Hakekat Pembelajaran Kajian Teori

commit to user

BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN,

KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Hakekat Pembelajaran

Belajar merupakan suatu hal yang sangat mendasar bagi manusia, Belajar dapat terjadi kapan saja dan dimana saja, apakah belajar itu?. Menurut Ratna wilis Dahar 1989: 21, belajar didefinisikan sebagai perubahan perilaku yang diakibatkan oleh pengalaman. Ada lima macam perilaku perubahan pengalaman dan dianggap sebagai faktor-faktor penyebab dasar dalam belajar. Pertama, pada tingkat emosional yang paling primitif, terjadi perubahan prilaku akibat dari perpasangan suatu stimulus tak terkondisi dengan suatu stimulus yang terkondisi. Sebagai suatu fungsi pengalaman, stimulus terkondisi itu pada suatu waktu memperoleh untuk mengeluarkan respon terkondisi. Belajar seperti ini disebut belajar responden dan menolong kita untuk memahami bagaimana para siswa menyenangi atau tidak menyenangi sekolah atau bidang-bidang studi. Kedua, belajar kontinuitas yaitu bagaimana dua peristiwa dipasangkan satu dengan yang lain pada suatu waktu, hal ini sering kita alami dan kita kenal sebagai belajar “drill”. Ketiga, belajar adalah konsekuensi-konsekuensi perilaku mempengaruhi apakah perilaku itu akan diulangi atau tidak, dan beberapa besar pengulangan itu, belajar ini disebut belajar operant. Keempat, pengalaman belajar sebagai hasil observasi manusia dan kejadian-kejadian, kita belajar dari model-model, dan masing-masing kita mungkin menjadi suatu model bagi yang lain dalam belajar 16 commit to user 17 observasional. Kelima, belajar kognitif terjadi bila kita melihat dan memahami peristiwa-peristiwa disekitar kita, dan dengan insait, belajar menyelami pengertian. Sedangkan pembelajaran adalah menanamkan pengetahuan pada seseorang dengan cara paling singkat dan tepat Slameto, 2003: 30. Sehingga model pembelajaran dapat diartikan sebagai skema yang berupa struktur cara menanamkan pengetahuan pada seseorang. Dapat juga diartikan pula sebagai pola yang yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan memberi petunjuk guru dikelas. Menurut Arends, model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Model pembelajaran ini sebagai kerangka koseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman untuk mencapai tujuan belajar. Model pembelajaran membuat para pengembang pembelajaran memahami dan merinci masalah ke dalam unit-unit yang lebih mudah diatasi dan menyelesaikan masalah pembelajaran Agus Supriyono 2009: 46 Beberapa teori belajar dan pembelajaran yang dapat kita jadikan acuan pada penelitian ini antara lain: a. Teori Belajar Konstruktivistik Menurut pandangan konstruktivistik, belajar merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan. Asri Budiningsih, 2005: 58. Siswa harus aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Pengatahuan bukanlah kumpulan fakta dari suatu commit to user 18 kenyataan yang dipelajari, melainkan sebagai konstruksi kognitif seseorang terhadap obyek, pengalaman maupun lingkungannya. Pengetahuan adalah sebagai suatu pembentukan yang terus menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi karena adanya pemahaman-pemahaman baru. Manusia dapat mengetahui sesuatu dengan inderanya. Seseorang dapat mengetahui sesuatu melului interaksinya dengan obyek dan lingkungan. Semakin banyak seseorang berinteraksi dengan obyek dan lingkungannya, pengetahuan dan pemahamannya akan obyek dan lingkungan tersebut akan meningkat dan lebih rinci. Menurut Mordechai Gordon dalam jurnalnya yang berjudul “ Between Constructivism a nd Connectedness ” 2008: 325: “ Thus, constructivist tea cher education progra ms typica lly a gree on the following four principles formulated: a . Constructivist lea rning is a bout constructing knowledge, not receiving it.; b. Constructivist lea rning is a bout understa nding and a pplying, not reca ll.; c. Constructivist lea rning is a bout thinking a nd a na lyzing, not a ccumula ting and memorizing; d. Constructivist lea rning is a bout being a ctive, not pa ssive. Berdasarkan pengertian diatas, program pendidikan guru menyetujui tipe pembelajaran konstrutivisme yang terdiri dari empat prinsip antara lain : a. Pembelajaran kontruktivis merupakan pembelajaran yang bersifat membangun pengetahuan dan bukan menerima pengetahuan, b. pembelajaran kontruktivis berupa pengertian dan penerapan konsep bukan penarikan kesimpulan, c. Pembelajaran kontruktivis merupakan membelajaran untuk berpikir dan menganalisis bukan untuk mengumpulkan dan menghafalkan pengetahuan, d. Pembelajaran kontrunstivis merupakan pembelajaran yang