Analisis Data DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN

dan mendengarkan penjelasan yang diampaikan temanguru. Antusiasme mereka dalam pembelajaran rata-rata sudah tinggi dengan berbagai alasan diantaranya tertarik dengan pembelajaran matematika. c. Respon Siswa Rata-rata persentase respon positif siswa terhadap pendidikan matematika realistik meningkat yaitu dari 50 menjadi 66,67. Berikut adalah tabel rata-rata persentase respon siswa. Tabel 4.18 Persentase Respon Siswa Siklus I dan Siklus II Siklus I II Peningkatan Positif 50 66,67 16,7 Netral 18 15,28 Negatif 32 18,05 3. Proses Pembelajaran Proses pembelajaran pada siklus I belum rapih, saat proses pembelajaran berlangsung sebagian siswa belum siap. Ada yang menggambar, mainan, bercanda, dan ngobrol dengan temannya. Hal ini membuat mereka saat mengerjakan soal tidak paham dan bingung. Pada siklus II peneliti mengajak siswa lebih tertib lagi. Peneliti menggunakan kertas origami yang diberi nomor dan memanggil siswa yang membuat suasana kelas tidak tertib untuk mengerjakan soal di depan kelas. Proses pembelajaran pada siklus II berlangsung tertib. Siswa lebih aktif dibandingkan dengan siklus I. Ada beberapa siswa pada siklus I hanya diam saja, pada siklus II mereka berani bertanya kepada peneliti tentang materi yanng belum dimengerti. Proses diskusi juga terlihat berbeda. Pada saat peneliti meminta kelompok untuk maju mempresentasikan hasil diskusinya, semua kelompok antusias ingin maju. 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Aktivitas Siswa Siklus I Siklus II

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Penerapan pendidikan matematika realistik dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dan meningkatkan aktivitas belajar siswa karena prinsip pendidikan matematika realistik terdiri dari lima prinsip, yaitu reinvention, fenomena didaktik, pemodelan, interaktif, intertwining. Jadi dalam setiap pembelajaran yang lebih berperan aktif adalah siswa. Proses pembelajaran dilakukan dengan memikirkan permasalahan yang diberikan oleh peneliti, lalu siswa berkelompok untuk mendiskusikan dari permasalahan tersebut. Sehingga siswa dapat mengungkapkan ide-ide matematisnya. LKK mempermudah dan membantu siswa dalam memahami konsep matematika. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dapat dilihat dari hasil tes yang menunjukkan rata-rata nilai yang diperoleh siswa pada siklus I adalah 66,84 dan meningkat pada siklus II menjadi 88,19. Peningkatan aktivitas belajar siswa dapat dilihat dari hasil observasi yang menunjukkan bahwa rata-rata total persentase aktivitas siswa pada siklus I adalah 55 dan meningkat pada siklus II menjadi 76. Grafik peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dan aktivitas belajar siswa dapat dilihat pada diagram berikut Diagram 4.1 Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa dan Aktivitas Siswa dari Siklus I ke Siklus II Kemampuan memecahkan masalah matematika siswa pada siklus I tergolong kurang. Berdasarkan hasil tes siklus I, siswa kurang mampu memahami masalah, tetapi sangat baik dalam kemampuan merencanakan penyelesaian, baik dalam kemampuan melakukan pengerjaan dan cukup dalam kemampuan mengecek kembali. Saat menghadapi soal yang berbentuk soal cerita apalagi soal pemecahan masalah siswa tidak mampu menjawab apa yang diketahui tetapi dalam menegerjakan atau melakukan perhitungan baik, mereka juga kadang lupa untuk mengecek kembali ataupun menuliskan kesimpulannya. Hal ini yang membuat mereka pada indikator melakukan pengerjaan baik dan mengecek kembali mencapai kategori cukup. Kemampuan memecahkan masalah matematika siswa perlu ditingkatkan pada siklus I adalah pada indikator memahami masalah dan mengecek kembali. Hal ini tidak menutup kemungkinan indikator merencanakan penyelesaian dan melakukan pengerjaan juga perlu ditingkatkan. Pada siklus II kemampuan memecahkan masalah matematika siswa meningkat. Indikator mengecek kembali yang sebelumnya mencapai kategori kurang meningkat menjadi kategori baik. Dari 24 siswa terdapat 5 orang yang memiliki nilai dibawah KKM. Peneliti menekan kembali perhitungan hasil perkalian ataupun pembagian yang dihitung siswa. Peneliti juga mengingatkan siswa untuk menuliskan kesimpulan dari hasil pengerjaan siswa. Kemampuan memecahkan masalah matematika siswa yang sudah baik membuat siswa lebih memahami materi yang dipelajarinya. Pendidikan matematika realistik membantu siswa dalam menemukan konsep atau ide-ide matematika. Selain itu siswa tersebut dapat berdiskusi terkait konsep atau ide matematika yang ia temukan, hal ini dapat menguatkan dan mempertajam pengetahuan siswa terhadap materi yang dipelajari. Aktivitas belajar siswa pada siklus I belum mencapai target yang diharapkan. Aktivitas berdiskusi menyelesaikan masalah dan menggunakan alat peraga memperoleh rata-rata paling tinggi diantara aktivitas yang lain. Sedangkan aktivitas bertanya mengenai masalah yang dihadapi masih tampak rendah karena mereka ragu-ragu untuk menanyakan masalah yang dihadapi. Pada siklus II peneliti lebih aktif lagi mengajak siswa untuk bertanya mengenai masalah yang dihadapi. Setiap akhir pertemuan peneliti membagikan kertas kecil kepada masing-masing siswa dan siswa diarahkan untuk menulis apa saja yang masih membingungkan siswa dan mengumpulkannya kepada peneliti. Peneliti memanggil dua siswa yang pasif di kelas untuk membacakan kertas yang dikumpulkan siswa secara acak di depan kelas. Peneliti membahas pertanyaan yang dibacakan dan pertanyaan yang lain peneliti baca di rumah selanjutnya peneliti bahas secara keseluruhan semua pertanyaan dari siswa pada pertemuan selanjutnya. Hal ini membuat siswa merasa senang dengan matematika karena mereka dapat memahami pelajarannya. Kegiatan diskusi juga berbeda dengan siklus I, peneliti membagikan siswa kertas origami yang sudah diberi nomor yang fungsinya untuk memanggil siswa jika ada yang tidak tertib dan menunjuk siswa untuk menjawab pertanyaan serta menunjuk siswa untuk mempresentasikan diskusinya. Siswa terlihat tertib dan antusias sehingga observasi yang dilakukan guru kolaborator pada siklus II meningkat menjadi 76. Pada umumnya siswa merespon positif terhadap pembelajaran matematika dengan pendidikan matematika realistik. Hal ini dapat dilihat dari hasil jurnal harian serta hasil wawancara siswa. Persentase respon positif mengalami peningkatan dari siklus I. Siswa menyukai dan mendukung pembelajaran menggunakan pendidikan matematika realistik, karena dalam proses pembelajaran siswa dapat saling bertukar ide atau gagasan yang mereka miliki. Diskusi juga menjadi efektif karena siswa saling membantu satu sama lain. Hal ini menyebabkan siswa dapat saling menyampaikan ide-ide matematika yang mereka miliki. Hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, penelitian Diyah 2007 yang berjudul “Keefektifan Pembelajaran Matematika Realistik PMR Pada Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VII SMP”. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan PMR lebih efektif daripada pembelajaran konvensional pada kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VII SMP. Hal ini senada dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti selama proses pembelajaran berlangsung, bahwa PMR dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Berdasarkan penelitian Effie Effrida Muchlis pada tahun pelajaran 20102011 dengan judul “Pengaruh Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia PMRI Terhadap Perkembangan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Kelas II SD Kartika 1.10 Padang”. Berdasarkan hasil penelitian kuantitatif yang dilakukan dalam bentuk quasy experiment yang didukung dengan data kualitatif, dapat diambil kesimpulan bahawa kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang belajar dengan pendekatan PMRI lebih baik secara signifikan dari pada siswa yang belajar dengan pendekatan konvensional. Hal ini juga menunjukkan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti selama proses penelitian berlangsung bahawa pendidikan matematika realistik dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas V- A di SD Islam Al Syukro Universal Ciputat. Penelitian yang dilakukan oleh Hanny Fitriana pada tahun 2010 dengan judul “Pengaruh Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa ”. Berdasarkan hasil analisis diperoleh rata-rata nilai hasil belajar siswa dengan menggunaka pendidikan matematika realistik yaitu 31,00 lebih besar dari rata-rata niali hasil belajar siswa