commit to user 30
Faktor eksternal yang berpengaruh terhadap belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga faktor, yaitu: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.
1  Faktor  keluarga,  berupa:  cara  orang  tua  mendidik,  relasi  antar  anggota keluarga,  suasana  rumah,  keadaan  ekonomi  keluarga,  pengertian  orang  tua,  dan
latar  belakang  kebudayaan;  2  Faktor  sekolah,  meliputi:  metode  mengajar, kurikulum,  relasi  guru  dengan  siswa,  disiplin  sekolah,  alat  pelajaran,  waktu
sekolah,  standar  pelajaran  diatas  ukuran,  keadaan  gedung,  metode  belajar,  dan tugas rumah; 3 Faktor masyarakat, meliputi  : kegiatan siswa dalam masyarakat,
ma ss
media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.
2. Pembelajaran Kooperatif
Menurut  Renante  P.Manlunas  menyatakan  bahwa
“
ICT  a nd  Cooperative Lea rning  :  Renventing  the  Cla ssroom:  2006:4  “ Cooperative  lea rning  CL    is
The  instructiona l  use  of  sma ll  groups  through  which  students  work  together  to ma ximize  their  own  and  ea ch  others  lea rning”   In  this  type  of  cla ssroom,  the
students intera ct  with their groups  and  perform ta sk-oriented  a ctivities  designed by  the tea cher” .
Pembelajaran  kooperatif  CL  adalah  penggunaan  pembelajaran melalui  kelompok-kelompok  kecil  dimana  siswa  bekerja  sama  untuk
memaksimalkan mereka sendiri dan masing-masing orang lain belajar. Dalam hal ini  jenis  kelas  ,siswa  berinteraksi  dengan  kelompok  mereka  dan  melakukan
kegiatan berorientasi tugas yang dirancang oleh guru. Menurut Slavin 2005: 4, pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai
macam metode pengajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil untuk  saling  membantu  satu  sama  lainnya  dalam  mempelajari  materi  pelajaran.
commit to user 31
Dalam  kelas  kooperatif,  para  siswa  diharapkan  dapat  saling  membantu,  saling mendiskusikan  dan  berargumentasi,  untuk  mengasah  pengetahuan  yang    mereka
kuasai  saat  itu  dan  menutup  kesenjangan  dalam  pemahaman  masing-masing. Dengan kata  lain pembelajaran kooperatif adalah strategi pengajaran yang terdiri
dari  kelompok  kecil,  masing-masing  terdiri  dari  siswa  yang  tingkat kemampuannya  berbeda.  Aktivitas  pembelajaran  jenis  ini  dapat  meningkatkan
pemahaman  mereka  akan  setiap  pelajaran.  Setiap  anggota  kelompok  tidak  hanya bertanggungjawab  terhadap  pengajaran  yang  diajarkan,  tetapi  mereka  juga  ikut
membantu  belajar  teman  kelompoknya.  Selain  itu  juga,  untuk  menciptakan pencapaian dari sebuah suasana yang diharapkan, para siswa mengerjakan semua
tugas-tugas  sampai  semua  anggota  kelompok  benar-benar  memahami  secara lengkap  dengan  baik.  Menurut  Robyn  M.  Gillies  dalam  jurnalnya  yang  berjudul
“
The Effects of Cooperative Lea rning on Junior High School Students’ Beha viour Discourse a nd Lea rning During a  Science-Ba sed Lea rning Activity
” 2008: 332 : “
This  includes   ensuring  that   the   group   ta sk   is esta blished  so  that a ll members rea lize that they a re required to contribute a nd to a ssist others
to  do  likewise.  It  a lso  includes  ensuring  that  students  a re  ta ught  the interpersona l  and  sma ll-group  skills  that  a re  required  to  help  students
communicate  effectively  with  their  peers,  ma na ge  conflict,  a lloca te resources  fairly  and  ma ke  decisions  democratica lly.  When  these  elements
ha ve been embedded into the sma ll group structure, students a re more likely to  feel  included  and  a ccepted  as  part  of  the  ‘group’,  a nd  this,  in  turn,
provides the impetus for them to feel motivated to a chieve and contribute to both their own and the group’s goa ls” .
