Metode Pelatihan Tahap-Tahap Pelatihan

30 5. Mengurangi jumlah dan biaya kecelakaan kerja. 6. Membantu karyawan dalam peningkatan dan pengembangan pribadi mereka.

2.1.3.3 Metode Pelatihan

Darodjat dalam Notoatmodjo, 2009:23 menyatakan bahwa metode pelatihan terbagi menjadi dua, yaitu pelatihan di luar pekerjaan off the job training dan pelatihan di dalam pekerjaan on the job training. a. Pelatihan di luar tugas off the job training. Pelatihan dengan menggunakan off the job training mengirim karyawan sebagai peserta pelatihan ke luar sementara dari pekerjaannya untuk mengikuti pelatihan guna meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya. b. Pelatihan di dalam tugas on the job training. Pelatihan ini berbentuk penugasan-penugasan pegawai-pegawai di bawah bimbingan supervisor yang telah berpengalaman pegawai senior. Para pegawai senior yang bertugas untuk membimbing pegawai baru diharapkan memperlihatkan contoh-contoh pekerjaan yang baik, dan memperlihatkan penanganan suatu pekerjaan yang jelas dan konkret, yang akan dikerjakan oleh pegawai baru tersebut segera setelah pelatihan berakhir. Universitas Sumatera Utara 31

2.1.3.4 Tahap-Tahap Pelatihan

Terdapat beberapa tahapan dalam pelatihan tenaga kerja. Yusuf 2015:148 mengemukakan tiga tahap utama pelatihan tersebut, antara lain: 1. Penerimaan kebutuhan pelatihan assessing training needs Tahap pertama yang dilakukan ialah menentukan kebutuhan pelatihan bagi para karyawan. Pada tahap ini terdapat tiga macam kebutuhan akan pelatihan, yaitu: a. General treatment need, yaitu penilaian kebutuhan pelatihan bagi semua pegawai dalam suatu klasifikasi pekerjaan tanpa memerhatikan data mengenai kinerja dari pegawai. b. Observable performance discrepancies, yaitu jenis penilaian kebutuhan pelatihan yang didasarkan pada hasil pengamatan terhadap berbagai permasalahan, wawancara, daftar pertanyaan, dan evaluasi kinerja, dan dengan cara meminta para pekerja untuk mengawasi sendiri hasil kerjanya sendiri. c. Future human resources needs. Jenis keperluan pelatihan ini tidak berkaitan dengan ketidaksesuaian kinerja, tetapi lebih berkaitan dengan keperluan SDM untuk waktu yang akan datang. 2. Desain program pelatihan Penyelia harus memutuskan program pelatihan yang tepat dan bagaimana yang harus dilaksanakan. Terdapat dua jenis sasaran pelatihan, yakni: knowledge-centered objectives dan performance-centered objectives. Pada jenis pertama, berkaitan dengan pertambahan pengetahuan, atau perubahan Universitas Sumatera Utara 32 sikap. Sedangkan, jenis yang kedua mencakup syarat-syarat khusus yang berkisar pada metodeteknik, syarat-syarat penilaian, perhitungan, perbaikan, dan sebagainya. 3. Evaluasi program pelatihan Tujuan dari tahap ini adalah untuk menguji apakah pelatihan tersebut efektif di dalam pencapaian sasaran-sasarannya yang telah ditetapkan. Program pelatihan bisa dievaluasi berdasarkan informasi yang bisa diperoleh pada lima tingkatan: reactions, learning, behaviours, organizational results, dan cost effectivity. Untuk mengetahui dampak dari pelatihan itu secara keseluruhan terhadap kinerja seseorang atau kelompok tertentu, umumnya terdapat dua pilihan model penilaian pelatihan, yaitu: a. Uncontrolled model, model ini biasanya tidak memakai kelompok pembanding dalam melakukan penilaian dampak pelatihan terhadap hasil danatau performansi kerjanya. Untuk melihat efektivitas membandingkan antara hasil dari pre-test dan hasil dari post-test. b. Controlled model, model yang dalam melakukan penilaian efektivitas program menggunakan sistem membandingkan yaitu membandingkan hasil dari orang danatau kelompok yang mengikuti pelatihan terhadap hasil orang danatau kelompok yang tidak mengikuti pelatihan. Universitas Sumatera Utara 33

2.1.3.5 Pengukuran Efektivitas Pelatihan