Studi Penelitian Terdahulu Analisis Tataniaga Ikan Gurame (Osphronemus gouramy Lac.) Di Desa Pabuaran, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor

14 Kegiatan usaha budidaya tersebut saling terkait dan untuk meningkatkan produktivitas ikan gurame perlu adanya pola intensifikasi seperti pemilihan kegiatan usaha budidaya disesuaikan dengan kemampuan modal, kondisi geografis lahan, serta sarana dan prasarana yang dimiliki. Selain itu, kecenderungan permintaan pasar juga harus diperhatikan.

2.2 Studi Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian yang berkaitan dengan sistem tataniaga, diantaranya adalah: Penelitian yang dilakukan Panjaitan 2009, tentang analisis tataniaga ikan bandeng Chanos chanos, de Forskal di desa Muara Baru Kecamatan Cilamaya Wetan, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa dari 20 petambak responden, terdapat tiga saluran tataniaga yang berlaku, Pola saluran tataniaga yang dominan dilakukan oleh petambak adalah pola saluran tataniaga 1 76,5, pola saluran tataniaga 2 17,6 hanya dilakukan oleh 3 petambak, dan pola saluran 3 5,9 hanya dilakukan satu petambak. Lembaga- lembaga tataniaga yang terlibat dalam kegiatan tataniaga ikan bandeng adalah Petambak, Pedagang Pengumpul, Pedagang Pengecer, dan Konsumen. Fungsi- fungsi tataniaga yang dilakukan pada saluran tataniaga 1 adalah Fungsi fasilitas, Fungsi informasi pasar, serta fungsi pertukaran. Pada saluran tataniaga 2 adalah Fungsi Fisik, Fungsi Resiko, Fungsi Biaya, dan fungsi informasi pasar. Pada saluran tataniaga 3 adalah fungsi fisik, fungsi fasilitas berupa fungsi resiko, dan fungsi informasi pasar, serta fungsi pertukaran. Struktur pasar pada saluran tataniaga 1, 2, dan 3 mengarah ke pasar persaingan sempurna. Sistem penentuan harga di tingkat petambak ditentukan oleh pedagang pengumpul sebesar Rp. 9000kg. Sistem penentuan harga ditingkat pedagang pengecer di pasar Muara Baru Jakarta sebesar Rp. 17000kg. Sistem penentuan harga ditingkat pedagang pengecer dengan konsumen sebesar Rp. 15000kg. Total biaya tataniaga yang dikeluarkan pada saluran 1 sebesar Rp. 3750, Total keuntungan sebesar Rp. 4250. Keuntungan terbesar diperoleh pedagang pengecer sebesar Rp. 4000, sedangkan keuntungan yang terkecil diperoleh oleh pedagang pengumpul sebesar Rp. 250. Total biaya tataniaga yang 15 dikeluarkan pada saluran 2 adalah Rp 4000, Total keuntungan sebesar Rp 1000. Saluran tataniag 3, Total biaya tataniaga yang dikeluarkan oleh petambak adalah Rp. 3500, Biaya produksi Rp 7500kg dan keuntungan sebesar Rp 3000. Farmer’s share dan rasio keuntungan dan biaya dapat dijadikan indikator efisiensi tataniaga. Berdasarkan perhitungan farmer’s share yang diterima petambak berkisar antara 52,9 – 100 persen. Farmer share yang tertinggi yang diperoleh petambak terdapat pada saluran tataniaga 3 yaitu 100 persen. Rasio keuntungan dan biaya tertinggi pada tingkat petambak terdapat pada saluran tataniaga 3 yaitu sebesar 3,3. Berdasarkan perhitungan efisiensi tataniaga untuk komoditas ikan bandeng, saluran tataniaga yang efisien adalah saluran tataniaga 3, karena memiliki marjin tataniaga yang kecil, rasio keuntungan dan biaya tertinggi dan mempunyai farmer’s share yang tertinggi di bandingkan dengan saluran tataniaga lainnya. Ariyanto 2008 melakukan penelitian : Analisis tataniaga sayuran bayam di Desa Ciaruten Ilir. Pola pemasaran terdiri dari tiga buah saluran tataniaga yaitu saluran tataniaga satu : petani, pedagang pengumpul, pedagang