasih sayang antara orang tua dan anak, agar anak juga bisa memahami mengapa keinginannya belum atau tidak bisa dikabulkan. 86 2. Memberi Perhatian Yang Cukup. Terkadang pencurian itu dilakukan karena adanya ketidakstabilan dalam jiwa anak. Orang tua yang sibuk hanya tahu mencukupi kebutuhan anak secara materi, tetapi melalaikan kebutuhan rohaninya. Bila anak itu sehat, puas dan stabil jwanya, tidak mungkin ia mencuri kalau hanya untuk mencari perhatian orang disekitarnya. 87 3. Mengenali Pergaulan Anak. Selaku orang tua ketika diketahui anak mulai suka mencuri, segera selidiki lebih dahulu tentang teman-temannya itu. Apakah ia bergaul dengan teman- teman yang 86 Prayitno, Bimbingan h. 80. 87 Ibid, h. 81