sebagai bobot hubungan. Model ini membagi struktur data dan representasi knowledge. Dengan demikian komponen dari sistem ini berkomunikasi sebagai
konsekuensi yang alami dari suatu integrasi.
Gambar 6. Model Integrasi Sistem Pakar dan Jaringan Syaraf Tiruan Rolston dan David, 1988
2.7 Run Chart dan Control Chart
Run Chart trend chart digunakan untuk mengidentifikasi kecenderungan trend yang terjadi dengan jalan menggambarkan atau memetakan data selama
periode waktu tertentu. Kecenderungan trend tersebut sangat berguna dalam memisahkan sebab dari gejala variasi. Dalam setiap proses selalu ada dua jenis
variasi, yaitu variasi yang tidak terelakkan yang timbul dalam kondisi normal dan variasi yang disebabkan oleh suatu masalah abnormal.
Control Chart berguna untuk menganalisis proses dengan tujuan memperbaikinya secara terus menerus. Grafik ini mendeteksi penyimpangan
abnormal dengan bantuan grafik garis. Grafik ini berbeda dengan garis standar dengan adanya garis kendali batas limit di tengah, atas dan bawah Tjiptono,
2000.
2.8 Metode Pembobotan Entropy
Entropy merupakan suatu istilah dalam hukum termodinamika yang menunjukan ukuran ketidakpastian dari suatu sistem. Pada saat ini entropy
tidak hanya digunakan dalam ilmu termodinamika tetapi entropy juga dapat ES
NN
F ull
ES NN
T ight
ES NN
L oose
ES NN
S t and alone
ES NN
T r ansf or masi
diterapkan pada bidang lainnya. Dalam penelitian ini entropy digunakan sebagai metode pembobotan.
Menurut Pomerol 1990 konsep utama dari penggunaan entropy sebagai metode pembobotan adalah pengukuran suatu kriteria j melalui suatu fungsi tertentu
sesuai dengan kuantitas informasi yang diberikan. Penilaian bobot kriteria j dilakukan melalui pengukuran dispersi a
j
. Dalam hal ini kriteria yang terpenting adalah kriteria yang paling kuat dalam mendeskriminasikan setiap nilai pada aksi-
aksi a
j
tersebut
.
2.9 Analytical Hierarchy Process AHP
AHP dikembangkan oleh Prof. Thomas L. Saaty, seorang Guru Besar Matematika dari University of Pittsburgh pada tahun 1970. Metoda ini merupakan
alat bantu sistem pendukung keputusan yang dinilai luas untuk penyelesaian problem keputusan multikriteria. Metode ini mensintesis perbandingan ‘judgement’
pengambil keputusan yang berpasangan pada setiap level hirarki keputusan yang berpasangan pada setiap level hirarki keputusan. Caranya dengan menetapkan
bobot prioritas relatif setiap elemen keputusan, dimana bobot ini merepresentasikan intensitas preferensi atas suatu keputusan Saaty, 1993.
2.9.1 Prinsip Pokok Analytical Hierarchy Process AHP
Prinsip pokok AHP adalah prinsip berpikir analitis. Pengambilan keputusan dalam metodologi AHP didasarkan pada tiga prinsip pokok, yaitu :
1. Penyusunan Hirarki
Penyusunan hirarki permasalahan merupakan langkah untuk mendefinisikan masalah yang kompleks ke dalam sub sistem, elemen, sub elemen dan
seterusnya sehingga menjadi lebih jelas dan detail. Hirarki keputusan disusun berdasarkan pandangan pihak-pihak yang memiliki keahlian expert dan
pengetahuan di bidang yang bersangkutan.
2. Penentuan Prioritas
Prioritas dari elemen-elemen kriteria dapat dipandang sebagai bobot atau kontribusi elemen tersebut terhadap tujuan pengambilan keputusan. Prioritas ini
ditentukan berdasarkan pandangan para pakar dan pihak-pihak yang
kepentingan terhadap keputusan tersebut, baik secara langsung diskusi, wawancara maupun tidak langsung kuesioner.
3. Konsistensi Logis
Konsistensi jawaban responden dalam menentukan prioritas elemen merupakan prinsip pokok yang akan menentukan validitas data dan hasil pengambilan
keputusan. Menurut Saaty, hasil penilaian yang dapat diterima adalah yang mempunyai rasio konsistensi lebih kecil atau sama dengan 10. Jika lebih besar
dari itu berarti penilaian yang telah dilakukan ada yang random dengan demikian perlu diperbaiki.
2.9.2 Keunggulan dan Kelemahan Analytical Hierarchy Process AHP
AHP sangat berguna dalam masalah-masalah kompleks yang tidak terstruktur, tidak memiliki data tertulis yang cukup, seperti permasalahan :
penentuan alternatif, penyusunan prioritas, pemecahan konflik, pemilihan kebijakan, pengalokasian sumber, penentuan kebutuhan dan juga pengukuran performansi.
Menurut Ciptomulyono 2001 kelebihan AHP, antara lain : 1. Mampu membahas permasalahan kompleks dan tak terstruktur secara detail.
