Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

dalam proses pembelajaran sehingga siswa bertindak sebagai perserta didik yang aktif dan mampu menghidupkan semangat belajar dalam dirinya sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator yang mampu memfasilitasi kebutuhan siswa dalam belajar. Ilmu Pengetahuan Sosial IPS merupakan salah satu disiplin ilmu yang ada dalam mata pelajaran pendidikan formal. IPS yang didalamnya juga mengkaji tentang berbagai kajian sosial diantaranya sosiologi, ekonomi, geografi, dan sejarah. Khusus di SMA mata pelajaran IPS itu menjadi suatu konsentrasi penjurusan yang dipilih oleh siswa berdasarkan minat masing-masing. Mata pelajaran IPS sangat penting kedudukannya dan kehadirannya dalam kehidupan bermasyarakat karena IPS sering mengkaji dan membahas tentang kehidupan sehari-hari. Namun selama ini masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami dan mengikuti pelajaran ini. Para siswa hanya mendengar dan melihat bagaimana guru menjelaskan suatu pokok bahasan dan siswa terbiasa selalu menerima penjelasan dari guru tanpa tahu sudah apakah dipahami atau tidak. Ketika ditanyakan apakah ada yang belum mengerti maka siswa hanya diam, diam tersebut bisa berarti sudah paham apa yang disampaikan oleh guru atau mungkin diam karena takut untuk diajukan pertanyaan. Hal tersebut yang menyebabkan para siswa kurang antusias belajar didalam kelas. Siswa beranggapan mata pelajaran IPS itu sebagai mata pelajaran yang membosankan dan tidak sedikit pula siswa yang berusaha menghindari mata pelajaran tersebut. Opini ini salah satunya disebabkan oleh cara mengajar guru yang masih konvensional dan membuat siswa menjadi bosan dan tidak merasa nyaman berada didalam kelas. Hasil belajar siswa pun rendah dan siswa tidak peduli dengan materi pembelajaran yang diajarkan didalam kelas Berkaitan dengan kemampuan cara-cara mengajar, wajib bagi seorang guru mengetahui seluruh model-model pembelajaran yang terdapat dalam pelaksanaan suatu pembelajaran yang berkaitan dengan hasil belajar siswa. Dengan mengetahui model pembelajaran sehingga memungkinkan dapat mengurangi masalah yang berkenaan dengan jalannya suatu pengajaran, serta dapat memecahkan berbagai kesulitan dalam menyampaikan materi dan mampu menarik perhatian dari siswa yang memiliki beragam karakter. Berdasarkan penelitian awal di SMAN 29 Jakarta terdapat bahwa nilai mata pelajaran ekonomi yang rendah serta masih ada beberapa guru yang belum mengerti betul tentang model pembelajaran yang berkembang saat ini sehingga pembelajaran yang disampaikan guru monoton sehingga hasil belajar rendah. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dan menuliskannya dalam sebuah karya ilmiah yang berupa skripsi dengan judul: “Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Hasil Belajar Ekonomi Kelas X SMA 29 Jakarta”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan oleh peneliti diatas, maka masalah yang diidentifikasi permasalahan sebagai berikut: 1. Siswa tidak memahami dan mencerna materi yang disampaikan secara mendalam 2. Siswa hanya sebagai pendengar dan kurangnya antusiasme belajar dalam kelas 3. Rendahnya minat belajar IPS karena IPS membosankan 4. Cara mengajar masih dilakukan secara konvensional 5. Hasil belajar ekonomi rendah 6. Kurangnya variatif guru dalam menggunakan model pembelajaran.

C. Pembatasan Masalah

Agar hasil dari penelitian terarah dan tidak ada keraguan dalam penafsiran, maka peneliti membatasi penelitian ini hanya pada aspek guru dalam menggunakan model pembelajaran yang kurang dan hasil belajar ekonomi yang rendah dikelas X SMA 29 Jakarta.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah dan identifikasi masalah diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: “Berapa besar pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap hasil belajar ekonomi siswa di SMA 29 Jakarta?”

