Sejarah Pendidikan Matematika Realistik

3 Perumusan dan pemvisualan masalah dalam cara yang berbeda. 4 Penemuan relasi hubungan. 5 Penemuan keteraturan. 6 Pengenalan aspek isomorphic dalam masalah-masalah yang berbeda. 7 Pentransferan real world problem ke dalam mathematical problem. 8 Pentransferan real world problem ke dalam suatu model matematika yang diketahui. Segera setelah masalah ditransfer ke dalam masalah matematika, kemudian masalah ini dapat diuji dengan alat-alat matematika, sehingga proses dan pelengkapan matematika dari real worl problem ditransfer ke dalam matematika. Beberapa aktifitas yang memuat komponen vertikal matematisasi adalah: 1 Menyatakan suatu hubungan dalam suatu rumus. 2 Pembuktian keteraturan. 3 Perbaikan dan penyesuaian model. 4 Penggunaan model-model yang berbeda. 5 Pengkombinasian dan pengintegrasian model-model. 6 Perumusan suatu konsep matematika baru. 7 Penggeneralisasian. 22

2. Prinsip Utama Pendidikan Matematika Realistik

Prinsip-prinsip pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik menurut Gravemeijer adalah: a. Reinvention Reinvention adalah prinsip belajar matematika realistik dimana siswa menemukan kembali konsep-konsep matematika melalui 22 Erna Suwangsih dan Tiurlina, Model Pembelajaran Matematika, Bandung: Upi Press, 2008, h. 134-135. bimbingan guru. Siswa memecahkan masalah konteks contextual problem dengan cara-cara informal melalui pembuatan model-model kemudian dibimbing oleh guru sampai siswa menemukan konsep- konsep matematika formal. Model adalah jembatan yang menghubungkan siswa dari dunia real contextual problem ke konsep-konsep yang akan ditemukannya. Prinsip reinvention menuntut siswa doing mathematics sehingga siswa dapat mempelajari matematika secara aktif dan bermakna. b. Fenomena didaktik Fenomena didaktik adalah adanya pemanfaatan konteks sebagai media belajar siswa. Melalui konteks yang dikenal siswa mengembangkan model-model, mulai dari model level rendah atau sederhana model of sampai model level tinggi model for, yang akhirnya siswa sampai menemukan konsep formal matematik. Pemilihan konteks sebagai media awal siswa dalam belajar harus benar-benar nyata atau dipahami siswa. Guru harus memeriksa soal- soal kontekstual yang akan dijadikan media belajar siswa, karena hal ini terkait dengan: 1 Berbagai prosedur informal yang mungkin akan dibuat siswa dan 2 Sesuai tidaknya dengan matematisasi vertical. c. Model yang dikembangkan searah dengan falsafah constructivisme. Erna dan Tiurlina menjelaskan terdapat lima strategi utama dalam “kurikulum” matematika realistik: 23 a. Didominasi oleh masalah-masalah dalam konteks, melayani dua hal yaitu sebagai sumber dan sebagai terapan konsep matematika b. Perhatian diberikan pada pengembangan model-model, situasi, skema, dan simbol-simbol c. Sumbangan dari para siswa, sehingga siswa dapat membuat pembelajaran menjadi konstruktif dan produktif, artinya siswa memproduksi sendiri dan mengkonstruksi sendiri yang mungkin 23 Erna Suwangsih dan Tiurlina, Op. Cit., h. 135.