13
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Tentang Permainan Tradisional 1. Pengertian Bermain dan Permainan
Bermain didefinisikan sebagai suatu kegiatan dimana anak mendapatkan kesempatan melakukan berbagai pilihan alat dan bagaimana
menggunakan alat-alat tersebut, demikian anak yang sedang bermain dapat membentuk dunianya sehingga sering kali dianggap nyata, sungguh-
sungguh, produktif,
dan menyerupai
kehidupan yang
sebenarnya Soemarti Patmonodewo, 2003: 103.
Novan Ardy Wiyani dan Barnawi 2012: 92-93, istilah bermain diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan dengan alat atau tanpa alat
yang dalam kegiatannya menghasilkan pengertian, memberikan informasi, memberikan kesenangan dan dapat mengembangkan imajinasi anak.
Menurut teori fenomenologis Profesor Kohnstamm Kartini Kartono, 2007: 122 permainan merupakan sarana penting untuk
mensosialisasikan dalam mengenalkan anak menjadi anggota suatu masyarakat agar anak mengenal dan menghargai masyarakat, sehingga
dalam suasana permainan itu tumbuh rasa kerukunan yang berarti bagi pembentukan sosial sebagai manusia budaya.
Permainan memberikan kesempatan pra-latihan untuk mengenal aturan-aturan permainan, mematuhi norma dan larangan, dan bertindak
jujur. Mayke S. Tedjasaputra 2005: xvi menyebutkan bahwa melalui permainan, anak dapat memetik berbagai manfaat bagi perkembangan
14 aspek fisik-motorik, kecerdasan, dan sosial emosional. Kepribadian positif
akan timbul apabila dalam diri anak muncul rasa senang untuk memaknai setiap kegiatan bermain yang mereka alami.
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan bermain
dan permainan
sebagai suatu
kegiatan yang
dilakukan menggunakan alat atau tanpa alat yang menghasilkan pengertian,
memberikan informasi, memberikan kesenangan, dan mengembangkan imajinasi anak, sekaligus sebagai sarana pembentukan sosial agar anak
mengenal dan menghargai masyarakatnya.
2. Klasifikasi Bermain
Menurut Mildred Parten 1932 dalam Slamet Suyanto 2005: 121, ada enam bentuk kegiatan bermain berdasarkan interaksi antar anak yaitu:
a. Unoccupied Play, yaitu sebenarnya anak tidak benar-benar terlibat dalam kegiatan bermain, melainkan hanya mengamati
anak-anak lain yang sadang bermain. b. Solitary games bermain sendiri,yaitu anak sibuk bermain
sendiri, dan tampak tidak memperhatikan kehadiran anak-anak lain disekitarnya. Perilakunya bersifat egosentris dengan ciri
antara lain tidak ada usaha untuk berinteraksi dengan anak lain.
c. Onlooker games bermain dengan melihat temannya bermain yaitu
kegiatan bermain
dengan mengamati
anak lain
melakukan kegiatan bermain, dan tampak ada minat yang semakin besar terhadap kagiatan anak lain yag diamati.
d. Parallel games bermain paralel dengan temannya, bermain dengan materi yang sama, tetapi masing-masing bekerja
sendiri karena pada dasarnya mereka masih sangat egosentris. e. Associative games bermain beramai-ramai, yaitu anak
bermain bersama-sama, tetapi bila diamati akan tampak bahwa masing-masing sebenarnya tidak terlibat dalam kerjasama.
f. Cooperative games bermain kooperatif, yaitu anak bermain
dalam kelompok yang ditandai adanya aturan dan pembagian tugas dan peran untuk mencapai tujuan tertentu.