2. Memadukan intuisi, pikiran, perasaan dan penginderaan dalam menganalisis pengambilan keputusan.
3. Memiliki kemampuan melakukan sintesa pemikiran berbagai sudut pandang responden.
4. Memperhitungkan konsistensi dari penilaian yang telah dilakukan dalam memperbandingkan faktor-faktor untuk memvalidasi keputusan.
5. Kemudahan dalam pengukuran elemennya. 6. Memungkinkan untuk melakukan perencanaan ke depan forward atau
sebaliknya, menjabarkan masa depan yang ingin dicapai ke masa kini backward.
Selain keunggulan, AHP juga mempunyai kelemahan, yaitu : 1. Dalam penerapannya, harus melibatkan orang-orang yang memiliki
pengetahuan yang cukup tentang permasalahan dan tentang metode AHP itu sendiri.
2. Untuk melakukan perbaikan keputusan walaupun kecil maka harus dimulai lagi dari tahap awal dan memakan waktu yang relatif lama.
3. AHP tidak dapat diterapkan pada suatu perbedaan sudut pandang yang sangat tajam atau ekstrim di kalangan responden. Penyatuan pandangan, misalnya
dengan metode Delhi dapat dilakukan sebelum AHP.
2.10 Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian yang mengenai kualitas susu dan pengembangan sistem pakar dan jaringan syaraf tiruan adalah sebagai berikut :
Erwina 1987, mengidentifikasi faktor dan parameter dalam pengendalian mutu pada industri susu segar di tingkat peternak, koperasi dan industri pengolahan
susu IPS, serta mengaplikasikan teknik pengendalian mutu dalam penentuan standar dan analisis biaya dan margin tata niaga. Parameter utama yang digunakan
adalah mutu kadar lemak dan non lemak. Permadi 1995, mengembangkan perangkat lunak untuk kegiatan
pengendalian mutu minuman ringan yang diberi nama Quality Information System QIS. Sistem ini pada dasarnya merupakan penyimpanan dan pengolahan data
yang disimpan secara elektronik. Informasi yang disajikan bisa dalam bentuk angka maupun grafis. Beberapa keuntungan yang diperoleh dari penggunaan sistem ini
adalah mudah dioperasikan dan menarik. Pengembangan sistem ini dilakukan dengan teknik perancangan secara terstruktur. Alat perancangan yang dipakai
dalam rancang bangun sistem yaitu Hirarchy Chart, Diagram Arus Data, Diagram Alir, Diagram Warnier-Orr dan Kamus Elemen data. Rancangan sistem ini terdiri
atas enam subsistem bahan baku, proses, pemeriksaan alat, mikrobiologi, produk jadi dan eksternal serta terbagi dalam 20 modul.
Ratnawati 1996, merancang suatu sistem pakar yang dapat digunakan dalam menentukan status keamanan pangan masa sekarang, jangka pendek dan
jangka panjang suatu Rumah Tangga pedesaan berdasarkan konsep yang dikemukakan oleh Taylor dan Philips 1992.
Hartimin 1997, merancang model sistem ahli untuk mutu CPO dan kehilangan minyak selama proses pengolahan dengan teknik sistem berbasis
pengetahuan. Model ini dirancang dalam bentuk perangkat lunak software
komputer dengan menggunakan bahasa pemrograman Visual Basic 4.0. Model EXSPalm 1 memuat fasilitas penjelasan, fasilitas konsultasi dan fasilitas input nilai.
Nando 2001, menganalisis parameter mutu susu pasteurisasi dan membuat analisis statistika pengendalian mutu terhadap beberapa parameter mutu susu
pasteurisasi. Data yang dikumpulkan adalah faktor-faktor yang mempengaruhi mutu susu pasteurisasi, kadar bahan kering, jumlah mikroba dan koliform. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa mutu susu pasteurisasi secara umum dipengaruhi oleh faktor bahan baku, metode, mesin atau peralatan, pemeriksaan atau pengawasan dan
manajemen. Budiarti 2002, melakukan pengkajian yang ditujukan untuk melihat
persepsi dan ekspektasi konsumen serta bobot kepentingan dimensi kualitas produk susu pasteurisasi produksi Koperasi Dau Malang. Pada dasarnya penelitian ini
bermaksud untuk meningkatkan efektifitas dengan menggunakan Total Quality Management TQM yang berdampak pada peningkatan kualitas produk sesuai
dengan keinginan konsumen. Hal ini secara simultan akan meningkatkan penjualan dan pendapatan bagi Koperasi Dau Malang. Informasi mengenai jenis dimensi
kualitas produk yang direkomendasikan untuk ditingkatkan dilakukan dengan perhitungan zero one integer programming.
Perbandingan penelitian mengenai kualitas dan sistem intelijen yang telah dilakukan dengan penelitian yang akan dilakukan saat ini disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Perbandingan Beberapa Penelitian Mengenai Kualitas dan Sistem Intelijen yang telah Dilakukan serta Penelitian yang akan Dilakukan Saat ini
Penelitian kualitas tanpa menggunakan tool Sistem Intelijen
Penelitian yang menggunakan tool Sistem Intelijen
Penelitian yang akan dilakukan saat ini
Beberapa Penelitian mengenai kualitas yang telah dilakukan lebih banyak menggunakan
pendekatan statistik dan dijelaskan bagian per bagian
Kelebihan : • Mencegah penyimpangan dalam proses,
sebelum terjadi hal-hal yang serius, sehingga akan diperoleh kesesuaian yang
lebih baik antara kemampuan dengan spesifikasinya.
