Penentuan Rancangan Proses Dehidrasi

30 Gambar 13 . Pengaruh suhu dan waktu penggorengan terhadap kadar air mi jagung instant

3. Penentuan Rancangan Proses Dehidrasi

Hasil analisis kadar air pada sampel rancangan proses penggorengan kemudian pengeringan menunjukkan, sampel F14D5 hingga F6D15 memiliki nilai kadar air diatas 10 bb. Seluruh sampel yang digoreng pada suhu 110 C kemudian dikeringkan tidak dilanjutkan pada tahap penelitian selanjutnya. Dapat dilihat pada Gambar 14, nilai kadar air sampel berada pada kisaran 12-13 bb. Sementara kadar air sampel yang digoreng pada suhu 120 C kemudian dikeringkan berada pada kisaran 10-8 bb. Namun sampel penggorengan 120 C selama 5 menit dan pengeringan 5 menit tidak dapat digunakan untuk analisis selanjutnya karena memiliki kadar air lebih dari 10 bb. Gambar 14. Rataan kadar air sampel penggorengan kemudian pengeringan Pada Gambar 15 dapat terlihat seluruh sampel memiliki kadar air diatas 10 bb. Seluruh sampel yang dikeringkan terlebih dahulu kemudian digoreng pada suhu 110 C dan 120 C memiliki nilai kadar air 10 bb, kadar air tersebut tidak memenuhi SNI untuk mi instant. Seluruh sampel tersebut tidak digunakan pada penelitian selanjutnya. 10 20 5 menit 6 menit 14 menit 15 menit 10,19 10,25 12,32 12,16 K ad ar ai r b b Waktu pengeringan Penggorengan 120C penggorengan 110C 5 10 15 13,04 12,31 12,13 12,5 12,16 12,15 10,05 9,66 8,96 9,68 8,49 8,14 K ad ar ai r b b 110 C 120 C 31 Gambar 15 . Rataan kadar air sampel pengeringan kemudian penggorengan Proses pengeringan berlangsung pada suhu yang lebih rendah 55 C dibandingkan dengan proses penggorengan. Pengeringan umumnya memerlukan waktu yang lebih lama untuk menurunkan kadar air. Pengeringan mi jagung instant yang dilakukan oleh Wijaya 2010 berlangsung pada suhu 60 C selama 1-1,5 jam. Produk mi matang saat mudah dipatahkan dan tidak menempel pada tray. Pada penelitian ini, proses pengeringan yang dilakukan berkisar dari 5 sampai 15 menit sehingga diharapkan proses pengeringan tidak terlalu berpengaruh terhadap perubahan tekstur mi. Pengeringan dengan cabinet dryer bertujuan membantu mengurangi kadar air produk. Terdapat kekurangan pada mi yang mengalami proses pengeringan kemudian penggorengan, yaitu pada mi yang dikeringkan selama 15 menit. Mi yang telah mengalami proses pengeringan selama 15 menit kemudian digoreng pada suhu 120 C, memiliki sedikit penggembungan pada tepian mi. Penggembungan yang terbentuk tidak sebanyak mi yang digoreng pada suhu 130 C. Namun hal ini mengindikasikan bahwa mi akan putus saat proses rehidrasi atau pemasakan. Penggembungan terjadi karena mi yang telah dikeringkan selama 15 menit menjadi terlalu kering, sehingga saat digoreng mi menguapkan air yang terkandung dalam bahan terlalu cepat namun tertahan oleh permukaan mi yang telah kering dan mengeras terlebih dahulu. Mi yang mengalami proses pengeringan terlebih dahulu kemudian penggorengan memiliki kadar air yang lebih tinggi dibandingkan mi yang mengalami proses penggorengan pada suhu 120 C kemudian dikeringkan. Hal ini dikarenakan suhu 120 C sudah cukup panas untuk mengeluarkan air dalam bahan dan waktu penggorengan yang cukup singkat membuat minyak yang terbawa sedikit sehingga saat pengeringan, kadar air yang diinginkan dapat dicapai, namun sebaliknya pada suhu penggorengan 110 C. Hal ini dikarenakan suhu 110 C kurang panas sehingga tidak dapat menguapkan air yang terdapat pada mi dengan sempurna. Lamanya waktu penggorengan juga menyebabkan minyak yang terbawa oleh mi cukup banyak sehingga saat pengeringan air tidak dapat keluar dari mi akibat tertutup oleh minyak. Sementara mi yang mengalami proses pengeringan kemudian penggorengan pada suhu 110 C cukup kering sehingga saat digoreng air dapat dikeluarkan dengan lebih baik dibandingkan proses sebaliknya. Mi yang dikeringkan terlebih dahulu kemudian digoreng pada 110 C memiliki kadar air yang lebih rendah dibandingkan mi yang digoreng kemudian dikeringkan. Penampakan mi jagung instant yang telah dikemas disajikan pada Gambar 16. Menurut Lusas et al., 2001 selama proses penggorengan terjadi penguapan air dari bahan pangan, penguapan air yang lebih banyak dipermukaan mi dan denaturasi protein menyebabkan pengerasan tekstur disertai oleh pembentukan crust pada permukaan, serta masuknya minyak ke dalam bahan menggantikan air yang menguap. Pada penggorengan suhu 110 C kadar air mi berkurang dengan laju yang lebih lambat dibandingkan penggorengan suhu 120 C. Mi yang digoreng dengan 9 10 11 12 11,24 11,43 11,13 11,52 10,94 10,93 11,54 10,47 10,75 10,48 10,93 10,74 K ad ar ai r b b 110 C 120 C 32 suhu yang lebih rendah memerlukan waktu penguapan air yang lebih lama, hal ini menyebabkan lebih sedikitnya pori yang terbentuk sementara kontak permukaan mi yang lebih lama dengan minyak menyebabkan denaturasi protein yang berlebih disertai pengerasan permukaan crust yang tebal. Karena lambatnya penguapan, struktur pori diperkirakan lebih besar. Pada penggorengan suhu 120 C, mi digoreng dalam waktu yang lebih singkat, kontak permukaan mi dengan minyak panas pada saat penggorengan yang lebih singkat membuat struktur pori lebih banyak dan kecil-kecil, kadar air mi lebih rendah, dan pengerasan permukaan crust yang lebih tipis. Gambar 16. Penampakan mi jagung instant Hasil analisis kadar air mi instant menunjukkan hanya terdapat lima sampel mi jagung instant yang kadar airnya memenuhi SNI, yaitu mi yang melalui proses penggorengan pada suhu 120 C kemudian pengeringan, terkecuali pada sampel B3a. Analisis selanjutnya dilakukan pada mi instant dengan kode F5D10, F5D15, F6D5, F6D10, dan F6D15 yaitu sampel dengan penggorengan pada suhu 120 C selama 5 menit dengan pengeringan 10 dan 15 menit, serta penggorengan selama 6 menit dengan pengeringan 5, 10, dan 15 menit.

B. Analisis Fisik Mi Instant