dengan terampil dapat dilihat dari reputasi sumber akan reliabilitas, subjektifitas sumber tersebut, adanya bukti yang menguatkan klaim
sumber, keahlian atau pendidikan yang relevan, dan menggunakan alasan- alasan yang mampu dipercaya Fisher, 2009:91.
d. Keterampilan Menyimpulkan
Keterampilan menyimpulkan ialah kegiatan akal pikiran manusia berdasarkan pengertian atau pengetahuan kebenaran yang dimilikinya,
dapat beranjak mencapai pengertian atau pengetahuan kebenaran yang baru yang lain. Berdasarkan pendapat tersebut dapat dipahami bahwa
keterampilan ini menuntut pembaca untuk mampu menguraikan dan memahami berbagai aspek secara bertahap agar sampai kepada suatu
formula baru yaitu sebuah simpulan. Proses pemikiran manusia itu sendiri, dapat menempuh dua cara, yaitu deduksi dan induksi. Jadi, kesimpulan
merupakan sebuah proses berpikir yang memberdayakan pengetahuannya sedemikian rupa untuk menghasilkan sebuah pemikiran atau pengetahuan
yang baru. Saat menyimpulkan memerlukan adanya “inferensi”. Inferensi merupakan perpindahan yang dibuat dari alasan hingga kesimpulan.
Sebuah inferensi yang baik dapat dilihat hubungan kuat antara alasan
dengan kesimpulan yang diutarakan Fisher,2009:119. Keterampilan yang
menjadi bagian dalam menyimpulkan adalah berusaha untuk memahami,
dan memberikan ide dan pilihan yang bervariasi. e.
Keterampilan Mengevaluasi atau Menilai
Keterampilan ini menuntut pemikiran yang matang dalam menentukan
nilai sesuatu dengan berbagai kriteria yang ada. Keterampilan menilai menghendaki pembaca agar memberikan penilaian tentang nilai yang
diukur dengan menggunakan standar tertentu. Saat mengevaluasi atau menilai seseorang harus mampu mengerjakan soal evaluasi dan mampu
menganalisis soal evaluasi 2007. http:jurnal.pendidikan.netPendidikan Network,
Sedangkan menurut L.M Sartorelli dalam Hassoubah 2008: 110-112, untuk mengevaluasi seseorang telah berpikir kritis, seseorang dinyatakan telah
berpikir secara kritis, apabila telah melakukan tindakan sebagai berikut : 1Menghadapi tantangan demi tantangan dengan alasan-alasan dan
contoh; 2 Memberikan contoh-contoh atau argumentasi yang berbeda dari yang sudah ada; 3 Menerima pandangan dan saran dari orang lain
untuk mengembangkan ide-ide baru; 4 Mencari dan memaparkan hubungan antara masalh yang didiskusikan dengen masalah atau
pengalaman lain yang relevan; 5 Menghubungkan masalah khusus yang menjadi subjek diskusi dengan prinsip yang lebih bersifat umum; 6
Menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang relevan dan beraturan; 7 Meminta klarifikasi; 8 Meminta elaborasi; 9 Menanyakan sumber
informasi; 10 Berusaha untuk memahami; 11 Mendengarkan dengan hati-hati; 12 Mendengarkan dengan pikiran terbuka; 13 Berbicara
dengan bebas; 14 Bersikap sopan; dan 15 Mencari dan memberikan ide dan pilihan yang bervariasi.
Indikator-indikator dari kemampuan berpikir kritis Ennis 1985 dalam Arnyana 2004, adalah sebagai berikut :
Tabel 3. Indikator Berpikir Kritis Sumber:http:supraptojielwongsolo.wordpress.com20080613menggun
akan-ketrampilan-berpikir-untuk-meningkatkan-mutu-pembelajaran Kompetensi berpikir kritis harus dikembangkan dalam pembelajaran IPS-
Sejarah Kochhar, 2008 : 52. Siswa di harapkan mampu : 1Mengindetifikasi
masalah; 2
Menganalisis masalah;
3 Mengumpulkan bukti; 4 Menyelidiki bukti, fakta, dan opini, 5
Menyeleksi bukti dan fakta yang relevan, dan mempertimbangkannya; 6 Menciptakan hubungan dan menyusun fakta; 7 Menarik kesimpulan; 8
Keterampilan Berpikir Kritis Indikator-indikator
Merumuskan masalah Memformulasikan pertanyaan yang
mengarahkan investigasi Memberikan argument
Argumen sesuai dengan kebutuhan. Menunjukkan
persamaan dan
perbedaan Melakukan deduksi
Mendeduksi secara
logis Menginterpretasi secara tepat
Melakukan induksi Menganalisis data
Membuat generalisasi Menarik kesimpulan
Melakukan evaluasi Mengevaluasi berdasarkan fakta
Memberikan alternatif lain Mengambil keputusan dan
tindakan Menentukan jalan keluarMemilih
kemungkinan yang
akan dilaksanakan
Memberikan argumen yang mendukung pendapatnya; 9 Memverifikasi kesimpulan.
D. Pembelajaran IPS Sejarah
Istilah IPS berasal dari istilah bahasa asing yaitu social studies. Istilah ini mulai diperkenalkan oleh The Committee on Social Studies Of The National
Education and Recognation of Secondary Education tahun 1916. Selanjutnya, konsep ini mulai diadaptasi oleh Indonesia dan dimasukkan dalam kurikulum
1975 sebagai sebuah mata pelajaran dengan nama Ilmu Pengetahuan Sosial IPS Sudarno,2007:3. S. Nasution memberikan defini IPS sebagai sebuah Fusi atau
paduan Sejumlah mata pelajaran sosial. IPS merupakan bagian dari kurikulum yang berhubungan dengan peranan manusia dalam masyarakat yang terdiri dari
berbagai macam subjek antara lain sejarah, geografi, ekonomi, pemerintahan, antropologi, sosiologi, dan psikologi sosial Sudarno, 2007:7.
Berdasarkan kurikulum 2006 Ilmu Pengetahuan Sosial IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari sekolah dasar hingga sekolah
menengah pertama. Pada jenjang sekolah menengah pertama mata pelajaran sejarah disusun secara secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam mata
pelajaran IPS. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Mata pelajaran IPS disusun dalam proses
pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat.