Peningkatan daya saing
Pengurangan produk cacat
Peningkatan harga Peningkatan
jumlah produk yang dijual
Penurunan Biaya Operasi
Meningkatkan pendapatan
Peningkatan laba
PENINGKATAN KUALITAS
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kualitas
Dalam ISO 9001: 2000 kualitas didefinisikan sebagai gabungan antara tiga parameter yaitu kualitas desain, kualitas konformansi dan kualitas kegunaan.
Kualitas desain merupakan perluasan refleksi desain sebuah produk atau pelayanan untuk memenuhi kepuasan konsumen. Kualitas konformansi adalah
perluasan konformansi produk atau pelayanan terhadap desain standar. Kualitas penggunaan adalah perluasan tuntutan untuk menjamin kontinuitas penggunaan
dari produk atau pelayanan Hoyle, 1999. Kualitas adalah kecocokan untuk digunakan, yang mengandung arti bahwa
produk dapat memenuhi kebutuhan dan kepuasan, serta memberi jaminan kepercayaan pada konsumen akan konsistensi kualitas Juran, 1979. Upaya ke
arah perbaikan kualitas harus terus dilakukan untuk meningkatkan kepuasan pelanggan karena akan berdampak positif pada pendapatan perusahaan. Manfaat
perbaikan kualitas itu sendiri menurut Paal 1993 dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Manfaat Perbaikan Kualitas Paal,1993
Sistem pengendalian kualitas merupakan suatu sistem yang efektif untuk memadukan usaha-usaha pengembangan kualitas, pemeliharaan kualitas dan
perbaikan kualitas dalam berbagai kelompok organisasi, sehingga dapat menempatkan pemasaran, rekayasa, produksi dan jasa pada tingkat paling
ekonomis yang memberikan kepuasan penuh pada perusahaan Feigenbaum,
1991. Beberapa keuntungan dari penggunaan sistem pengendalian kualitas dalam jangka panjang menurut Mitra 1993 adalah sebagai berikut :
1. Perbaikan pada kualitas produk dan pelayanan. 2. Evaluasi kontinyu terhadap sistem untuk memenuhi perubahan keinginan
konsumen. 3. Meningkatkan produktifitas perusahaan.
4. Menurunkan biaya dalam jangka panjang. 5. Bersamaan dengan peningkatan produktivitas terjadi penurunan lead time
produksi ataupun assembly. 6. Memelihara kondisi lingkungan yang mendukung untuk mencapai tujuan
continuous improvement pada kualitas dan produktivitas.
2.2 Susu
Berdasarkan Departemen Pertanian 2000, susu segar adalah susu murni cairan yang berasal dari ambing ternak perah yang sehat dan bersih, yang diperoleh
dengan cara pemerahan yang baik, tidak mengandung residu, belum mendapat perlakukan apapun seperti pemanasan, irradiasi atau perlakuan fisik lainnya kecuali
proses pendinginan, kandungan alaminya tidak dikurangi atau ditambah sesuatu apapun seperti penambahan air atau bahan makanan lain.
Pertumbuhan mikroba pada susu dapat menimbulkan perubahan karakteristik susu, misalnya pembentukkan asam, pembentukan gas, proteolisis,
pelendiran, perubahan lemak, produk alkali serta perubahan cita rasa dan warna Rahman et al., 1992.
2.2.1 Komposisi Susu Menurut Henderson 1971, semua jenis susu mengandung komposisi yang
sama tetapi jumlahnya bervariasi tergantung dari spesies, faktor genetik dan kondisi lingkungan seperti iklim, pakan, cara pemerahan dan masa laktasi. Menurut Cross
1988, komposisi umum susu yang banyak ditemukan adalah protein, lemak, karbohidrat dan mineral yang terkumpul dalam abu. Komposisi kimia susu sapi dari
beberapa literatur dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Komposisi Kimia Susu Sapi Komposisi
Menurut Blane 1981
Menurut Ressang dan Nasution 1986
Menurut Varnam 1994
Protein 3,3
3,2 3,4
Karbohidrat 4,7
4,6 4,8
Mineral 0,7
0,85 0,7
Lemak 3,8
3,45 3,7
Air 87,5
87,9 87,4
Total Padatan 12,5
12,1 12,6
2.2.2 Susu Pasteurisasi
Menurut Fardiaz 1992, susu pasteurisasi adalah produk olahan susu yang diperoleh dengan proses pasteurisasi pada suhu minimal 62,8
C selama 30 menit untuk proses LTLT Low Temperature Long Time atau pada suhu 75
C selama 15 detik untuk proses HTST High Temperature Short Time. Tujuan pasteurisasi
adalah untuk menginaktifkan sel-sel vegetatif bakteri patogen, bakteri pembusuk dan bakteri pembentuk toksin pada pemanasan minimum sehingga tidak terjadi
kerusakan gizi susu serta faktor-faktor yang mempengaruhi mutu pangan seperti warna, tekstur dan cita rasa Hoobs dan Robert, 1987; Fardiaz, 1992.
Menurut Sudarwanti 2000, ciri-ciri susu pasteurisasi antara lain adalah suhu pemanasan di bawah titik didih, kuman patogen mati, jumlah kuman dikurangi,
enzim inaktif, nilai gizi hampir sama dengan susu segar, spora tetap hidup dan daya simpan dalam suhu dingin maksimum tujuh hari. Menurut Eckles 1951 semua
peralatan untuk pasteurisasi susu harus bersih dan bersanitasi tinggi. Menurut Fardiaz 1992, lama susu pasteurisasi berada di pasaran sekitar 6
– 7 hari setelah itu ditarik kembali. Susu pasteurisasi yang kondisinya masih baik dapat diolah kembali menjadi produk susu olahan lainnya dan jika susu pasteurisasi
rusak akan dibuang.
2.3 Kecerdasan Buatan
Menurut Oxman 1985, kecerdasan buatan merupakan istilah umum untuk sistem berbasis komputer yang melaksanakan tugas-tugas yang umumnya
membutuhkan kecerdasan manusia. Sistem kecerdasan buatan tidak dapat menggantikan peran manusia, tetapi
mampu memberikan kelebihan kepada penggunanya. Hal ini disebabkan karena sistem kecerdasan buatan memiliki pengetahuan dan daya penalaran untuk
memberikan nasehat dan konsultasi kepada pengguna. Selain itu, sistem kecerdasan buatan juga memberikan kelebihan ekonomis karena menghemat waktu
para ahli yang umumnya sangat terbatas Rauch-Hindin, 1988. Kecerdasan buatan dibagi menjadi tiga bidang penelitian yang secara relatif
berdiri sendiri, yaitu : 1. Pengembangan program-program yang menggunakan pengetahuan simbolik
untuk mensimulasi perilaku seorang ahli, yang disebut dengan sistem ahli. 2. Pengembangan robot-robot, yaitu pengembangan program-program yang
akan memungkinkan robot-robot mengamati perubahan-perubahan yang terjadi pada saat mereka bergerak dalam suatu lingkungan.
3. Pengembangan program-program komputer yang dapat membaca, berbicara dan mengerti bahasa yang digunakan manusia sehari-hari.
2.4 Sistem Pakar