43 kinerja guru harusnya dapat diminimalisir oleh pihak sekolah sebagai organisasi
yang menaungi guru di mana dia bekerja. Hal itu juga untuk kebaikan sekolah sendiri, dengan meningkatnya kinerja guru maka kualitas sekolah dan
pembelajaran di dalam kelas akan meningkat pula sehingga tujuan pembelajaran untuk meningkatan kualitas sekolah dalam bidang akademik dapat terwujud.
d. Penilaian Kinerja Guru
Indikator penilaian terhadap kinerja guru menurut Rusman 2013: 75-80 dapat dilihat dari tiga aspek pembelajaran di kelas meliputi “perencanaan guru
dalam program kegiatan pembelajaran, pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan evaluasi dalam kegiatan”. Penilaian kinerja guru ini digunakan untuk memotivasi
guru supaya lebih giat dalam melakukan pekerjaan. Menurut Rusman 2013: 93 “penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis,
serta menafsirkan data tentang proses dan hasil yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam
pengambilan keputusan”. Guru akan mengetahui hasil-hasil pekerjaan yang telah dilakukan selama waktuperiode tertentu. Menurut T.R. Mitchell dalam Rusman
2013: 94 teori dasar yang digunakan sebagai landasan untuk menilai guru hubungannya dengan kualitas kerja guru yaitu:
Berdasarkan formula tersebut dapat dikatakan bahwa motivasi dan abilitas adalah unsur-unsur yang berfungsi membentuk kinerja guru dalam menjalankan tugasnya
sebagai guru. Andrew F. Sikula dalam Hasibuan 2007: 87 juga menyatakan “penilaian kinerja adalah evaluasi yang sistematis terhadap pekerjaan yang telah
dilakukan oleh karyawan dan ditunjukkan untuk pengembangan”. Performance = Motivation x Ability
44 Penilaian kinerja pada dasarnya merupakan faktor kunci guna
mengembangkan sebuah organisasi yang secara efektif dan efisien, karena dengan adanya kebijakan atau program yang lebih baik atas sumber daya
manusia yang ada dalam sebuah organisasi. Meskipun unsur penilaian prestasi kerja karyawan yang akan dinilai oleh organisasi sekolah tidak selalu sama,
tetapi pada dasarnya unsur-unsur yang dinilai mencakup hal-hal di atas. Penilaian kinerja individu seorang guru sangat bermanfaat bagi dinamika pertumbuhan
maupun perkembangan organisasi sekolah secara keseluruhan. Berdasarkan penilaian tersebut dapat diketahui kondisi sebenarnya bagaimana kinerja guru di
sekolah. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional
Guru dan Angka Kreditnya dijelaskan bahwa pelaksanaan penilaian kinerja guru dilakukan menggunakan instrumen penilaian kinerja guru yang terdiri dari: “1
Lembar pernyataan kompetensi, indikator, dan cara penilaian kinerja guru; 2 Laporan dan evaluasi penilaian kinerja guru; 3 Rekap hasil penilaian kinerja guru;
dan 4 instrumen pelaksanaan tugas lain kepala sekolahmadrasah, wakil kepala sekolahmadrasah, kepala perpusakaan, kepala laboratorium, kepala bengkel,
kepala unit produksi atau yang sejenisnya”. Selain itu, kinerja guru juga dapat dinilai dari berbagai aspek, hal ini disesuaikan dengan posisi atau jabatan yang
dimiliki oleh guru tersebut. Ada empat model pengukuran kinerja guru menurut Noeng Muhadjir 2003: 84-85, kriteria tersbut adalah:
1 Model STAG Standard Teacher Competence Upprasial Guide, yang mengetengahkan empat komponen evaluasi yang terdiri dari tujuan,
penamplan performance,
evauasi, dan
profesionalitas serta
kemasyarakatan; 2 Model Rob Norris yang mengetengahkan enam komponen terdiri dari kualitas personal profesional, persiapan mengajar,
perumusan tujuan, evaluasi, penampilan di kelas, dan penampakan anak; 3 Model Oregon OCE CBTE: Oregon College of Education Competency
Based Teacher Eeducation, yang mengetengahkan lima komponen, yang
45 terdiri dari perencanaan dan persiapan, kemampuan mengajar guru dan
kemampuan belajar anak, kemampuan hubungan impersonal, kemampuan hubungan dan anggung jawab profesional terhadap orang tua, kulikuer,
administrasi, dan anggaran; 4 Model APKG Alat Penilai Kerja Guru yang telah disadur dari TPAI Teacher Performance Assesmen Instructure yang
mengetengahkan lima komponen yang terdiri dari rencana pengajaran, prosedur mengajar, hubungan antar pribadi, standar profesional, dan
persepsi anak.
Kesimpulan dari berbagai pendapat diatas adalah penilaian kinerja guru sangatlah penting, adanya penilaian ini setiap guru akan menerima hasil kerja dari
kegiatan yang telah ia kerjakan selama periode waktu tertentu. Tentunya penilaian kinerja guru ini harus berdasarkan kenyataan atau keadaan guru yang
sesungguhnya dengan didukung oleh dokumen atau komitmen dari pimpinan. Penilaian kinerja guru ini juga harus mengacu pada peratuan yang ada serta
memperhatikan kriteria yang ditetapkan. Setiap guru akan mengetahui tingkat kemampuan, kekurangan, kelebihan yang ada pada diri mereka. Diharapkan
dengan diketahuinya hal terebut dapat memotivasi setiap guru untuk lebih giat dalam melakukan pekerjaan yang sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
Pada akhirnya dengan adanya penilaian kinerja guru ini akan meningkatkan kualitas kinerja guru yang akan berimbas pada meningkatnya kualitas sekolah.
3. Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi
Kebutuhan motivasi dalam belajar sangatlah penting, dengan adanya motivasi tersebut akan menuntun siswa dalam mencapai tujuan. Motivasi yang
baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik sesuai dengan tujuan yang diinginkan yaitu dalam peningkatan prestasi belajar siswa. Seperti yang
diungkapkan oleh Djaali 2013: 101, “motivasi adalah kondisi fisiologis dan psikologis yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk
46 melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan kebutuhan”. Berkaitan
dengan tujuan Syaiful Bahri Djamarah 2011: 148, berpendapat bahwa “motivasi merupakan suatu pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang dengan
bentuk kegiatan nyata untuk mencapai tujuan tertentu”. Tujuannya untuk meningkatkan prestasi belajar maka motivasi belajar dalam diri siswa sangat perlu
untuk ditingkatkan. Keinginan siswa untuk belajar akan muncul dan akibatnya kegiatan pembelajaran di kelas akan lebih aktif. Dimyati dan Mudjiono 2009: 80,
menyebutkan bahwa “motivasi adalah dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar”. Pengertian yang
disebutkan oleh Dimyati dan Mudjiono menunjukkan bahwa motivasi juga sebagai penggerak serta penentu arah kepada tujuan yang hendak dicapai dalam hal ini
tentunya tujuan yang akan dicapai dengan kebiasaan belajar. Sedangkan menurut Sardiman 2014: 75, motivasi dalam kegiatan belajar merupakan “sebagai
keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan
arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai”. Menurut Winkel 2014: 169, “motivasi belajar adalah
keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah
pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan”. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi
belajar adalah dorongan dari setiap individu untuk melakukan suatu hal yang berkaitan dengan belajar berupa perubahan tingkah laku dalam kegiatan belajar
yang dapat berasal dari faktor luar maupun dalam untuk mencapai tujuan dari subyek didik selama pembelajaran agar dapat tercapai.