Termasuk memastikan bahwa tugas kelompok diadakan agar para siswa menyadari  bahwa  mereka  saling  menbutuhkan  sumbangan  dalam  berpikir    dan
saling  membantu  satu  sama  lain.  Hal  ini  juga  memastikan  bahwa  mereka  juga berhubungan  antar  pribadi  dan  kelompok  kecil  lainnya.  Dengan  keahlian  itu,
commit to user 32
dibutuhkan  komunikasi  secara  efektif  dengan  teman  sebaya  untuk  mengurangi perselisihan  dan  membuat  keputusan  secara  demokratis.  Bila  unsur  ini  telah
ditanamkan  ke  struktur  kelompok  kecil  maka  siswa    akan  masuk  dan  menerima sebagai  bagian  dari  ‘group’  itu.  Untuk  Selanjutnya, siswa  akan    terdorong  untuk
merasakan motivasi dalam berperan dan mencapai  tujuan belajar dari dalam diri siswa maupun dari kelompoknya.
Usaha  kerjasama  tersebut  menghasilkan  keuntungan  bagi  para  peserta sehingga semua anggota kelompok: a. meraih dari setiap usahanya masing-masing
keberhasilannmu menguntungkanku dan keberhasilanku menguntungkanmu,  b. mencatat bahwa semua anggota kelompok berbagi keyakinan pada umumnya ikut
tenggelam  atau  berenang  bersama-sama,  c.  mengetahui  kualitas  penampilan setiap  orang  karena  dirinya  sendiri  dan  anggota  kelompoknya  kita  tidak  bisa
melakukan  itu  tanpa  kamu,  d.  merasakan  kebanggaan  dan  merayakan  bersama- sama  ketika  sebuah  anggota  kelompok  berhasil  dalam  pencapaian  selamat  buat
keberhasilanmu. Menurut  Effandi  Zakaria  and  Zanaton  Iksan  dalam  jurnalnya  yang
berjudul
“
Promoting Cooperatif Learning in Scince a nd Mathematic Education : A Ma la ysian Perspectif” 2006:2
“ Cooperative  lea rning  is  grounded  in  the  belief  that  lea rning  is  most effective  when  students  a re  a ctively  involved  in  sha ring  idea s  and  work
cooperatively to complete a cademic ta sks. Cooperative lea rning ha s been used  as  both  an  instructiona l  method  and  as  a   lea rning  tool  a t  various
levels of educa tion a nd in va rious subject a rea s.”
Pembelajaran kooperatif
berdasarkan atas
kepercayaan bahwa
pembelajaran  yang  paling  efektif  ketika  siswa  terlibat  aktif  dalam  mengeluarkan
commit to user 33
pendapat  dan  bekerja  sama  untuk  menyelesaikan  tugas  akademik.  Pembelajaran kooperatif  menggunakan  perpaduan  antara  metode  pembelajaran  dan  alat  atau
media  pembelajaran.  Pembelajaran  kooperatif  hanya  berdasarkan  keadaan  yang meyakinkan  bahwa  usaha  bekerjasama  diharapkan  menjadi  lebih  produktif
daripada  persaingan  dan  usaha  individual.  Kondisi  tersebut  antara  lain:  a. ketergantungan  yang  positif,    tenggelam  berenang  bersama-sama:  1  setiap
usaha  anggota  kelompok  diharapkan  dan  sangat  diperlukan  untuk  keberhasilan kelompoknya,  2  masing-masing  anggota  kelompok  memiliki  kontribusi  yang
unik  untuk  membuat  usaha  bersama,  karena  sumbernya  atau  aturannya  dan bertugas  untuk  bertanggung  jawab;  b.  Interaksi  secara  langsung  meningkatkan
keberhasilan  satu  sama  lain:  1  penjelasan  secara  lisan  tentang  cara  mengatasi masalah-masalah,  2  mengajari  pengetahuan  satu  sama  lain,  3  menguji
pemahaman,  4  membahas  konsep yang  diajarkan,  5  menghubungkan  pelajaran sekarang  dengan  masa  lalu;  c.  individu  dan  kelompok  yang  dapat
