No. Pertanyaan
Jawaban
penghargaan kepada
yang mendapat nilai baik ? Alasan?
menjadi bersemangat lagi. B.
Sangat, aku juga pengen kayak orang itu jadi aku
harus menang. C.
Sangat termotivasi, karena penghargaan pemicu untuk
semangat untuk mendapatkan penghargaan.
D. Pembahasan
1. Motivasi Belajar Siswa
Berdasarkan Grafik 4.1. dapat dilihat bahwa jumlah siswa yang
mencapai dalam kategori motivasi sangat tinggi pada siklus I adalah 6, kategori tinggi adalah 88 dan kategori cukup adalah 6. Jika
dijumlahkan motivasi sangat tinggi dan tinggi pada siklus I adalah sebesar 94. Sedangkan pada siklus II yang termotivasi dengan kategori
sangat tinggi adalah 35, kategoeri tinggi adalah 59 dimana pada kategori tinggi pada siklus II terjadi penurunan karena adanya
peningkatan pada kategori sangat tinggi. Jika dijumlahkan motivasi sangat tinggi dan tinggi pada siklus I sebesar 94. Berdasarkan data
diatas dapat dikatakan sudah melebihi dengan target indikator keberhasilan yang diharapkan dengan motivasi minimal tinggi sebesar
75. Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa model pembelajaran snowball throwing dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Data hasil
motivasi ini merupakan gabungan hasil motivasi dari kuisioner yang diisi langsung oleh siswa dan hasil observasi siswa yang diisi oleh observer.
Dimana terlihat bahwa kategori sangat tinggi dan tinggi lebih besar dari kategori cukup, hal ini disebabkan karena adanya dorongan
dari dalam diri siswa maupun dari orang lain. Seperti yang tercantum pada bab II menurut Surya 2004 menyatakan bahwa motivasi
merupakan dorongan yang muncul dari dalam diri siswa maupun dari orang lain yang bisa membuat siswa untuk berusaha mendapat
pencapaian yang lebih dari sebelumnya, perubahan itu tercermin dari perubahan tingkah laku siswa. Dengan memberikan dorongan kepada
siswa maka akan menumbuhkan kepercayaan diri, semangat, dan bisa membuat siswa untuk mengikuti pembelajaran dengan baik dan
terkontrol. Dengan lingkungan sekolah yang cukup efektif, peneliti menarik
kesimpulan bahwa peningkatan motivasi belajar siswa dikarenakan adanya keseriusan siswa dalam belajar berkelompok. Selama penelitian
berlangsung peneliti mengamati sebagian besar siswa memiliki motivasi dalam kategori tinggi, hal ini disebabkan siswa lebih senang belajar
berkelompok karena dapat meningkatkan pengetahuan dengan berdiskusi dan saling mensharingkan ilmu yang mereka ketahui kepada teman
sekelompoknya, selain itu siswa menunjukan sikap yang positif dalam pembelajaran yang dilaksanakan seperti memperhatikan dan serius saat
proses pembelajaran berlangsung, bertanggung-jawab atas tugasnya dan
memiliki ketertarikan serta rasa ingin tahu terhadap materi yang diajarkan. Hal tersebut sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe
snowball throwing yang menekankan pada pembelajaran secara berkelompok. Dari hasil tersebut menurut peneliti pembelajaran
kooperatif tipe snowball throwing mampu meningkatkan motivasi siswa kelas XI IPA 3 SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta.
Snowball throwing dapat meningkatkan motivasi belajar siswa karena pembelajaran dengan menggunakan
snowball throwing mengajarkan rasa tanggung jawab pada siswa untuk bertanggung jawab
atas pemahaman dirinya sendiri dan kelompok. Kemudian motivasi belajar dapat meningkat karena adanya perasaan senang, ketertarikan,
keaktifan, kerjasama, dan interaksi antar siswa saat proses pembelajaran berlangsung. Selain itu snowball throwing dapat meningkatkan motivasi
siswa, hal ini terlihat saat pelaksanaan snowball throwing di kelas berlangsung, dimana model pembelajaran kooperatif tipe snowball
throwing ini, mengharuskan masing-masing siswa untuk membuat pertanyaan-pertanyaan terkait dengan topik materi yang diberikan. Setiap
kelompok memiliki topik yang berbeda-beda untuk membuat pertanyaan, sehingga hal ini menjadi tantangan bagi seluruh siswa untuk mengusai
setiap materi pada masing-masing siklus agar bisa memecahkan atau menjawab setiap pertanyaan yang dibuat oleh teman-temannya sehingga
siswa akan termotivasi untuk belajar agar bisa memahami dan menjawab pertanyaan-pertanyaan snowball throwing tersebut.
2. Hasil Belajar Siswa
Peningkatan hasil belajar siswa pada aspek kognitif pada materi sistem hormon dengan penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe snowball throwing diukur melalui nilai post-test siklus I dan post-test siklus II. Setelah diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe
snowball throwing dapat dilihat berdasarkan hasil belajar pada aspek kognitif pada post-test I dan post-test II yang diperoleh siswa selama
siklus I dan siklus II mengalami peningkatan sebesar 6,0 untuk rerata kelas dan persentase ketuntasan mencapai 11,77 pada siklus II.
