pembelajaran dengan menyeleksi kegiatan-kegiatan yang tidak menunjang bagi pencapaian tujuan belajar tersebut.
Pada hakikatnya motivasi belajar adalah dorongan yang muncul dari dalam diri siswa maupun dari orang lain yang bisa membuat siswa untuk
berusaha mendapat pencapaian yang lebih dari sebelumnya, perubahan itu tercermin dari perubahan tingkah laku siswa. Dengan memberikan dorongan
kepada siswa maka akan menumbuhkan kepercayaan diri, semangat, dan bisa membuat siswa untuk mengikuti pembelajaran dengan baik dan terkontrol.
Motivasi merupakan hal penting dalam memelihara dan mengembangkan sumber daya manusia melalui pendidikan Surya, 2004.
E. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah hasil belajar siswa yang diperoleh setelah belajar. Menurut Mudjiono dan Dimyati 2009 proses kognitif menghasilkan suatu
hasil belajar. Hasil belajar tersebut terdiri dari informasi verbal, keterampilan intelektual, keterampilan motorik, sikap dan strategi kognitif. Selanjutnya
menurut Sudjana 2009, hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah mengalami pengalaman belajarnya. Pada dasarnya hasil belajar adalah
perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar menyangkut bidang kognitif, afektif dan psikomotorik.
Hasil belajar sebagai tingkat keberhasilan seorang murid dalam mempelajari materi pelajaran dalam hal ini adalah prestasi belajar dalam mata
pelajaran yang diperoleh dari skor test materi pelajaran. Untuk mengukur tingkat kemampuan siswa dapat digunakan aspek kognitif menurut
Taksonomi Bloom yang telah direvisi Anderson dan Krathwohl 2001 yakni: mengingat remember, memahamimengerti understand, menerapkan
apply, menganalisis analyze, mengevaluasi evaluate, dan menciptakan create.
1. Mengingat Remember
Mengingat merupakan usaha mendapatkan kembali pengetahuan dari memori atau ingatan yang telah lampau, baik yang baru saja
didapatkan maupun yang sudah lama didapatkan. Mengingat merupakan dimensi yang berperan penting dalam proses pembelajaran yang
bermakna meaningful learning dan pemecahan masalah problem solving. Kemampuan ini dimanfaatkan untuk menyelesaikan berbagai
permasalahan yang jauh lebih kompleks. Mengingat meliputi mengenali recognition dan memanggil kembali recalling. Mengenali berkaitan
dengan mengetahui pengetahuan masa lampau yang berkaitan dengan hal-hal yang konkret, misalnya tanggal lahir, alamat rumah, dan usia,
sedangkan memanggil kembali recalling adalah proses kognitif yang membutuhkan pengetahuan masa lampau secara cepat dan tepat.
2. Memahamimengerti Understand
Memahamimengerti berkaitan dengan membangun sebuah pengertian dari berbagai sumber seperti pesan, bacaan dan komunikasi.
Memahamimengerti berkaitan dengan aktivitas mengklasifikasikan
classification dan membandingkan comparing. Mengklasifikasikan akan muncul ketika seorang siswa berusaha mengenali pengetahuan yang
merupakan anggota dari kategori pengetahuan tertentu. Mengklasifikasikan berawal dari suatu contoh atau informasi
yang spesifik kemudian ditemukan konsep dan prinsip umumnya. Membandingkan merujuk pada identifikasi persamaan dan perbedaan
dari dua atau lebih obyek, kejadian, ide, permasalahan, atau situasi. Membandingkan berkaitan dengan proses kognitif menemukan satu
persatu ciri-ciri dari obyek yang diperbandingkan. 3.
Menerapkan Apply Menerapkan menunjuk pada proses kognitif memanfaatkan atau
mempergunakan suatu prosedur untuk melaksanakan percobaan atau menyelesaikan permasalahan. Menerapkan berkaitan dengan dimensi
pengetahuan prosedural procedural knowledge. Menerapkan meliputi kegiatan menjalankan prosedur executing dan mengimplementasikan
implementing. 4.