bersifat aktif bukan pembelajaran yang bersifat pasif. commit to user 19 Paul suparno 2001: 122-130, menyatakan bahwa pengetahuan seseorang adalah bentukan kontruksi orang itu sendiri. Piaget menyatakan secara ekstrim bahwa pengetahuan tidak dapat ditransfer dari otak guru yang dianggap tahu bila murid tidak mengolah dan membentuknya sendiri. Pembentukan pengetahuan ini itu pertama-tama ditentukan oleh kegiatan atau keaktifan orang itu sendiri dalam berhadapan dengan persoalan, bahan atau lingkungan baru. Orang itu sendiri yang membentuk pengetahuannya. Namun, ini bukan tidak berarti bahwa orang lain atau lingkungan sosial lain tidak mempunyai peranan. Orang-orang atau lingkungan sosial lain mempunyai pengaruh dalam pembentukan pengetahuan tersebut, sebagai yang memacu, mengkritik dan menantang, sehingga proses pembentukan pengetahuan lebih lancar. Dengan berhadapan dan berkontak dengan orang lain, gagasan seseorang ditantang, diluruskan serta diyakinkan. Ada beberapa kemampuan yang diperlukan dalam proses mengkonstruksi pengetahuan Asri Budiningsih, 2005: 57, yaitu: 1 kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman, 2 kemampuan membandingkan dan mengambil keputusan akan kesamaan dan perbedaan, dan 3 kemampuan untuk lebih menyukai suatu pengalaman yang satu dari pada lainnya. Paradigma konstruktivistik memandang siswa sebagai pribadi yang sudah memiliki kemampuan awal sebelum mempelajari sesuatu. Dalam proses belajar konstruktivistik ini, guru tidak menstransfer pengetahuan yang telah dimilikinya, melainkan membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri. Peran utama dalam kegiatan belajar konstruktivistik ini adalah aktivitas siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, sehingga siswa akan terbiasa dan terlatih commit to user 20 untuk berpikir sendiri, memecahkan masalah yang dihadapinya, mandiri, kritis, kreatif, dan mampu mempertanggungjawabkan pemikirannya secara rasional. 1 Piaget Jean Piaget adalah ahli psikologi yang pertama menggunakan filsafat konstruktivis dalam proses belajar. Piaget menjelaskan bagaimana proses pengetahuan seseorang dalam teori perkembangan intelektual yaitu berpikir dari konkrit ke abstrak. Menurut Piaget, tahap-tahap berpikir itu adalah pasti dan spontan namun umur kronologis yang diberikan itu adalah fleksibel, terutama selama masa transisi dari periode yang satu ke periode berikutnya. Umur kronologis itu dapat saling tindih tergantung kepada individu. Skema adalah suatu struktur mental atau kognitif yang dengan seseorang secara intelektual beradaptasi dan mengkoordinasi lingkungan sekitarnya. Menurut Piaget, adaptasi adalah proses penyesuaian skema dalam merespon lingkungan melalui asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah proses kognitif yang dengannya seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep, ataupun pengalaman baru kedalam skema atau pola yang sudah ada di dalam pikirannya. Akomodasi adalah proses pengintegrasian stimulus baru kedalam skema yang telah terbentuk secara tidak langsung. Hal ini berarti bahwa anak-anak mengkontruksi pengetahuan secara terus- menerus dengan mengasimilasi dan mengakomodasi informasi-informasi baru. Sumbangan penting dari teori belajar Piaget dalam pembelajaran kooperatif, adalah pada saat siswa mengkonstruk dalam penyelesaian tugas-tugas secara individu dan secara kelompok saat siswa bekerja dalam kelompok. Salah satu commit to user 21 syarat keanggotaan kelompok belajar adalah mempertimbangkan kemajuan perkembangan anak. Dalam kelompoknya siswa saling berdiskusi tentang masalah-masalah yang menjadi tugas kelompoknya masing-masing. Guru membimbing kelompok-kelompok belajar yang mendapat kesulitan pada saat mereka mengerjakan tugas. Paul Suparno 2007: 10-11 menyatakan kontruktivisme psikologis diawali oleh penelitian Piaget yang meneliti bagaimana seorang anak membangun kognitifnya. Piaget mengamati bagaimana seorang anak itu pelan-pelan membentik pengetahuannya sendirian. Penelitian ini menyoroti bagaimana seorang anak itu pelan-pelan membentuk skema, mengembangkan skema, dan mengubah skema. Piaget menekankan bagaimana individu secara mandiri mengkonstruksikan pengetahuannya dari interaksinya dengan pengalaman dan objek yang dihadapi. Dalam pembentukan pengetahuan lewat skema-skema itu, seorang anak mengerjakan sendiri tanpa orang lain. Jelas pendekatan Piaget ini lebih personal dan individual, kontruktivisme personal inilah yang dalam banyak tempat dan negara memunculkan adanya sekolah individual. Piaget juga mengungkapkan tata perkembangan siswa melalui teori-teori perkembangan berpikir, Piaget membedakan