84 c. Tahap Pengamatan observasi
Tahap pengamatan dilakukan saat proses pembelajaran berlangsung. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah
melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang terjadi di kelas saat pembelajaran berlangsung dengan menggunakan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Accelerated Instruction TAI untuk meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Akuntansi siswa.
d. Tahap Refleksi Tahap refleksi dilakukan setelah hasil penelitian diolah dan
dianalisis sebagai upaya untuk mengevaluasi secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan. Proses refleksi dilakukan bersama
guru untuk mengkaji hasil tindakan pada siklus I dan II. Melalui tahap ini dapat diketahui hasil apakah ada peningkatan terhadap
Aktivitas Belajar dan Hasil Belajar Akuntansi pada siklus I dan siklus II. Apabila belum mencapai indikator keberhasilan maka
penelitian akan dilanjutkan ke siklus selanjutnya.
H. Teknik Analisis Data
1. Analisis Data Deskriptif Kuantitatif a. Analisis Kualitas Tes
1 Validitas Dalam penelitian ini, instrumen tes diukur dengan menggunakan
validitas butir soal atau validitas item. Berikut rumus untuk menghitung validitas item bentuk objektif tes:
85 γ
pbi =
√
Keterangan: γ
pbi
= koefisien korelasi biserial M
p
= rerata skor pada tes dari peserta tes yang memiliki jawaban benar
M
t
= rerata skor total S
t
= standar deviasi skor total p
= proporsi siswa yang jawabannya benar pada soal q
= proporsi siswa yang jawabannya salah q=1-p Suharsimi Arikunto, 2012: 93
Validitas butir soal uraian dihitung menggunakan rumus korelasi Product Moment berikut:
=
√{ }
{ }
Keterangan: = koefisien korelasi antara variabel X dengan variabel Y
X = skor item Y = skor total
Suharsimi Arikunto, 2012: 87 Besarnya koefisien korelasi r yang dihitung kemudian
diinterpretasikan sebagai berikut: a Antara 0,81 sampai dengan 1,00 : sangat tinggi
b Antara 0,61 sampai dengan 0,80 : tinggi c Antara 0,41 sampai dengan 0,60 : cukup
d Antara 0,21 sampai dengan 0,40 : rendah e Antara 0,00 sampai dengan 0,20 : sangat rendah
Zainal Arifin, 2013: 257 2 Reliabilitas
Dalam penelitian ini, reliabilitas instrumen tes bentuk objektif diukur dengan menggunakan rumus KR20 yaitu:
86 Keterangan:
= reliabilitas tes secara keseluruhan = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
= proporsi subjek yang menjawab item dengan salah = jumlah hasil perkalian antara p dan q
= banyaknya item = standar deviasi dari tes
Suharsimi Arikunto, 2012: 115 Reliabilitas tes uraian diukur menggunakan rumus Alpha
Cronbach yaitu:
Keterangan: = reliabilitas yang dicari
∑ = jumlah varian skor tiap-tiap item
= varian skor total Suharsimi Arikunto, 2012: 122
Besarnya koefisien korelasi r yang dihitung kemudian diinterpretasikan sebagai berikut:
a Antara 0,81 sampai dengan 1,00 : sangat tinggi b Antara 0,61 sampai dengan 0,80 : tinggi
c Antara 0,41 sampai dengan 0,60 : cukup d Antara 0,21 sampai dengan 0,40 : rendah
e Antara 0,00 sampai dengan 0,20 : sangat rendah
Zainal Arifin, 2013: 257 3 Tingkat Kesukaran
Berikut ini rumus yang digunakan dalam mengukur tingkat kesukaran pada tes objektif pilihan ganda.
p =
87 Keterangan:
p = tingkat kesukaran
∑B = jumlah peserta didik yang menjawab dengan benar N
= jumlah peserta didik Hasil tingkat kesukaran soal yang diperoleh kemudian
ditafsirkan berdasarkan kriteria berikut: p 0,70
= mudah 0,30
≤p ≤ 0,70 = sedang
p 0,30 = sukar
Zainal Arifin, 2013: 272 Tingkat kesukaran soal bentuk uraian dapat dihitung
menggunakan rumus:
Penafsiran tingkat kesukaran soalnya dapat digunkan kriteria sebagai berikut:
a Jika jumlah peserta didik yang gagal mencapai 27 termasuk mudah.
b Jika jumlah peserta didik yang gagal antara 28 sampai dengan 72 termasuk sedang.
c Jika jumlah peserta didik yang gagal 72 ke atas termasuk sukar.
Zainal Arifin, 2013: 273 4 Daya Pembeda
Perhitungan daya pembeda merupakan pengukuran sejauh mana suatu butir soal mampu membedakan peserta didik yang sudah
menguasai kompetensi dengan peserta didik yang belum atau kurang menguasai kompetensi berdasarkan kriteria tertentu
88 Zainal Arifin, 2013: 273. Daya pembeda untuk bentuk tes
objektif dapat dihitung dengan rumus:
Keterangan: D
= daya pembeda J
= jumlah peserta tes J
A
= banyaknya peserta kelompok atas J
B
= banyaknya peserta kelompok bawah B
A
= banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar
B
B
= banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar
P
A
= proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar P
B
= proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar Suharsimi Arikunto, 2012: 228-229
Hasil D yang diperoleh kemudian diinterpretasikan dengan klasifikasi daya pembeda berikut ini:
a D = 0,00-0,20 : jelek poor b D = 0,21-0,40 : cukup satisfactory
c D = 0,41-0,70 : baik good d D = 0,71-1,00 : baik sekali excellent
Suharsimi Arikunto, 2012: 232
Daya pembeda untuk bentuk tes uraian dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
̅ ̅
√
89 Keterangan:
t = daya pembeda tes uraian
̅
= rata-rata dari kelompok atas
̅
= rata-rata dari kelompok bawah = jumlah kuadrat deviasi individual dari kelompok atas
= jumlah kuadrat deviasi individual dari kelompok bawah n = 27 x N baik untuk kelompok atas maupun kelompok
bawah Zainal Arifin, 2013: 278-279
Soal uraian dikatakan memiliki daya pembeda apabila t hitung lebih besar dibandingkan t tabel yang berarti soal tersebut
signifikan. 5 Pola Jawaban Soal
Pola jawaban soal dapat diperoleh dengan menghitung banyaknya testee yang memilih pilihan jawaban a, b, c, d, e,
atau yang tidak memilih pilihan manapun. Dari pola jawaban soal dapat ditentukan apakah pengecoh distractor berfungsi
sebagai pengecoh dengan baik ataukah tidak. Suatu pengecoh dapat dikatakan berfungsi dengan baik jika paling sedikit dipilih
oleh 5 dari peserta tes Suharsimi Arikunto, 2012: 233-234. b. Menghitung Skor Aktivitas Belajar Akuntansi
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data deskriptif kuantitatif dengan persentase. Berikut ini
adalah langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis data hasil observasi Aktivitas Belajar Akuntansi: