Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa model Problem Based Learning Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan
model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam kemampuan keterampilan berfikir dan keterampilan pemecahan masalah sehingga
menjadi pelajar yang mandiri. Dalam model ini peran guru menyajikan masalah dan membentuk kelompok kecil serta memfasilitasi siswa dalam
proses berjalannya pembelajaran. Dengan demikian diharapkan siswa dapat mengembangkan cara berfikir yang lebih tinggi sehingga
meningkatkan prestasi belajarnya.
B. Ciri-ciri Pembelajaran Model Problem Based Learning PBL
Menurut Arends karakteristik model pembelajaran berbasis masalah sebagai berikut
12
: 1 Pengajuan pertanyaan atau masalah.
Pembelajaran berbasis masalah dimulai dengan pengajuan pertanyaan atau masalah, bukannya mengorganisasikan di
sekeliling atau di sekitar prinsip-prinsip atau keterampilan- keterampilan
teretntu. Pembelajaran
berbasis masalah
mengorganisasikan pengajaran di sekitar pertanyaan atau masalah yang kedua-duanya secara sosial penting dan secara pribadi
bermakna bagi siswa. Mereka mengajukan situasi kehidupan nyata autentik
untuk menghindari
jawaban sederhana,
dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk situasi itu.
2 Berfokus pada keterkaitan antar disiplin. Masalah yang diselidiki telah benar-benar nyata agar dalam
pemecahannya siswa meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran.
12
Mohammad Jauhar, Implementasi Paikem dari Behavioristik sampai Kontrivistik sebuah Pengembangan Pembelajaran Berbasis CTL Contextual Teaching Learning.
Jakarta: Prestasi Pustakarya, 2011 Cet ke 1, Hal. 87.
3 Penyelidikan autentik. Pembelajaran berbasis masalah mengharuskan siswa
melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata. Mereka harus menganalisis dan
mengidentifikasi masalah,
mengembangkan hipotesis,
dan membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalisa informasi,
melakukan eksperimen jika diperlukan, membuat referensi, dan merumuskan kesimpulan.
4 Menghasilkan produk dan memamerkannya. Pembelajaran berbasis masalah menuntut siswa untuk
menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian
masalah yang mereka temukan. Bentuk tersebut dapat berupa laporan, model fisik, video maupun program komputer. Karya
nyata yang akan dijelaskan kemudian direncanakan oleh siswa untuk mendemonstrasikan kepada teman-temannya yang lain
tentang apa yang telah mereka pelajari dan menyediakan suatu alternatif terhadap laporan atau makalah.
5 Kolaborasi. Pembelajaran berbasis masalah dicirikan oleh siswa yang
bekerja sama satu dengan yang lainnya, paling sering secara berpasangan atau kelompok kecil. Bekerja sama memberikan
motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan memperbanyak peluang untuk berbagi inkuiri dan
dialog dan untuk mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan berpikir.
C. Konsep Dasar Pembelajaran Berbasis Masalah
Model pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang menekankan pada proses penyelesaian masalah. Dalam
implementasi model pembelajaran berbasis masalah, guru perlu memilih bahan pelajaran yang memiliki permasalahan yang dapat
dipecahkan. Model pembelajaran berbasis masalah ini dapat diterapkan dalam kelas jika :
1 Guru bertujuan agar peserta didik tidak hanya mengetahui dan hafal materi pelajaran saja, tetapi juga mengerti dan
memahaminya. 2 Guru mengiginkan agar peserta didik memecahkan masalah dan
membuat kemampuan intelektual siswa bertambah. 3 Guru menginginkan agar peserta didik dapat bertanggung
jawab dalam belajarnya. 4 Guru menginginkan agar peserta didik dapat menghubungkan
antara teori yang dipelajari di dalam kelas dan kenyataan yang dihadapinya di luar kelas.
Guru bermaksud mengembangkan kemampuan peserta didik dalam menganalisis situasi, menerapkan pengetahuan,
mengenal antara fakta dan pendapat, serta mengembangkan kemampuan dalam membuat tugas secara objektif.
D. Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah Problem
Based Learning
Menurut Bound dan Felleti pembelajaran berbasis masalah Problem Based Learning adalah suatu pendekatan untuk membelajarkan
siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan memecahkan masalah, belajar peranan orang dewasa yang otentik serta
menjadi pelajar mandiri
13
. Pembelajaran berbasis masalah terdiri dari lima tahap utama yang dimulai dengan guru memperkenalkan siswa pada suatu
masalah dan diakhiri dengan penyajian analisis hasil kerja siswa. lima tahapan model pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut:
1 Orientasi siswa pada masalah. Pada tahap ini guru menjelaskan tujuan pembelajaran,
menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi
siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih. 2 Mengorganisasikan siswa untuk belajar.
Pada tahap ini guru membagi siswa ke dalam kelompok kecil, membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan
tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut. 3 Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok.
Pada tahap ini guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen dan penyelidikan
untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. 4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.
Guru membantu
siswa dalam
merencanakan dan
menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Pada tahap ini guru membantu siswa untuk melakukan
refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses- proses yang mereka gunakan.
13
Mohammad Jauhar, Implementasi Paikem dari Behavioristik sampai Kontrivistik sebuah Pengembangan Pembelajaran Berbasis CTL Contextual Teaching Learning.
Jakarta: Prestasi Pustakarya, 2011 Cet ke 1, Hal. 89.
John Dewey seorang ahli pendidikan berkebangsaan Amerika menjelaskan 6 langkah dalam pembelajaran berbasis
masalah Problem Based Learning sebagai berikut
14
: 1 Merumuskan masalah.
Guru membimbing siswa untuk menentukan masalah yang akan dipecahkan dalam proses pembelajaran, walaupun sebenarnya
guru telah menetapkan masalah tersebut. 2 Menganalisis masalah.
Langkah peserta didik meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudut pandang.
3 Merumuskan hipotesis. Langkah siswa merumuskan berbagai kemungkinan
pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki. 4 Mengumpulkan data.
Langkah siswa mencari dan menggambarkan berbagai informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah.
5 Pengujian hipotesis. Langkah siswa dalam merumuskan dan mengambil
kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan.
6 Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah. Langkah siswa menggambarkan rekomendasi yang dapat
dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan.
14
Jumanta Hamdayama, Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter. Bogor: Ghalia Indonesia, 2014 Hal. 210.