81 gurame. Besarnya biaya tataniaga yang dikeluarkan dapat merugikan lembaga
tataniaga, kerjasama antar lembaga tataniaga yang baik akan meminimalkan biaya tataniaga yang dikeluarkan masing-masing lembaga tataniaga.
Berdasarkan hasil penelitian, kerjasama yang terjadi antara petani dan pedagang pengumpul sudah berlangsung cukup lama dan dilakukan dengan saling
percaya sehingga hubungan yang lama dan bersifat berkelanjutan dalam mengantarkan hasil produksi terjalin hubungan kerjasama yang baik antara petani
dan pedagang pengumpul. Hubungan kerjasama ini tidak terikat kontrak kerjasama antar kedua belah pihak, hanya seperti hubungan baik dan kekeluargaan
serta saling ketergantungan antar kedua belah pihak. Hubungan pedagang pengumpul dengan pedagang pengecer sama seperti
hubungan petani dengan pedagang pengumpul. Kebutuhan pedagang pengecer akan ikan gurame konsumsi selalu dipenuhi oleh pedagang pengumpul, sesuai
dengan permintaan pasar dan kebutuhan konsumen. Permainan spekulasi harga untuk menguntungkan sepihak sangat jarang terjadi, karena hubungan yang dibina
seperti hubungan kekeluargaan yang sangat erat diantara pedagang pengumpul dan pedagang pengecer, dan ada beberapa juga dari pedagang pengecer hubungan
kerjasamanya dalam bentuk pelanggan.
6.5 Analisis Marjin Tataniaga
Marjin tataniaga merupakan harga dari semua nilai guna atau nilai tambah dari aktivitas dan penanganan fungsi dari lembaga yang dilakukan dalam aktivitas
bisnis di sistem tataniaga tersebut. Marjin ditingkat lembaga tataniaga merupakan selisih harga jual dengan harga beli. Dalam penelitian tataniaga ikan gurame,
marjin tataniaga dihitung berdasarkan ketiga jalur tataniaga baik benih ikan gurame maupun konsumsi. Adapun analisis marjin dan penyebarannya antar
lembaga tataniaga dapat dilihat pada Tabel 15. Sistem tataniaga ikan gurame di desa Pabuaran terdiri dari dua pola
tataniaga yakni tataniaga benih ikan gurame dan tataniaga ikan gurame konsumsi. Tataniaga benih ikan gurame yaitu dari petani ke pedagang pengumpul benih dari
pedagang pengumpul ke petani pembesaran. Tataniaga ikan gurame konsumsi terdapat dua saluran tataniaga yaitu saluran tataniaga pertama dari petani ke
82 pedagang pengumpul dari pedagang pengumpul ke pedagang pengecer sedangkan
saluran tataniaga dua dari petani ke pedagang pengumpul dari pedagang pengumpul ke konsumen antara.
Biaya-biaya yang dikeluarkan pada dua pola tataniaga ikan gurame berbeda-beda. Biaya tataniaga benih ikan gurame meliputi biaya transportasi,
pengemasan atau pengangkutan, tenaga kerja sedangkan biaya tataniaga ikan gurame konsumsi meliputi biaya transportasi, pengemasan atau pengangkutan,
tenaga kerja, penyimpanan, biaya retribusi, penyusutan bobot dan resiko kematian. Keuntungan tataniaga merupakan kepuasan dari lembaga tataniaga yang
diukur dari besarnya imbalan yang diterima atas biaya yang dikeluarkan dalam pendistribusian benih ikan gurame dan konsumsi.
Pada tataniaga benih ikan gurame lembaga tataniaga yang terlibat ialah pedagang pengumpul. Produksi benih rata-rata petani ikan gurame dari 10
responden ataupun kelompok Tunas Mina Terpadu dari Desa Pabuaran sebanyak 15.000 ekor per bulan. Petani ikan gurame menjual benih tergantung pemesanan,
pada saat penelitian dua sampai empat kali dalam waktu satu bulan, petani sekali menjual bervariasi antara 3000 sampai 6000 ekor. Pedagang pengumpul membeli
benih ikan gurame kepada petani sebanyak 5000 ekor dengan harga Rp 3.500,00 per ekor. Kemudian, Pedagang pengumpul menjual benih ikan gurame kepada
petani pembesaran dengan harga Rp 4.250,00 per ekor. Dari hasil penjualannya pedagang pengumpul mendapatkan marjin tataniaga sebesar Rp 750,00 per ekor.