Setelah pelaksanaan pada siklus siklus I, hasil belajar pada aspek kognitif siswa dengan nilai rata-rata kelas 73 dan siswa yang tuntas
mencapai KKM sebesar 73,52. Dari data hasil yang diperoleh siswa pada siklus I dapat dikatakan belum mencapai target KKM yaitu 76
namun sudah mencapai target ketuntasan yaitu 70. Berdasarkan hasil nilai rata-rata kelas yang belum mencapai KKM, maka peneliti
meneruskan untuk melanjutkan pelaksanaan pada siklus II untuk dapat memenuhi target yang diharapkan.
Sedangkan pada siklus II nilai rata-rata post-test adalah 79 dan untuk jumlah siswa yang tuntas mencapai KKM sebesar 85,29. Dari
data hasil siklus I hal ini dapat dilihat dengan adanya peningkatan nilai rata-rata kelas serta peningkatan jumlah siswa yang mencapai KKM.
Dimana hasil akhir dari siklus II ini telah melebihi target yang ditentukan
yaitu 70 dan siswa yang tuntas mencapai KKM dengan nilai rata-rata
kelas 79.
Berdasarkan hasil tersebut, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing dapat meningkatkan hasil belajar
siswa. Dimana hasil belajar pada aspek kognitif siswa mengalami peningkatan dan telah memenuhi target indikator yang telah ditetapkan
oleh peneliti. Peningkatan hasil belajar siswa dikarenakan adanya perubahan motivasi siswa terhadap hasil test yang diperoleh pada siklus
I. Dimana pada awal siklus II, peneliti memberitahukan kepada siswa bahwa nilai rata-rata yang mereka peroleh belum mencapai KKM,
peneliti juga memberitahukan bahwa 70 mencapai KKM dan 30 tidak mencapai KKM. Peneliti memberitahukan beberapa siswa yang
memperoleh nilai dibawah KKM agar semangat dan lebih tekun dalam mengikuti pembelajaran sehingga pada post-test di siklus II nilai mereka
bisa meningkat. Dari hasil post-test pada siklus II masih ada beberapa siswa yang belum mencapai KKM, bahkan ada yang nilainya menurun
dibandingkan pada siklus I, hal ini bisa terjadi karena beberapa faktor seperti yang sudah dijabarkan pada bab II yaitu adanya faktor internal
dan eksternal. Faktor internal meliputi fisiologis, psikologi, sikap, motivasi, kebiasaan, kebutuhan, konsep diri dan emosional. Sedangkan
faktor eksternal meliputi lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat, dan kelompok. Faktor internal berpengaruh terhadap hasil belajar siswa
karena faktor internal berasal dari dalam diri siswa itu sendiri, beberapa
faktor internal yang diamati peneliti saat penelitian yaitu faktor adalah sikap, motivasi, konsep diri, dan emosional. Berdasarkan pengalaman
selama mengajar di kelas XI IPA 3, sikap siswa saat mengikuti pembelajaran cukup baik hal ini terjadi karena pada saat mengikuti
pembelajaran terlihat adanya kerjasama antara siswa satu dan lainnya, siswa merasa senang dan tertarik saat mengikuti pembelajaran, kemudian
siswa aktif saat bertanya serta tidak malu memberikan pendapat pada teman-teman sekelompoknya, dan sikap saling menghargai pendapat atau
gagasannya dengan teman saat proses pembelajaran berlangsung, untuk motivasi dapat dilihat dari perasaan senang, keaktifan siswa dan
ketertarikan siswa saat peneliti menjelaskan materi maupun saat kegiatan pembelajaran dengan menggunakan snowball throwing dimana siswa
aktif bertanya pada peneliti saat menjelaskan materi dan bertanya pada teman-teman kelompok lain saat kegiatan snowball throwing, kemudian
untuk konsep diri siswa pada saat mengikuti pembelajaran terlihat siswa mampu menyesuaikan diri saat peneliti menjelaskan materi, saat diskusi
kelompok maupun kegiatan pembelajaran dengan menggunakan snowball throwing, dan untuk emosional terjadi saat proses pembelajaran
dengan menggunakan snowball throwing dimana siswa sangat aktif dan ingin selalu bisa menjawab pertanyaan, sehingga pada saat waktu untuk
menjawab pertanyaan sudah berakhir siswa terlihat kecewa saat pertanyaan tersebut harus dilemparkan kepada kelompok lain selain itu
siswa juga sering teriak-teriak didalam kelas saat kegiatan snowball
throwing. Sedangkan untuk faktor eksternal juga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Faktor eksternal berdasarkan pengalaman mengajar
yang ditemui yaitu faktor kelompok. Saat pembelajaran berlangsung sebagian besar kegiatan pembelajaran yang dilakukan yaitu dengan
berkelompok. Hal ini dapat membantu siswa untuk semakin bersemangat saat diskusi kelompok berlangsung dan saat kegiatan pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran snowball throwing terlihat siswa saling bekerjasama dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan
kemudian saling mensharingkan ilmu yang diketahui kepada teman sekelompoknya. Selain itu saat berdiskusi kelompok dan saat kegiatan
snowball throwing terlihat adanya Interaksi antarsiswa, tidak hanya terjadi saat membuat pertanyaan namun juga terjadi saat pelaksanaan
model pembelajaran snowball throwing dimana ketika ada siswa yang salah dalam menjawab maka siswa lainnya yang sekelompok tanpa ragu
langsung mengacungkan tangan untuk membantu memperbaiki jawaban temannya. Selain meningkatkan interaksi antarsiswa, secara tidak
langsung tindakan tersebut juga mampu meningkatkan keaktifan siswa baik selama pembelajaran berlangsung maupun keaktifan dalam
mengungkapkan pendapat atau gagasannya. Secara umum nilai rata-rata siswa dan persentase pencapaian
KKM telah memenuhi target indikator yang ingin dicapai. Hal ini diperkuat oleh Solihatin dan Rahardjo 2007 yang mengatakan bahwa
pada dasarnya pembelajaran kooperatif mengandung pengertian sebagai
suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang
terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri.