antara dua aspek berpikir yang saling melengkapi: aspek figuratif dan aspek operatif. Aspek figuratif merupakan tiruan imitasikeadaan sesaat dan statis. Aspek operatif berkaitan dengan transformasi dari level pemikiran tertentu ke level yang lain. Setiap level keadaan dapat dimengerti sebagai akibat transformasi tertentu atau sebagai titik tolak transformasi lain. Dengan kata lain, aspek pemikiran yang lebih esensial adalah commit to user 22 aspek operatif, aspek inilah yang sangat berperan dalam pembentukan pengetahuan seseorang. Aspek berfikir figuratif memunculkan pengetahuan yang figuratif, yaitu pengetahuan hafalan atau pengetahuan representasi , misalnya pengetahuan seorang anak akan nama-nama barang dan kota merupakan pengetahuan figuratif, disini anak dapat menyebutkan nama-nama akan tetapi dapat terjadi bahwa anak tidak memahami konsep nama-nama itu. Berfikir operatif memunculkan pengetahuan operatif, yang merupakan pengetahuan yang sesungguhnya. Ciri pengetahuan ini adalah anak mengerti konsep-konsep dan strukturnya yang lebih umum sehingga dapat digunakan untuk memahami pengalaman-pengalaman lain yang senada. Pengetahuan figuratif adalah pengetahuan yang pasif, sedangkan pengetahuan yang operatif adalah pengetahuan yang aktif di mana seorang anak sungguh-sungguh mengolah dan membentuk pengetahuan. Piaget menyimpulkan bahwa pengetahuan manusia itu pada dasarnya adalah aktif, mengetahui adalah mengasimilasikan realitas dan sistem-sistem transformasi. Mengetahui adalah mentransformasi realitas agar dapat dimengerti bagaimana satu realitas tertentu terbentuk, dengan kata lain mengetahui sesuatu adalah membentuk sistem transformasi yang dapat menjelaskan sistem tersebut. 2 Vygotsky Vygotsky mengemukakan ada empat prinsip kunci dalam pembelajaran, yaitu: a Penekanan pada hakekat sosio-kultural pada pembelajaran the sosiocultura l of lea rning . Siswa belajar melalui interaksi dengan orang dewasa commit to user 23 dan teman sebaya yang lebih mampu. Vygotsky menekankan pentingnya interaksi sosial dengan orang lain dalam proses pembelajaran, b Zona perkembangan terdekat zone of proxima l development . Dalam proses perkembangan kemampuan kognitif setiap anak memiliki apa yang disebut zona perkembangan proksimal zone of proxima l development yang didefinisikan sebagai jarak atau selisih antara tingkat perkembangan anak yang aktual dengan tingkat perkembangan potensial yang lebih tinggi yang bisa dicapai si anak jika ia mendapat bimbingan atau bantuan dari seseorang yang lebih dewasa atau lebih berkompeten, c Pemagangan kognitif cognitive a pprenticeship . Suatu proses dimana seorang siswa belajar setahap demi setahap akan memperoleh keahlian dalam interaksinya dengan seorang ahli. Seorang ahli bisa orang dewasa atau orang yang lebih tua atau teman sebaya yang telah menguasai permasalahannya, d Perancahan sca ffolding . Perancahan atau sca ffolding , merupakan satu ide kunci yang ditemukan dari gagasan pembelajaran sosial Vygotsky. . Vygotsky sangat yakin bahwa ”kemampuan yang tinggi pada umumnya akan muncul dalam dialog atau kerjasama antar individu siswa, sebelum kemampuan yang lebih tinggi itu diserap ke dalam individu siswa”Slavin, 1995:4. Ada dua hal yang ditekankan dalam teori Vygotsky, yakni : ”1. Menghendaki setting kelas dengan pembelajaran yang berorientasi pada pembelajaran kooperatif, sehingga siswa dapat berinteraksi dengan sekelompok temannya dalam tugas-tugas yang sulit dan saling memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah yang efektif di dalam masing-masing ZPD-nya; 2. Menekankan tentang sca folding , yang artinya memberikan kepada seorang siswa bantuan belajar dan pemecahan masalah pada tahap-tahap awal pembelajaran yang kemudian mengurangi bantuan itu dan memberikan kepada siswa untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia dapat melakukannya. Bantuan yang diberikan siswa dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan, commit to user 24 menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah pemecahan, memberikan contoh, atau apaun yang lain yang memungkinkan siswa tumbuh secara mandiri ”Slavin, 1994 : 49. Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa implikasi utama dari teori Vygotsky terhadap pembelajaran adalah kemampuan untuk mewujudkan tatanan pembelajaran kooperatif dengan dibentuk kelompok-kelompok belajar yang mempunyai tingkat kemampuan berbeda dan penekanan perancahan dalam pembelajaran supaya siswa mempunyai tanggungjawab terhadap belajar. b. Teori Belajar Ausubel Ausubel berpendapat bahwa guru harus dapat mengembangkan potensi kognitif siswa melalui proses belajar yang bermakna. Inti dari teori belajar bermakna Ausubel adalah proses belajar akan mendatangkan hasil atau bermakna kalau guru dalam menyajikan materi pelajaran yang baru dapat menghubungkannya dengan konsep yang relevan yang sudah ada dalam struktur kognisi siswa. Menurut Ausubel dalam Ratna Willis Dahar 1989: 117 teori belajar bermakna menerapkan prinsip – prinsip sebagai berikut: “Pengatur awal Adva nce o rganizer, Diferensiasi progresif, Rekonsilasi integratif, dan Belajar superordinat ” . a Pengatur awal: Penyampaian awal tentang materi yang akan dipelajari siswa dan menolong mereka untuk mengingat kembali informasi - informasi yang berhubungan yang dapat digunakan dalam membantu menanamkan pengetahuan baru sehingga diharapkan siswa secara mental akan siap untuk menerima materi kalau mereka mengetahui sebelumnya materi apa yang akan disampaikan guru. Contoh: handout sebelum perkuliahan, b Diferensiasi progresif: Materi pelajaran yang disampaikan guru hendaknya commit to user 25 bertahap. Diawali dengan guru mengajarkan konsep – konsep yang umum dulu, kemudian dilanjutkan ke hal-hal yang khusus, disertai dengan contoh-contoh, sebagai contoh dalam pembelajaran ilmu kimia pada materi hidrokarbon terlebih dahalu menjelaskan senyawa karbon dengan menunjukan mengapa senyawa itu disebut senyawa karbon, kemudian menjelaskan ada dua macam senyawa karbon yaitu senyawa alifatik dan senyawa aromatik hal ini dijelaskan berdasarkan perbedaannya, kemudian senyawa alifatik diturunkan menjadi beberapa golongan yaitu senyawa hidrokabon dan senyawa karbon kation. Kemudian hidrokarbon diperinci menjadi deret homolog alkana, alkena, dan alkuna berdasarkan sifat – sifatnya. Kemudian untuk deret homolog diberikan contoh – contoh yang terdapat dalan kehidupan sehari – hari, c Rekonsilasi integratif: Penjelasan yang diberikan oleh guru tentang kesamaan dan perbedaan konsep-konsep yang telah mereka ketahui dengan konsep yang baru saja dipelajari, d Belajar superdinat: terjadi bila konsep - konsep yang telah dipelajari sebelumnya dikenal sebagai unsur – unsur dari suatu konsep yang lebih luas. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa implikasi utama dari teori belajar bermakna adalah proses belajar akan mendatangkan hasil atau makna kalau guru dalam menyajikan materi pelajaran yang baru dapat menghubungkannya dengan konsep yang relavan yang sudah ada dalam struktur kognisi siswa. Materi yang diajarkan harus berhubungan dengan materi sebelumnya. Disamping itu kesesuaian teori Ausubel dengan metode TGT-TTS dan TGT-UT adalah kedua metode tersebut konsep bermakna secara logis dalam belajar yang dilandasi oleh pengatahuan dan pengalaman terdahulu, sehingga commit to user 26 siswa dapat mengaitkan pengetahuan lama tersebut terhadap informasi – informasi baru dan selanjutnya dapat menarik kesimpulan untuk dijadikan suatu fakta, konsep yang baru. Konsep baru ini digunakan sebagai pengetahuan lama dalam mempelajari materi baru. c. Teori Belajar menurut Gagne Definisi belajar menurut Gagne 1984 yang dikutip oleh Ratna Wilis 1989:11, belajar adalah suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalamam. Oleh karena itu dalam proses belajar mengajar biologi yang penting adalah pengalaman yang dapat membuat perubahan tingkah laku, bentuk tingkah laku yang diamati observa bel dan dapat diukur. Masukan atau input yang berupa stimulus merupakan bentuk pengalaman yang diperoleh siswa, sedangkan keluaran atau output yang berupa respon merupakan bentuk tingkah laku hasil belajar, yang dapat dilihat dari prestasi belajar biologi. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa seperti metode pembelajaran untuk membantu siswa dalam menyerap apa yang diberikan oleh guru, sedangkan respon adalah reaksi atau tanggapan sisswa terhadap stimulus. Bentuk stimulus berupa pengalaman yang diperoleh siswa akan mempengaruhi tingkat perubahan perilaku. Semakin menarik pengalaman yang diberikanguru seperti metode pembelajaran yang inovatif akan memberikan respon yang tinggi pula, sehingga akan membantu siswa memperoleh prestasi yang tinggi. Fase belajar menurut Gagne 1983dalam Margaret E. Bell Gleder 1994: 199 ditunjukkan tabel 2.1 commit to user 27 Tabel 2.1. Sembilan Fase Belajar Perincian Fase Fungsi 1. Persiapan untuk belajar 1. Mengarahkan perhatian a ttending 2. Penghargaan expecta ncy 3. Mendapatkan kembali retrieva l dari memori kerja Belajar peka terhadap stimulus Membawa si belajar tahu tujuan belajar. Mengingat kembali. 