Biaya yang dikeluarkan pedagang pengumpul dalam memasarkan benih ikan gurame seperti biaya transport sebesar Rp 70,00 per ekor ,biaya tenaga kerja
sebesar Rp 33,20 per ekor, biaya pengemasan Rp 1,17 per ekor. Keuntungan yang diterima oleh pedagang pengumpul sebesar Rp 645,63 per ekor.
Pada tataniaga ikan gurame konsumsi saluran tataniaga satu, lembaga tataniaga yang terlibat ialah pedagang pengumpul, dan pedagang pengecer.
Produksi ikan gurame konsumsi rata-rata petani ikan gurame dari 10 responden ataupun kelompok Tunas Mina Terpadu dari Desa Pabuaran sebanyak 1 ton
sampai 2 ton per dua bulan, petani ikan gurame menjual ikan konsumsi sesuai dengan permintaan pasar sebanyak satu kali dalam satu bulan.
83 Pada saat penelitian, petani ikan gurame menjual kepada dua orang
pedagang pengumpul sebesar 1170 kilogram dengan bobot 500 gram sebesar 450 kilogram dan 800 gram sebesar 720 kilogram. Harga jual dari petani ikan ke
pedagang pengumpul sebesar Rp 23.000,00 per kilogram untuk semua ukuran ikan gurame konsumsi. Harga jual dari pedagang pengumpul ke pedagang
pengecer berdasarkan harga rata-rata pedagang pengumpul sebesar Rp 27.750,00 per kilogram, sehingga marjin tataniaga pedagang pengumpul ialah Rp 4.750,00
per kilogram. Pedagang pengumpul mengeluarkan biaya-biaya dalam memasarkan ikan
gurame konsumsi dengan bobot 500 gram dan 800 gram ialah biaya transport sebesar Rp 432,03 per kilogram, biaya tenaga kerja sebesar Rp 200,00 per
kilogram, biaya penyimpanan sebesar Rp 460,00 per kilogram, biaya pengemasan sebesar Rp 70,31 per kilogram. Keuntungan yang diterima oleh pedagang
pengumpul sebesar Rp 3.587,66 per kilogram. Distribusi ikan gurame dilakukan oleh pedagang pengumpul kepada dua
orang pedagang pengecer di pasar Laladon dan satu orang pedagang pengecer di pasar Anyar Bogor. Pedagang pengecer di pasar Laladon membeli ikan gurame
konsumsi rata-rata sebanyak 520 kilogram dalam waktu satu bulan sekali dengan bobot 500 gram sebesar 200 kilogram dan 800 gram sebesar 320 kilogram.
Pedagang pengecer di pasar Anyar Bogor membeli ikan gurame konsumsi dari pedagang pengumpul rata-rata sebanyak 200 kilogram dengan bobot 500 gram
sebesar 100 kilogram dan 800 gram sebesar 100 kilogram. Harga jual rata-rata dari pedagang pengumpul ke pedagang pengecer di
pasar Laladon maupun di pasar Anyar Bogor sebesar Rp 27.750,00 per kilogram. Pedagang pengecer menjual ikan gurame kepada konsumen rata-rata sebesar
Rp 30.500,00 per kilogram, sehingga marjin tataniaga pedagang pengecer di pasar Laladon maupun di pasar anyar ialah Rp 2.750,00 per kilogram.
Biaya – biaya yang dikeluarkan pedagang pengecer dalam memasarkan ikan gurame konsumsi antara lain biaya pengemasan sebesar Rp 130,63 per
kilogram, biaya tenaga kerja sebesar Rp 246,09 per kilogram, biaya retribusi sebesar Rp 26,64 per kilogram, biaya penyimpanan sebesar Rp 277,50 per
84 kilogram. Keuntungan yang diterima oleh pedagang pengecer sebesar
Rp 2.069,14 per kilogram. Pada tataniaga ikan gurame konsumsi saluran tataniaga dua, lembaga
tataniaga yang terlibat ialah pedagang pengumpul. Distribusi ikan gurame dari pedagang pengumpul ke konsumen antara seperti restoran rata-rata sebesar 450
kilogram setiap satu bulan sekali dengan bobot 500 gram sebesar 150 kilogram dan 800 gram sebesar 300 kilogram. Harga jual rata-rata ikan gurame dari petani
ke pedagang pengumpul sebesar Rp 23.000,00 per kilogram. Harga jual rata-rata ikan gurame dari pedagang pengumpul ke konsumen sebesar Rp 28.500,00 per
kilogram, sehingga marjin tataniaga pedagang pengumpul sebesar Rp 5.500,00 per kilogram.