pengecer, konsumen ; saluran tataniaga dua : petani, pedagang pengecer, konsumen ; saluran tataniaga tiga : petani, konsumen. Fungsi tataniaga yang dilakukan oleh petani sayuran bayam adalah fungsi penjualan, fungsi fisik berupa kegiatan pengemasan, pengangkutan dan fungsi fasilitas berupa informasi pasar, penanggungan resiko dan pembiayaan. Struktur pasar yang dihadapi petani sayuran bayam di Desa Ciaruten Ilir bersifat pasar bersaing sempurna karena jumlah petani yang banyak, tidak dapat mempengaruhi harga dan petani bebas untuk keluar masuk pasar. Fungsi tataniaga yang dilakukan oleh pedagang pengumpul adalah fungsi pertukaran berupa fungsi pembelian dan penjualan, fungsi fisik berupa fungsi pengangkutan, fungsi fasilitas berupa informasi pasar, penanggungan resiko dan pembiayaan. Struktur pasar yang dihadapi pedagang pengumpul di Desa Ciaruten Ilir adalah Oligopsoni. Terdapat hambatan bagi pedagang lain untuk memasuki pasar pedagang pengumpul. Fungsi tataniaga yang dilakukan oleh pedagang pengecer adalah fungsi pertukaran berupa fungsi pembelian dan penjualan, fungsi fisik berupa fungsi pengangkutan, fungsi fasilitas berupa informasi pasar, penanggungan resiko dan 16 pembiayaan. Struktur pasar yang dihadapi pedagang pengecer adalah pasar persaingan sempurna, Karena jumlah pedagang pengecer cukup banyak, produk yang diperjual belikan bersifat homogen dan pedagang pengecer tidak dapat mempengaruhi pasar sehingga bertindak sebagai price taker. Berdasarkan analisis marjin tataniaga diketahui bahwa saluran tataniaga tiga petani yang paling efisien, karena hasil produksi sayuran bayam langsung dibawa ke pasar dan dijual langsung ke konsumen dalam bentuk ikat dan petani bertindak sebagai pedagang pengecer. Petani memperoleh keuntungan terbesar Rp. 368 per ikat, rasio keuntungan dan biaya yaitu sebesar 9,43 dan bagian harga yang terbesar farmer’s Share diterima oleh petani sebesar 100 persen. Safitri 2009 dalam penelitiannya yang berjudul Analisis tataniaga telur ayam kampong, di Kabupaten Bogor Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi system pemasaran dan saluran pemasaran, menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share dan rasio keuntungan biaya untuk telur ayam kampung sehingga diketahui saluran pemasaran yang efisien. Penarikan sampel yang dilakukan dengan simple random sampling dan snowball sampling sementara analisis data dilakukan dengan menggunakan metode analisis kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tiga saluran pemasaran yang terbentuk di dalam pemasaran telur ayam kampong di kabupaten Bogor yaitu : 1 Peternak- Pedagang Pengumpul Desa tengkulak- Pedagang Grosir- Pedagang Pengecer- Konsumen, 2 Peternak- Pedagang Grosir- Pedagang Pengecer- Konsumen, 3 Peternak- Pedagang pengecer- Konsumen. Fungsi-fungsi yang dilakukan lembaga pemasaran anatara lain fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas. Sementara struktur pasar yang terbentuk antara lembaga pemasaran yang terlibat berbeda-beda. Ditingkat peternak struktur pasar yang terbentuk adalah pasar oligopoli, ditingkat pedagang pengumpul oligopoli murni, ditingkat pedagang grosir oligopoli, dan ditingkat pedagang pengecer adalah kompetisi monopolistik. Hasil analisis marjin pemasaran ketiga jalur pemasaran yang ada di Kabupaten Bogor biaya terbesar ditanggung oleh jalur pemasaran III yaitu Rp. 375. Hal ini karena jarak distribusi yang cukup jauh walaupun rantai pemasarannya cukup pendek tetapi telur pada saluran ini