dipertanggungjawabkan  tidak  tergantung,  tidak  bermalas-malasan:  1  menjaga ukuran  kelompok  kecil.  Kelompok  yang  lebih  kecil  merupakan    kelompok  yang
dapat  dipertanggungjawabkan  lebih  besar,  2  memberikan  tes  secara  individu untuk setiap siswa, 3 menguji siswa dalam ucapan dengan memanggil satu siswa
untuk mempresentasikan pekerjaan sendirikelompoknya kepada guru. presentasi dalam kelompok  untuk segala kelas, 4 observasi masing-masing kelompok dan
merekam  frekuensi  dari  kontribusi  setiap  anggota  terhadap  tugas  kelompok,  5 menetapkan  satu  siswa  dalam  setiap  aturan  kelompok  dari  pengecek.  Pengecek
meminta  anggota  kelompok  lain  untuk  menjelaskan  sebab-sebab  dan
commit to user 34
perbandingan jawaban kelompok, 6 Beberapa siswa mengajarkan apa yang telah mereka pelajari terhadap orang lain; d. keahlian kelompok kecil dan perseorangan:
1  Kehalian  sosial  harus  diajari,  2  Kepemimpinan,  3  Membuat  keputusan,  4 Membangun  kepercayaan,  5  Komunikasi,  6  Keahlian  mengatur  konflik;  e.
proses kelompok:  1 Anggota kelompok membahas bagaimana mereka mencapai tujuannnya  dan  menjaga  hubungan  kerja  yang  efektif,  2  Menggambarkan
tindakan  anggota  yang  membantu  dan  tidak  membantu,  3  Membuat  keputusan tentang perilaku yg berkelanjutan atau yang harus dirubah.
Menurut Robyn M. Gillies dalam jurnalnya yang berjudul
“
The Effects of Cooperative Learning on Junior High School Students’ Beha viour Discourse a nd
Lea rning During a  Science-Ba sed Lea rning Activity
” 2008: 332 : “
This  includes   ensuring  that   the   group   ta sk   is esta blished  so  that a ll  members  rea lize  that  they  a re  required  to  contribute  and  to  a ssist
others to do likewise. It a lso includes ensuring that students a re ta ught the interpersona l  a nd  sma ll-group  skills  that  are  required  to  help  students
communicate  effectively  with  their  peers,  manage  conflict,  a lloca te resources fairly a nd ma ke decisions democratica lly.  When these elements
ha ve  been  embedded  into  the  sma ll  group  structure,  students  a re  more likely  to  feel  included  and  a ccepted  as  part  of  the  ‘group’,  a nd  this,  in
turn,  provides  the  impetus  for  them  to  feel  motivated  to  a chieve  a nd contribute to both their own a nd the group’s goa ls” .
Termasuk memastikan bahwa tugas kelompok diadakan agar para siswa menyadari  bahwa  mereka  saling  menbutuhkan  sumbangan  dalam  berpikir    dan
saling  membantu  satu  sama  lain.  Hal  ini  juga  memastikan  bahwa  mereka  juga berhubungan  antar  pribadi  dan  kelompok  kecil  lainnya.  Dengan  keahlian  itu,
dibutuhkan  komunikasi  secara  efektif  dengan  teman  sebaya  untuk  mengurangi perselisihan  dan  membuat  keputusan  secara  demokratis.  Bila  unsur  ini  telah
ditanamkan  ke  struktur  kelompok  kecil  maka  siswa    akan  masuk  dan  menerima
commit to user 35
sebagai  bagian  dari  ‘group’  itu.  Untuk  Selanjutnya, siswa  akan    terdorong  untuk merasakan motivasi dalam berperan dan mencapai  tujuan belajar dari dalam diri
siswa maupun dari kelompoknya.
3. Pembelajaran Kooperatif Metode TGT