Biaya yang dikeluarkan pedagang pengumpul dalam memasarkan ikan gurame konsumsi ke konsumen antara yaitu biaya penyimpanan sebesar
Rp 460,00 per kilogram, biaya pengemasan sebesar Rp 46,88 per kilogram, biaya tenaga kerja sebesar Rp 200,00 per kilogram, biaya transportasi sebesar Rp 300,00
per kilogram. Keuntungan yang diterima oleh pedagang pengumpul sebesar Rp 4.493,12 per kilogram.
Harga pada tataniaga ikan gurame konsumsi mengalami fluktuasi harga antara Rp 22.500kg – Rp 24.000kg terjadi dikalangan petani, di tingkat
pedagang pengumpul antara Rp 26.000kg – Rp 29.500kg, sedangkan ditingkat pedagang pengecer sebesar antaraRp 30.000kg – Rp 32.500kg. dikarenakan
masuknya pasokan ikan gurame dari luar Kabupaten Bogor. Harga yang digunakan pada penelitian ini pada saat bulan April sampai bulan Juni, perincian
harga dan marjin tataniaga antar lembaga tataniaga ikan gurame ke dua pola tataniaga di Desa Pabuaran berbeda-beda dapat dilihat pada Tabel 15
Tabel 15. Marjin Tataniaga Ikan Gurame di Desa Pabuaran, Kecamatan Kemang,
Kabupaten Bogor, bulan April – Juni 2011
Keterangan: : persentase dari harga jual pedagang di tingkat konsumen akhir
Nilai Rpekor Nilai Rpkg
Nilai Rpkg
Petani Harga Jual
3.500,00 82,35
23.000,00 75,41
23.000,00 80,70
Biaya Produksi 1.085,00
25,53 21.408,00
70,19 21.408,00
75,12 Keuntungan
2.415,00 56,82
1.592,00 5,22
1.592,00 5,59
Pedagang pengumpul Harga Jual
4.250,00 100,00
27.750,00 90,98
28.500,00 100,00
Harga Beli 3.500,00
82,35 23.000,00
75,41 23.000,00
80,70 Marjin
750,00 17,65
4.750,00 15,57
5.500,00 19,30
Biaya Pengemasan 1,17
0,03 70,31
0,23 46,88
0,16 Biaya Transportasi
70,00 1,65
432,03 1,42
300,00 1,05
Biaya Tenaga Kerja 33,20
0,78 200,00
0,66 200,00
0,70 Biaya Penyimpanan
460,00 1,51
460,00 1,61
Keuntungan 645,63
15,19 3.587,66
11,76 4.493,12
15,77
Pedagang Pengecer Harga Jual
30.500,00 100,00
Harga Beli 27.750,00
90,98 Marjin
2.750,00 9,02
Biaya Pengemasan 130,63
0,43 Biaya Retribusi
26,64 0,09
Biaya Tenaga Kerja 246,09
0,81 Biaya Penyimpanan
277,50 0,91
Keuntungan 2.069,14
6,78
Harga Beli Konsumen 4.250,00
100,00 30.500,00
100,00 28.500,00
100,00 Total Biaya Tataniaga
104,37 2,46
1.843,20 6,04
1.006,88 3,53
Total Keuntungan Tataniaga 645,63
15,19 5.656,80
18,55 4.493,12
15,77
Total Marjin Tataniaga 750,00
17,65 7.500,00
24,59 5.500,00
19,30 Saluran 1
Saluran 2 Tataniaga Ikan Gurame Konsumsi
Tataniaga Benih Ikan Gurame
Uraian
6.6 Analisis Bagian Harga Yang Diterima Petani Farmer’s share