adanya penambahan 17 kemasan yang lebih baik, sewa tempat yang lebih bagus serta biaya tenaga kerja. Tetapi, Farmer’s share tertinggi terdapat pada saluran pemasaran tiga yaitu 70 persen, artinya produsen peternak menerima harga 70 persen dari harga yang dibayarkan konsumen. Sedangkan, saluran pemasaran dua adalah saluran yang memberikan bagian harga untuk peternak sebesar 63, 89 persen dari harga yang dibayarkan konsumen. Semakin tinggi harga ditingkat peternak, maka biaya yang dibayarkan konsumen akhir semakin banyak di nikmati oleh peternak. Berdasarkan analisis marjin pemasaran saluran pemasaran telur ayam kampung yang paling efisien adalah saluran pemasaran dua, pada saluran ini peternak mendapatkan bagian terbesar yang dianalisis dengan farmer’s share, sedangkan rasio keuntungan terhadap biaya juga menunjukkan saluran pemasaran dua telah memberikan keuntungan pada setiap lembaga sebesar 24,22 persen dibandingkan saluran pemasaran lainnya. Hasil penelitian Puspitasari 2010 Studi mengenai Analisis Efisiensi Tataniaga pada Kelompok Usaha Budidaya Ikan Lele Sangkuriang Clarias sp di Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pelaku tataniaga Ikan lele yang terdapat di Kecamata Ciawi terdiri dari pembudidaya Ikan Lele sebagai produsen, pedagang pengumpul, pedagang pengumpul luar kecamatan, pedagang pengecer, pedagang pengecer luar kecamatan dan pedagang pecel lele. Saluran tataniaga yang terbentuk terdiri dari empat saluran tataniaga, terdiri dari : 1 Pembudidaya – Pengumpul- Pengecer- Konsumen Akhir, 2 Pembudidaya- Pengumpul- Pengecer- Pedagang Pecel Lele- Konsumen Akhir, 3 Pembudidaya- Pengumpul- Pengumpul Luar Kecamatan- Pengecer luar kecamatan- Konsumen Akhir, 4 Pembudidaya- Pengumpul- Pengumpul Luar Kecamatan- Pengecer Luar Kecamatan- Pedagang Pecel Lele- Konsumen Akhir. Total Marjin yang terdapat pada saluran 1 sebesar Rp. 7.000,00 per kg. Keuntungan total yang diterima sebesar Rp 5.551,76 per kg. Sedangkan Farmer’s share yaitu 54,84 . Total marjin yang terdapat pada saluran 2 sebesar Rp. 46.200,00 per kg. Keuntungan total yang diterima sebesar Rp.25.288,56 per kg. Sedangkan Farmer’s share yaitu 16,00. Total marjin yang terdapat pada saluran 3 sebesar Rp. 7.875,51 per kg. Sedangkan Farmer’s share yaitu 46,32. Total marjin yang terdapat pada saluran 4 sebesar Rp. 63.500,00 per kg. Keuntungan 18 total yang diterima sebesar Rp 41.712,31 per kg. Sedagkan Farmer’s share yaitu 11,81 . Rasio keuntungan dan biaya total terbesar berada pada saluran 1 sebesar 383,35 dimana setiap Rp.100,00 biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp 383,35. Marjin tataniaga total pada saluran 1 mempunyai nilai yang paling kecil yaitu sebesar Rp 7.000. Pada saluran 1, farmer’s share yang diterima lebih besar dibandingkan saluran yang lainnya yaitu sebesar 54,84, sehingga saluran tataniaga 1 paling efisien dibandingkan saluaran tataniaga yang lain karena melibatkan sedikit pedagang perantara sehingga memungkinkan produk yang dipasarkan Ikan Lele lebih cepat sampai ke tangan konsumen akhir dan marjin yang terbentuk diantara pedagang perantara tidak terlalu besar. Analisis Pendapatan dan Pemasaran Ikan Hias Air Tawar di Desa Cibitung Tengah, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor diteliti oleh Nurasiah 2007. Studi menunjukkan bahwa usahatani ikan hias air tawar dilokasi penelitian terdiri dari usahatani pembenihan, pendederan, pembenihan dan pendederan. Pendapatan yang diperoleh dari budidaya tersebut