2. Pemerolehan dan untuk pembuatan performa nsi 4. Persepsi seleksi atas sifat stimulus 5. Sandi semantik sema ntic enconding 6. Retriva l dan respon 7. Penguatan reinforcement Penyimpan sementara dalam memori kerja. Pengalihan sifat stimulus dan informasi ke memori jangka panjang. Mengembalikan informasi yang disimpan ke pembangkit respon. Konfismasi tujuan belajar. 3. Alih belajar 8. Pengisyaratan untuk retrieva l 9. Pemberlakuan secara umum genera liza bility Mengingat kembali Alih belajar ke situasi baru Berdasarkan teori Gagne diatas proses perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar ditunjukkkan dengan prestasi hasil belajar yang diperoleh melalui fase-fase belajar. Dalam belajar diperlukan adanya pengarahan perhatian a ttending sebagai stimulus yang akan diseleksi untuk disimpan dalam memori kerja. Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar yang dapat ditangkap melalui alat indera. Seleksi didasarkan atas sifat stimulus, semakin kuat sifat perhatian stimulus, semakin kuat informasi yang dibawa ke commit to user 28 penyimpan sementara dalam memori kerja, yang selanjutnya akan dibawa ke memori jangka panjang. Yang akan muncul atau retrieva l bila dipanggil atau yang disebut mengingat kembali. Dalam proses belajar biologi dapat diartikan bahwa peranan guru sangat penting dalam hal pengarahan perhatian, misalnya penentuan jenis metode pembelajaran yang mempunyai stimulus tinggi yang mampu memberikan kekuatan besar penyimpanan dalam memori kerja dan memori jangka panjang untuk disimpan sebagai bentuk respon ingatan. Sehingga dengan metode pembelajaran yang tepat dapat membangkitkan kepekaan stimulus akan mempermudah siswa d. Teori Motivasi Perspektif motivasional pada pembelajaran kooperatif terutama memfokuskan pada penghargaan atau struktur tujuan dimana para siswa bekerja Slavin, 2005: 34. Dari perspektif motivasional, struktur tujuan kooperatif menciptakan sebuah situasi dimana satu-satunya cara anggota kelompok bisa meraih tujuan pribadi mereka adalah jika kelompok mereka bisa sukses. Oleh karena itu mereka harus saling membantu antar anggota kelompoknya dan yang lebih penting adalah mereka harus berusaha secara maksimal untuk mensukseskan tujuan kelompoknya. Dengan kata lain, memberi penghargaan kelompok berdasarkan pada pencapaian kelompok penjumlahan pencapaian individu menciptakan suatu struktur hubungan penghargaan antar pribadi di mana anggota kelompok akan memberi atau menahan sosial reinforcers seperti dorongan dan pujian sebagai hubungan atas usaha antar anggota kelompok. commit to user 29 e. Teori Belajar Sosial Lebih jauh Bandura 1977 dalam Ratna Wilis Dahar 1989 : 27, menjelaskan bahwa “manusia itu tidak didorong oleh kekuatan-kekuatan dari dalam dan juga tidak dipukul oleh stimulus-stimulus lingkungan”. Fungsi psikologi diterangkan sebagai interaksi yang kontinu dan timbal balik dari determinan - determinan pribadi dan determinan - determinan lingkungan. Pernyataan ini didapatkan dari studi awal yang mula-mula dilakukan oleh Bandura yang menemukan peranan model tingkah laku dalam belajar tingkah laku pro sosial dan juga tingkah laku anti sosial. Prinsip dasar belajar menurut teori ini, bahwa yang dipelajari individu terutama dalam belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan imitation dan penyajian contoh perilaku modeling . Teori ini juga masih memandang pentingnya conditioning . Melalui pemberian rewa rd dan punishment, seorang individu akan berfikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang perlu dilakukan. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar secara global dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri Muhibbin Syah, 2006: 132, faktor internal meliputi dua aspek, yaitu aspek fisiologi yang bersifat jasmaniah, dan aspek psikologis yang bersifat rokhaniah: 1 Faktor jasmaniah, meliputi: faktor kesehatan dan cacat tubuh tonus jasmani, mata dan telinga, 2 Faktor psikologis, meliputi: inteligensi , sikap, minat, bakat, dan motivasi. Faktor eksternal faktor dari luar siswa, yakni kondisi lingkungan di sekitar, sedangkan faktor eksternal yaitu kondisi lingkungan disekitar siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran. commit to user 30 Faktor eksternal yang berpengaruh terhadap belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga faktor, yaitu: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. 1 Faktor keluarga, berupa: cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan; 2 Faktor sekolah, meliputi: metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran diatas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah; 3 Faktor masyarakat, meliputi : kegiatan siswa dalam masyarakat, ma ss media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.