Salah satu model pembelajaran kooperatif yang sesuai dengan tujuan pendekatan terhadap siswa tersebut adalah model pembelajaran
kooperatif tipe snowball throwing dimana siswa diajarkan untuk berpikir mandiri dan bertanggung-jawab pada pemahaman dirinya sendiri dan
kelompok, menghargai jawaban teman dan saling membantu, sehingga tercapainya peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara
individu maupun kelompok. Kegiatan tanya-jawab juga membantu dalam meningkatkan rasa percaya diri dalam menjawab maupun menanggapi
pertanyaan-pertanyaan yang diberikan. Snowball throwing dapat mempengaruhi hasil belajar siswa
karena siswa tidak hanya menerima materi yang diberikan oleh peneliti, namun siswa juga aktif dalam kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan snowball throwing sehingga secara tidak langsung konsentrasi siswa dalam belajar akan bertambah dan dapat
mempengaruhi hasil belajar siswa. Pembelajaran dengan menggunakan snowball throwing mengajarkan rasa tanggungjawab pada siswa untuk
bertanggung jawab atas pemahaman dirinya sendiri dan kelompok. Selain itu hasil belajar dapat meningkat karena adanya motivasi, perasaan
senang, ketertarikan, kerjasama, keaktifan dan interaksi antarsiswa saat proses pembelajaran berlangsung.
Berdasarkan pada paparan tersebut, penelitian ini sesuai dengan teori mengenai model pembelajaran snowball throwing yang
dapat menumbuhkan sikap-sikap positif dalam diri siswa salah satunya keberanian mengemukakan pendapat maupun tampil di depan kelas.
Dibuktikan dari ranah afektif yang terdiri dari keaktifan siswa baik selama penerapan model pembelajaran snowball throwing maupun
keaktifan saat mengemukakan pendapat ataupun gagasan mengalami peningkatan dan peningkatan tersebut mempengaruhi hasil belajar siswa.
Hal ini juga sesuai dengan penelitian sebelumnya yang relevan yang menyatakan
bahwa model pembelajaran snowball throwing mampu meningkatkan hasil belajar siswa.
3. Hasil Wawancara
Wawancara yang dilakukan ini berdasarkan nilai tertinggi, sedang dan terendah. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa
siswa terkait dengan proses pembelajaran yang sudah dilakukan menurut siswa mereka merasa senang dan tertantang dengan model pembelajaran
snowball throwing karena dapat membuka wawasan untuk dapat menjawab setiap pertanyaan yang dilemparkan pada kelompoknya dan
harus belajar sebelum pembelajaran dimulai. Selain itu dengan adanya
model pembelajaran snowball throwing dapat meningkatkan kerjasama, sportivitas, rasa percaya diri, tanggungjawab, kreativitas dan pengalaman
bagi siswa saat proses pembelajaran. Dari 3 orang siswa yang diwawancarai tentang metode pembelajaran yang membuat mereka
termotivasi dan semangat ada yang menjawab metode kuis, snowball throwing, dan metode yang lebih mengarahkan siswa untuk berpikir
secara mandiri. Kemudian menurut siswa model pembelajaran snowball throwing sangat membantu menambah pengetahuan mereka dari
pertanyaan-pertanyaan yang dibuat oleh teman-teman sekelasnya. Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing cukup efektif digunakan saat proses pembelajaran karena model pembelajaran ini mengajarkan
siswa untuk bertanggungjawab, percaya diri dan kreatif, dan saling bekerjasama dalam membuat pertanyaan-pertanyaan yang akan
dilemparkan kepada kelompok lain sehingga jika kelompok lain tidak dapat menjawab maka kelompok yang membuat pertanyaan akan
mendapat point yang pada akhirnya akan menang dan penghargaan yang membuat
mereka semangat
kembali untuk
tetap belajar.
92
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN