Kepekaan sosial dan emosi

b. Tanggungjawab Tanggungjawab merupakan sikap seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya yang seharusnya ia lakukan terhadap dirinya sendiri, lingkungan dan Tuhan YME. Anak diajarkan tanggungjawab dengan membiasakan merapikan mainannya sesudah selesai bermain atau misalnya ketika anak sudah selesai makan, dbiasakan untuk menaruh piring kotor di tempat cuci piring. Dengan demikian anak akan terbiasa bertanggungjawab tehadap apa yang dia lakukan. c. Disiplin Proses pendisiplinan merupakan proses yang berjalan seiring dengan waktu dan memerlukan pengulangan kesadaran. Proses pendisiplinan merupakan proses yang berjalan seiring dengan waktu dan membutuhka pengulangan serta pematangan kesadaran diri. Hasil akhir dari proses pendisiplinan adalah bangkitnya sebuah kesadaran diri yang ditunjukkan oleh kematangan emosional anak. Sejak kecil anak selalu dibimbing untuk disiplin misalnya dalam hal bangun pagi ketika di rumah, sudah waktunya tidur harus tidur, waktunya makan harus makan, waktunya belajar untuk belajar, waktunya mandi untuk mandi, dan lain-lain. Cara menanamkan disiplin selain dengan keteladanan, misalnya dengan nyanyian ”Bangun tidur ku terus mandi, tidak lupa menggosok gigi, habis mandi ku tolong ibu, membersihkan tempat tidurku”. Cerita tentang anak yang disiplin akan mendapat keberuntungan juga bisa digunakan untuk menanamkan nilai disiplin pada anak. d. Mandiri Kemandirian pada anak sebaiknya ditanamkan sejak dini. Dengan sikap mandiri, anak akan terbiasa menyelesaikan masalahnya sendiri dan tidak tergantung pada orang lain. Anak tidak mudah menyerah dalam menyelesaikan masalahnya karena dia merasa mampu menyelesaikannya. Dari hal yang sederhana, misalnya di TPA anak dibimbing untuk bisa memakai pakaian sendiri, membereskan mainannya sendiri untuk ditaruh di tempatnya semula, cuci tangan sendiri sebelum atau sesudah makan, belajar menyuap makanannya sendiri, memakai sepatu, dan lain-lain.

D. Metode Pembelajaran yang Digunakan

Syaiful Djamarah dan Aswan Zain 2002:53 menyatakan metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Slamet Suyanto 2003:162 menyatakan metode pembelajaran untuk anak usia dini hendaknya menantang, menyenangkan, melibatkan unsur bermain, bergerak, bernyanyi, dan belajar. Hibana S. Rahman 2002:76 menegaskan secara teknis ada beberapa metode yang tepat untuk diterapkan pada anak usia dini, antara lain:

1. Memberi contoh langsungketeladanan

Dengan pengelolapendidikpengasuhorangtua memberikan contoh langsung kepada anak, hal itu akan lebih efektif untuk menanamkan nilai budi pekerti kepada anak, daripada dengan mendikte, menyuruh, sekedar menasehati, dll. Hal ini dikarena anak usia dini selalu menyerap apa yang dilihatnya dalam keseharian. Bila orang di lingkungannya berbuat baik, maka anak juga anak ikut berbuat baik juga. Demikian juga sebaliknya, jika orang-orang dewasa yang ada di sekitarnya tidak memberi contoh perilaku budi pekerti, maka anak juga tidak akan memiliki budi pekerti yang baik pula. Prinsipnya satu contoh lebih baik daripada seribu nasehat. Pemberian contoh kepada anak secara langsung juga harus dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan. Pendidikpengasuhpegelola serta orangtua tidak boleh bosan-bosannya memberi contoh budi pekerti yang baik kepada anak dan menjauhkan anak dari contoh perilaku yang tidak baik. Misalnya: ƒ Jika pendidik mengajarkan anak untuk berdoa sebelum makan, pendidik juga harus berdoa pula sebelum makan ƒ Jika pendidik mengajarkan untuk makan dengan tangan kanan, pendidik juga harus makan dengan tangan kanan ƒ Jika pendidik mengajarkan anak untuk sholat, pendidik juga harus sholat