dan gotong royong, memiliki rasa kesetiakawanan, saling menghormati, memiliki tata krama dan sopan santun, memiliki rasa malu, menunjukkan
kejujuran.
5. Metode Pembelajaran yang Digunakan
Metode pembelajaran yang digunakan di TPA Dharma Yoga Santi untuk menanamkan nilai-nilai budi pekerti adalah dengan menggunakan
empat metode yaitu memberi contoh langsung keteladanan, bercerita dongeng, bermain dan bernyanyi. Hal ini sesuai dengan teori Tahap
Perkembangan Kognitif Piaget, yang membagi perkembangan kognitif seseorang dalam 4 tahap yaitu sensori motor, pra operasional, operasional
formal dan operasional konkrit. Masa anak usia dini dalam hal ini usia 0- 6 tahun termasuk dalam tahap sensori motor dan tahap pra operasional.
Tahap Sensori Motor terjadi pada usia 0-2 tahun. Pada tahap ini anak dicirikan dengan tindakannya yang suka meniru dan bertindak secara
reflek. Anak dalam tahap ini hanya memikirkan apa yang terjadi sekarang. Anak akan meniru apa yang diperbuat orang dewasa. Oleh karena itu,
metode penanaman nilai yang sesuai adalah dengan cara memberikan contoh langsung sebagai teladan untuk ditirukan oleh anak.
Tahap Pra Operasional terjadi pada usia 2-7 tahun, anak mulai menggunakan simbol dan bahasa. Dengan penggunaan bahasa, anak mulai
dapat memikirkan apa yang tidak terjadi sekarang, tetapi yang sudah lalu. Dalam hal sikap pribadi, anak pada tahap ini masih egosentris, berpikir
pada diri sendiri. Penanaman nilai mulai dapat menggunakan bahasa, dengan bicara dan sedikit penjelasan. Metode yang cocok untuk
digunakan yaitu dengan bercerita dan bernyanyi. Metode pembelajaran yang digunakan di TPA Dharma Yoga Santi
UNY, meliputi: a.
Memberi contoh langsung keteladanan. Apabila pengelola, pendidik, pengasuh, orangtua memberikan contoh langsung kepada anak, hal itu
akan lebih efektif untuk menanamkan nilai budi pekerti kepada anak, daripada dengan mendikte, menyuruh, sekedar menasehati, dll. Hal ini
dikarena anak usia dini selalu menyerap apa yang dilihatnya dalam keseharian. Bila orang di lingkungannya berbuat baik, maka anak juga
anak ikut berbuat baik juga. Demikian juga sebaliknya, jika orang- orang dewasa yang ada di sekitarnya tidak memberi contoh perilaku
budi pekerti, maka anak juga tidak akan memiliki budi pekerti yang baik pula. Prinsipnya satu contoh lebih baik daripada seribu nasehat.
Pemberian contoh kepada anak secara langsung juga harus dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan.
b. Bercerita dongeng merupakan salah satu cara yang efektif untuk
menanamkan nilai budi pekerti pada anak. Anak usia dini biasanya tertarik dengan buku-buku cerita bergambar yang berwarna-warni, hal
ini akan menarik perhatian anak. Dalam cerita itu bisa disisipkan nilai- nilai budi pekerti yang mudah dicerna oleh anak usia dini. Apabila