Pengaruh Pelatihan Terhadap Human Error

158 dan nantinya akan dilatih lagi oleh instruktur-instruktur pelatihan yang sangat berpengalaman dan berkompeten di bidangnya. Bahkan, setelah mengikuti pelatihan, paramedis akan tetap dimonitor dan dilihat apakah terjadi perubahan- perubahan positif dari paarmedisnya atau tidak. Jadi, apabila paramedis tidak dapat memenuhi harapan rumah sakit setelah mengikuti pelatihan, maka pihak rumah sakit akan kembali menyelenggarakan program pelatihan bagi paramedisnya agar target rumah sakit terhadap paramedisnya dapat terwujud dan paramedis diharapkan akan lebih mampu mengurangi kesalahan saat bekerja setelah mengikuti pelatihan.

4.3.3 Pengaruh Pelatihan Terhadap Human Error

Melalui Uji-t diketahui pelatihan berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap human error paramedis di RSIA. Stella Maris kota Medan. Variabel yang paling dominan mempengaruhi human error paramedis di RSIA. Stella Maris kota Medan adalah variabel pelatihan. Artinya, bahwa semakin ditingkatkan variabel pelatihan yang meliputi semakin tingginya tingkat antusias peserta selama mengikuti pelatihan, semakin baik kemampuan instruktur pelatihan dalam menyampaikan materi, semakin berkembang pengetahuan, kemampuan, dan sikap paramedis dan semakin seringnya program pelatihan yang diikuti seperti pelatihan bantuan hidup dasar, pelatihan identifikasi pasien, pelatihan manajemen keperawatan, pelatihan asuhan keperawatan maternitas, manajemen asuhan keperawatan anak, pelatihan pijat bayi senam nifas lanjut, dan pelatihan emergency neonatus maka tingkat kejadian human error seperti kelalaian karena Universitas Sumatera Utara 159 tidak melakukan Standard Operating Procedure SOP, kesalahan membaca hasil pemeriksaan, kesalahan menulis diagnosa, kesalahan penginfusan, kesalahan pemberian obat, kesalahan pemberian diet makanan, kesalahan pemberian dan pengambilan darah, kesalahan pemberian terapi medis, dan kesalahan tindakan operasi akan semakin menurun atau semakin rendah. Nilai t negatif tersebut menunjukkan bahwa variabel pelatihan mempunyai hubungan yang tidak searah dengan human error namun berpengaruh siginifikan terhadap human error. Seperti yang dikemukakan oleh Ismail 2010 bahwa training dapat meningkatkan kompetensi dan pengetahuan pekerja. Kemudian, pengetahuan dan kompetensi pekerja tersebut dapat mengurangi kesalahan yang disebabkan oleh faktor pekerja, dimana kesalahan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya kejadian yang membahayakan. Hal ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sukadarma 2015 tentang pengaruh coaching keperawatan terhadap kejadian medication error di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar yang menyimpulkan bahwa coaching keperawatan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kejadian medication error. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 138 responden, diketahui bahwa pelatihan kerja yang dilakukan oleh rumah sakit sudah baik. Hal ini dapat terlihat berdasarkan monitoring pelaksanaan program pelatihan dan monitoring efektivitas pelatihan. Pada monitoring pelaksanaan program pelatihan dapat dilihat dari tingginya rata-rata yang diperoleh pada keaktifan peserta pelatihan pada sesi Universitas Sumatera Utara 160 tanya-jawab selama pelatihan. Dimana hampir seluruh peserta selalu aktif selama pelatihan karena program pelatihan dibuat senyaman dan semenarik mungkin, bahkan pelatihan juga kerap kali diselenggarakan di luar kota atau di luar negeri agar paramedis lebih bersemangat dalam mengikuti pelatihan. Rumah sakit berharap mereka akan mendapatkan banyak manfaat dari pelatihan yang diselenggarakan baik untuk pekerjaannya maupun untuk kehidupannya sehari- hari. Bahkan, diharapkan dengan banyaknya manfaat yang diperoleh tersebut paramedis tidak akan melakukan kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan sebelumnya lagi. Perolehan rata-rata yang tinggi juga didapat dari kemampuan instruktur yang baik dalam menyampaikan materi. Dimana pelatihan biasanya dilakukan di luar perusahaan dan di dalam perusahaan. Apabila pelatihan dilakukan di luar perusahaan biasanya di lakukan di luar kota atau luar negeri dengan instruktur dari pihak penyelenggara yang sangat berkompeten di bidangnya, sementara pelatihan yang dilakukan di dalam perusahaan biasanya Kepala Departemen atau Direktur yang menjadi instruktur pelatihan. Instruktur pelatihan yang berkompeten diharapkan mampu menyampaikan materi pelatihan kepada peserta dengan sebaik-baiknya sehingga peserta dapat mengikuti proses pelatihan yang diharapkan menjadi bekal mereka untuk diaplikasikan kedalam pekerjaan mereka. Bahkan dengan kemampuan instruktur yang baik dalam menyampaikan materi diharapkan peserta memiliki peningkatan pengetahuan dan keahlian dalam mengerjakan pekerjaan sehingga kesalahan yang mungkin terjadi dapat dihindari. Universitas Sumatera Utara 161 Pada monitoring efektivitas pelatihan dapat dilihat dari tingginya rata-rata jawaban responden yang diperoleh pada perubahan perilaku setelah mengikuti pelatihan. Dimana perubahan perilaku tersebut yaitu lebih bersemangatnya paramedis dalam bekerja dan paramedis lebih mampun mengontrol emosi saat sedang menghadapi masalah dalam pekerjaannya sehingga kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi disebabkan karena pengendalian perilaku yang kurang baik dapat diminimalkan sebaik mungkin. Terakhir, perolehan rata-rata jawaban responden yang cukup tinggi juga didapat dari peserta pelatihan yang tidak memerlukan waktu yang lama untuk mengalami perubahan positif setelah pelatihan. Dimana rumah sakit tersebut masih tergolong cukup baru namun kesalahan-kesalahan saat bekerja sudah sangat jarang terjadi. Hal itu disebabkan karena paramedis yang terus mengalami perubahan positif setelah mengikuti pelatihan, perubahan positif tersebut sangat berhubungan dengan menurunnya kesalahan kerja yang pernah terjadi sebelumnya. Maka, dapat disimpulkan bahwa pelatihan memiliki pengaruh yang besar terhadap human error. Dengan semakin baik dan tingginya intensitas penyelenggaraan pelatihan maka tingkat kejadian human error yang mungkin terjadi juga lebih mampu dihindari. Universitas Sumatera Utara 162

4.3.4 Pengaruh Seleksi, Penempatan, dan Pelatihan Terhadap Human Error