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui berapa besar pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap hasil belajar ekonomi siswa di SMA 29 Jakarta.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini antara lain : 1. Kegunaan Teoritis a. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk referensi penelitian selanjutnya yang relevan. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan mengembangkan pengetahuan dalam bidang pendidikan, khususnya dalam pemilihan model pembelajaran yang tepat. 2. Kegunaan Praktek a. Bagi sekolah Menjadi bahan masukan untuk para guru untuk mengembangkan kompetensinya, terutama yang berkaitan dengan aktivitas belajar siswa dengan model pembelajaran Problem Based Learning dalam pembelajaran ekonomi. b. Bagi Guru Menjadi bahan masukan untuk para praktisi pendidikan khususnya guru ekonomi dalam penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning agar mengarah kepada keaktifan siswa sehingga hasil belajar dapat tercapai dengan maksimal. c. Bagi Siswa Penelitian ini dapat membantu siswa lebih mengaktifkan dirinya dalam proses belajar mengajar sehingga keinginan siswa untuk belajar meningkat. Selain itu, dengan menggunakan model Problem Based Learning dapat menunjukan cara berpikir siswa, serta saling tukar menukar pengalaman informasi.

d. Bagi peneliti

Untuk mengenalkan dan memanfaatkan model Problem Based Learning kepada siswa sebagai alternatif penggunaan media yang efektif dan peneliti dapat memahami lebih penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning untuk meningkatkan keaktifan siswa dengan baik. 9

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Pengertian Model Pembelajaran

Sebelum membahas tentang model pembelajaran terlebih dahulu dikaji secara mendalam apakah yang dimaksud dengan model. Model adalah suatu objek atau konsep yang digunakan untuk mempresentasikan sesuatu hal. Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman untuk merencanakan pembelajaran dikelas atau pembelajaran dalam melakukan suatu tutorial dan untuk menentukan suatu perangkat yang akan dipakai dalam proses tersebut. Adapun Soekamto, dkk mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar 1 . Artinya setiap aktivitas pembelajaran akan selalu menggunakan model sebagai peninjau kesuksesan proses belajar mengajar karena model pembelajaran merupakan suatu perangkat yang telah tersedia untuk kelangsungan belajar. Metode pembelajaran merupakan proses atau prosedur yang digunakan oleh guru atau instruktur untuk mencapai tujuan atau kompetensi 2 . Istilah model pembelajaran meliputi pendekatan suatu model pembelajaran yang luas dan menyeluruh. Salah satu contoh model pembelajaran berdasarkan masalah, dimana kelompok-kelompok siswa bekerja sama dalam memecahkan suatu masalah yang telah disepakati bersama dan disepakati guru. Ketika guru menerapkan model tersebut 1 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP. Jakarta: Kencana, 2009 Hal. 22. 2 Benny A Pribadi, Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat, 2009 Hal. 42. tuntutan kepada siswa harus mampu berpiki kritis dan mampu menggali keterampilan yang ada dalam dirinya untuk memecahkan suatu masalah. Model pembelajaran dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan pembelajarannya. Sebagai salah satu contoh berdasarkan tujuan yaitu pembelajaran langsung, suatu model pembelajaran yang baik untuk membantu siswa dalam mempelajari keterampilan dasar seperti memahami kebutuhan dalam kegiatan ekonomi atau topik-topik bahasan lain yang berkaitan dengan penggunaan alat. Belajar aktif meliputi berbagai cara untuk membuat peserta didik aktif sejak awal melalui aktivitas-aktivitas yang membangun kerja kelompok dan dalam waktu singkat membuat mereka berpikir tentang materi pelajaran 3 . Setiap model pembelajaran membutuhkan lingkungan yang berbeda. Misalnya pembelajaran kooperatif memerlukan lingkungan belajar yang fleksibel seperti tersedianya meja dan kursi yang dapat dengan mudah untuk dipindahkan. Pada model diskusi para siswa membutuhkan duduk bersamaan dan berhadap-hadapan untuk mencurahkan pendapat dari masing-masing siswa tersebut. Menurut Khabibah, bahwa untuk melihat tingkat kelayakan model pembelajaran untuk aspek validitas dibutuhkan ahli dan praktisi untuk memvalidasi model pembelajaran yang dikembangkan 4 . Yang dimaksud ahli dan praktisi disini adalah seorang guru, dimana guru dituntut mampu mengembangkan model pembelajaran agar suatu proses pembelajaran dengan topik tertentu dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Dalam mengajarkan suatu pokok bahasan tertentu guru harus mampu memilih model yang sesuai dengan kebutuhan pengajaran tersebut dan terutama sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Oleh karena itu, 3 Mel Silberman, Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pusaka Insan Madani, 2009 Hal. Xxii. 4 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP. Jakarta: Kencana, 2009 Hal. 25.