Keunggulan dan Kelemahan Analytical Hierarchy Process AHP

kepentingan terhadap keputusan tersebut, baik secara langsung diskusi, wawancara maupun tidak langsung kuesioner.

3. Konsistensi Logis

Konsistensi jawaban responden dalam menentukan prioritas elemen merupakan prinsip pokok yang akan menentukan validitas data dan hasil pengambilan keputusan. Menurut Saaty, hasil penilaian yang dapat diterima adalah yang mempunyai rasio konsistensi lebih kecil atau sama dengan 10. Jika lebih besar dari itu berarti penilaian yang telah dilakukan ada yang random dengan demikian perlu diperbaiki.

2.9.2 Keunggulan dan Kelemahan Analytical Hierarchy Process AHP

AHP sangat berguna dalam masalah-masalah kompleks yang tidak terstruktur, tidak memiliki data tertulis yang cukup, seperti permasalahan : penentuan alternatif, penyusunan prioritas, pemecahan konflik, pemilihan kebijakan, pengalokasian sumber, penentuan kebutuhan dan juga pengukuran performansi. Menurut Ciptomulyono 2001 kelebihan AHP, antara lain : 1. Mampu membahas permasalahan kompleks dan tak terstruktur secara detail. 2. Memadukan intuisi, pikiran, perasaan dan penginderaan dalam menganalisis pengambilan keputusan. 3. Memiliki kemampuan melakukan sintesa pemikiran berbagai sudut pandang responden. 4. Memperhitungkan konsistensi dari penilaian yang telah dilakukan dalam memperbandingkan faktor-faktor untuk memvalidasi keputusan. 5. Kemudahan dalam pengukuran elemennya. 6. Memungkinkan untuk melakukan perencanaan ke depan forward atau sebaliknya, menjabarkan masa depan yang ingin dicapai ke masa kini backward. Selain keunggulan, AHP juga mempunyai kelemahan, yaitu : 1. Dalam penerapannya, harus melibatkan orang-orang yang memiliki pengetahuan yang cukup tentang permasalahan dan tentang metode AHP itu sendiri. 2. Untuk melakukan perbaikan keputusan walaupun kecil maka harus dimulai lagi dari tahap awal dan memakan waktu yang relatif lama. 3. AHP tidak dapat diterapkan pada suatu perbedaan sudut pandang yang sangat tajam atau ekstrim di kalangan responden. Penyatuan pandangan, misalnya dengan metode Delhi dapat dilakukan sebelum AHP.

2.10 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian yang mengenai kualitas susu dan pengembangan sistem pakar dan jaringan syaraf tiruan adalah sebagai berikut : Erwina 1987, mengidentifikasi faktor dan parameter dalam pengendalian mutu pada industri susu segar di tingkat peternak, koperasi dan industri pengolahan susu IPS, serta mengaplikasikan teknik pengendalian mutu dalam penentuan standar dan analisis biaya dan margin tata niaga. Parameter utama yang digunakan adalah mutu kadar lemak dan non lemak. Permadi 1995, mengembangkan perangkat lunak untuk kegiatan pengendalian mutu minuman ringan yang diberi nama Quality Information System QIS. Sistem ini pada dasarnya merupakan penyimpanan dan pengolahan data yang disimpan secara elektronik. Informasi yang disajikan bisa dalam bentuk angka maupun grafis. Beberapa keuntungan yang diperoleh dari penggunaan sistem ini adalah mudah dioperasikan dan menarik. Pengembangan sistem ini dilakukan dengan teknik perancangan secara terstruktur. Alat perancangan yang dipakai dalam rancang bangun sistem yaitu Hirarchy Chart, Diagram Arus Data, Diagram Alir, Diagram Warnier-Orr dan Kamus Elemen data. Rancangan sistem ini terdiri atas enam subsistem bahan baku, proses, pemeriksaan alat, mikrobiologi, produk jadi dan eksternal serta terbagi dalam 20 modul. Ratnawati 1996, merancang suatu sistem pakar yang dapat digunakan dalam menentukan status keamanan pangan masa sekarang, jangka pendek dan jangka panjang suatu Rumah Tangga pedesaan berdasarkan konsep yang dikemukakan oleh Taylor dan Philips 1992. Hartimin 1997, merancang model sistem ahli untuk mutu CPO dan kehilangan minyak selama proses pengolahan dengan teknik sistem berbasis pengetahuan. Model ini dirancang dalam bentuk perangkat lunak software