2. Pembelajaran Kooperatif

Dokumen yang terkait

The effect of crossword puzzle as an asessment on students' ability to scan text

0 3 13

Komparasi hasil belajar metode teams games tournament (TGT) dengan Student Teams Achievement Division (STAD) pada sub konsep perpindahan kalor

0 6 174

The Effectiveness of Using Teams Games Tournaments (TGT) in Teaching Reading of Narrative Text, (A Quasi-Experimental Study at the Second Year Students of SMPN I Pakuhaji)

0 10 0

The Effectiveness of Crossword Puzzle Game towards Students' Vocabulary Mastery (A Quasi-Experimental Study at Second Grade of Students of SMP Puspita Bangsa Ciputat)

1 22 112

STUDI KOMPARASI PENGGUNAAN MEDIA KOMPUTER DAN TEKA TEKI SILANG PADA PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK TATA NAMA SENYAWA

0 13 85

PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN METODE TEAMS GAMES TOURNAMENTS (TGT) MENGGUNAKAN MEDIA ANIMASI DAN KARTU DITINJAU DARI KEMAMPUAN MEMORI DAN GAYA BELAJAR SISWA.

0 0 12

PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN METODE TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) DENGAN MEDIA KARTU DAN RODA IMPIAN DITINJAU DARI KREATIVITAS DAN KEMAMPUAN ANALISIS SISWA.

0 0 44

PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN METODE TEAMS GAMES TOURNAMENTS (TGT) DENGAN MEDIA ANIMASI BERBASIS FLASH DAN VIDEO DITINJAU DARI KEMAMPUAN MEMORI DAN KREATIVITAS.

0 0 21

PEMBELAJARAN IPA DENGAN METODE TGT MENGGUNAKAN MEDIA GAMES ULAR TANGGA DAN PUZZLE DITINJAU DARI GAYA BELAJAR DAN KREATIVITAS SISWA.

0 1 9

Pembelajaran kontruktivis menggunakan peta konsep dan teka teki silang ditinjau dari minat dan kreativitas belajar siswa 41

0 2 143