• Mengurangi biaya pemeriksaan, karena statistika pengendalian mutu dilakukan
dengan menggunakan teknik penarikan contoh.
Kelemahan : • Analisis kegagalan mutu belum dapat
dilakukan secara menyeluruh masih terbatas pada analisis dan evaluasi pada
bagian produksi.
• SQC baru dapat memberikan gambaran penyebab kegagalan mutu. sedangkan
keberhasilan kualitas yang dilakukan tergantung dari kemampuan personil yang
melakukan analisis.
Berdasarkan studi literatur yang telah dilakukan, terlihat bahwa aplikasi sistem Intelijen dalam
beberapa permasalahan sudah cukup banyak akan tetapi yang menyangkut penilaian kualitas
masih jarang dilakukan. Analisis mengenai kelebihan dan kekurangan dari penelitian yang
ada, sebagai berikut : Kelebihan :
• Permasalahan dapat diselesaikan sebagaimana layaknya seorang pakar
mengerjakannya walaupun pelakunya bukan seorang pakar
• Melakukan penyederhanaan proses pekerjaan
• Solusi lebih konsisten
Kelemahan :
• Sistem tidak dapat menangani pengetahuan yang tidak konsisten, sedangkan kinerja
manusia berubah-ubah hanya sedikit yang tetap sepanjang waktu.
• Tidak dapat menerapkan penilaian dan intuisi yang kita kenal sebagai unsur yang
penting dalam pemecahan masalah.
Penelitian yang akan dilakukan : Merancang model penilaian dan prediksi kualitas
susu pasteurisasi, kemudian mengaplikasikan model tersebut dalam bentuk rancangan integrasi
sistem pakar dan jaringan syaraf tiruan JST. Integrasi sistem pakar dan JST ini diharapkan
memiliki kemampuan kombinasi untuk menyediakan konsultasi pakar dan meningkatkan pengalaman itu
sendiri dari waktu ke waktu berdasarkan proses belajar.
Dasar Pemikiran : Kualitas merupakan permasalahan yang cukup
kompleks karena banyaknya faktor-faktor yang terlibat dan mempengaruhi kualitas seperti faktor
bahan baku, metode, mesin atau peralatan, pemeriksaan dan manajemen. Disebabkan oleh
kompleksitas sistem, maka pencarian hubungan tidak akan mungkin tercapai hanya dengan bantuan
pemikiran pakar. Keadaan ini mengarah pada pendekatan dengan menambahkan suatu sistem
pemikiran lunak yang berorientasi pada proses belajar. jaringan syaraf tiruan sebagai salah satu
metode untuk melakukan prediksi memiliki kelebihan pada kemampuannya untuk belajar.
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Kerangka Pemikiran
Susu merupakan bahan makanan yang terdiri dari protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral. Bahan-bahan tersebut merupakan media pertumbuhan
yang baik berbagai macam mikroba. Hal ini menyebabkan susu mempunyai sifat mudah rusak dan dapat menjadi sumber penyakit. Batas cemaran berbagai jenis
mikroba dalam susu segar, susu pasteurisasi, susu bubuk dan susu UHT menurut SNI No: 01-6366-2000 dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Batas Maksimum Cemaran Mikroba Dalam Susu
SNI, 2000
Batas Maksimum Cemaran Mikroba BMCM
dalam satuan CFUgram atau ml
Jenis Cemaran Mikroba
Susu segar Susu
pasteurisasi Susu
bubuk Susu
sterilUHT
Jumlah Total Kuman Total Plate Count
1 X 10
6
3 X 10
4
5 X 10
4
100,1 Coliform
2 X 10
1
0,1 X 10
1
Escherichia coli Enterococci
1 X 10
2
1 X 10
2
1 X 10
1
Staphylococcus aureus 1 X 10
2
1 X 10
1
1 X 10
1
Clostridium sp Salmonella sp
negatif negatif
negatif negatif
Camphylobacter sp Listeria sp
Salah satu penanganan susu yang dilakukan pada skala industri adalah pasteurisasi susu. Pasteurisasi menurut Fardiaz 1992 merupakan usaha untuk
menginaktifkan sel-sel vegetatif bakteri patogen, bakteri pembusuk dan bakteri pembentuk toksin pada pemanasan minimum sehingga tidak terjadi kerusakan gizi
susu dan dapat mempertahankan cita rasa, warna dan tekstur susu. Proses pasteurisasi dilakukan pada suhu minimal 62,8
C selama 30 menit untuk proses LTLT Low Temperature Long Time atau pada suhu 75
C selama 15 detik untuk proses HTST High Temperature Short Time.
Pengendalian kualitas susu pasteurisasi di industri merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dan penting untuk menjamin keamanan susu pada saat