berbeda satu sama lainnya dan dibedakan atas pendapatan tunai dan pendapatan total. Pendapatan atas biaya total maupun pendapatan atas biaya tunai tertinggi pada usahatani pembenihan-pendederan yaitu sebesar Rp 29.338.403,72 dan Rp. 17.478.637,05 per tahunnya. Sedangkan pendapatan atas biaya tunai dan atas biaya total terendah pada usahatani pembenihan fase 40 hari yaitu sebesar Rp 4.678.644,57 dan Rp 3.299.602,08 per tahunnya. Pemasaran ikan hias di desa Cibitung Tengah terdiri dari lima saluran pemasaran dimana di dalamnya terdapat lembaga pemasaran seperti tengkulak dan kelompok tani, agen, dan pedagang pengecer. Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga tersebut meliputi fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi fasilitas. Fungsi pertukaran terdiri dari aktvitas pembelian dan penjualan, fungsi fisik berupa pengemasan dan pengangkutan , serta fungsi fasilitas berupa aktivitas grading, pembiayaan, dan penanggungan resiko. Dari beberapa saluran pemasaran pada penelitian diatas, peranan pedagang pengumpul, pedagang grosir, pedagang pengecer luar kecamatan, masih berperan sangat besar pada rantai pemasaran. Peran pedagang pengumpul, pedagang 19 pengecer luar kecamatan, dan pedagang grosir sangatlah penting mengingat hubungan mereka sangatlah dekat dan langsung berkaitan dengan petani maupun peternak. Pemasaran dapat dikatakan efisien apabila terciptanya kepuasan dengan adanya aktivitas pemasaran yang terjadi di beberapa pihak yang terlibat seperti produsen, lembaga-lembaga pemasaran maupun konsumen. Berdasarkan penelitian-penelitian diatas, baik penelitian pemasaran tentang komoditi perikanan budidaya air tawar maupun penelitian pemasaran produk agribisnis lainnya, belum terdapat penelitian mengenai analisis tataniaga ikan gurame. Sesuai dengan kebijakan pemerintah pada tahun 2010, bahwa ikan gurame merupakan salah satu produk komoditi unggulan ikan budidaya air tawar yang ingin dikembangkan pada beberapa daerah di Kabupaten Bogor yaitu salah satunya di Desa Pabuaran Kecamatan Kemang. Kebijakan pemerintah bertujuan untuk meningkatkan produktivitas ikan gurame dalam memenuhi permintaan pasar yang ada, selain itu ikan gurame memiliki harga yang cukup mahal dibandingkan ikan konsumsi yang lain. Agar suatu produk tertentu dapat bersaing, diperlukannya suatu pengetahuan pemasaran yang menyeluruh, salah satu bentuk pengetahuan pemasar yang dibutuhkan ialah saluran pemasaran, lembaga pemasaran serta fungsi-fungsi di dalamnya, struktur pasar, perilaku pasar, dan keragaan pasar. Dalam penelitian analisis tataniaga ikan gurame dilakukan penelusuran melalui distribusi tataniaga yakni tataniaga benih ikan gurame dan tataniaga ikan gurame konsumsi yang diamati dari pembudidaya petani ikan, kemudian melibatkan sejumlah pedagang pengumpul, pedagang pengecer, dan konsumen seperti konsumen rumah tangga dan petani pembesaran. Menganalisis tataniaga ikan gurame dapat mengamati perubahan nilai yang terjadi seperti adanya perpindahan komoditas dari setiap lembaga tataniaga baik dari perubahan waktu dan fungsi yang dijalankan antar lembaga tataniaga. Kesenjangan perubahan harga antara petani ikan dan konsumen akhir menyebabkan mengapa penelitian dengan judul Analisis tataniaga ikan gurame Osphronemus gouramy Lac. di Desa Pabuaran, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor ini jelas berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya. III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Tataniaga