Menganalisis Analyze Menganalisis merupakan memecahkan suatu permasalahan
dengan memisahkan tiap-tiap bagian dari permasalahan dan mencari keterkaitan dari tiap-tiap bagian tersebut dan mencari tahu bagaimana
keterkaitan tersebut dapat menimbulkan permasalahan. Kemampuan menganalisis merupakan jenis kemampuan yang banyak dituntut dari
kegiatan pembelajaran di sekolah-sekolah. Berbagai mata pelajaran
menuntut siswa memiliki kemampuan menganalisis dengan baik. Tuntutan terhadap siswa untuk memiliki kemampuan menganalisis sering
kali cenderung lebih penting daripada dimensi proses kognitif yang lain seperti mengevaluasi dan menciptakan. Kegiatan pembelajaran sebagian
besar mengarahkan siswa untuk mampu membedakan fakta dan pendapat, menghasilkan kesimpulan dari suatu informasi pendukung.
Menganalisis berkaitan dengan proses kognitif memberi atribut attributeing dan mengorganisasikan organizing. Memberi atribut akan
muncul apabila siswa menemukan permasalahan dan kemudian memerlukan kegiatan membangun ulang hal yang menjadi permasalahan.
Kegiatan mengarahkan siswa pada informasi-informasi asal mula dan alasan suatu hal ditemukan dan diciptakan. Mengorganisasikan
menunjukkan identifikasi unsur-unsur hasil komunikasi atau situasi dan mencoba mengenali bagaimana unsur-unsur ini dapat menghasilkan
hubungan yang baik. Mengorganisasikan memungkinkan siswa membangun hubungan yang sistematis dan koheren dari potongan-
potongan informasi yang diberikan. Hal pertama yang harus dilakukan oleh siswa adalah mengidentifikasi unsur yang paling penting dan
relevan dengan
permasalahan, kemudian
melanjutkan dengan
membangun hubungan yang sesuai dari informasi yang telah diberikan. 5.
Mengevaluasi Evaluate Evaluasi berkaitan dengan proses kognitif memberikan penilaian
berdasarkan kriteria dan standar yang sudah ada. Kriteria yang biasanya
digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi, dan konsistensi. Kriteria atau standar ini dapat pula ditentukan sendiri oleh siswa. Standar ini
dapat berupa kuantitatif maupun kualitatif serta dapat ditentukan sendiri oleh siswa.
6. Menciptakan Create
Menciptakan mengarah pada proses kognitif meletakkan unsur- unsur secara bersama-sama untuk membentuk kesatuan yang koheren
dan mengarahkan siswa untuk menghasilkan suatu produk baru dengan mengorganisasikan beberapa unsur menjadi bentuk atau pola yang
berbeda dari sebelumnya. Menciptakan sangat berkaitan erat dengan pengalaman belajar siswa pada pertemuan sebelumnya. Meskipun
menciptakan mengarah pada proses berpikir kreatif, namun tidak secara total berpengaruh pada kemampuan siswa untuk menciptakan.
Menciptakan di sini mengarahkan siswa untuk dapat melaksanakan dan menghasilkan karya yang dapat dibuat oleh semua siswa. Perbedaan
menciptakan ini dengan dimensi berpikir kognitif lainnya adalah pada dimensi yang lain seperti mengerti, menerapkan, dan menganalisis siswa
bekerja dengan informasi yang sudah dikenal sebelumnya, sedangkan pada menciptakan siswa bekerja dan menghasilkan sesuatu yang baru.
Untuk dapat menentukan tercapainya tidaknya tujuan pendidikan dan pengajaran perlu dilakukan usaha atau tindakan penilaian atau evaluasi.
Penilaian atau evaluasi pada dasarnya adalah memberikan pertimbangan atau harga serta nilai berdasarkan kriteria tertentu.
Adapun kegunaan hasil belajar bukan saja untuk mengetahui sejauhmana kemajuan siswa dalam menyelesaikan suatu aktivitas, tetapi lebih
penting lagi adalah sebagai alat untuk memotivasi setiap siswa untuk lebih giat belajar baik secara individu maupun kelompok.
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Tiga 3 hasil belajar yaitu:
1. Keterampilan dan kebiasaan
2. Pengetahuan dan pengertian
3. Sikap dan cita-cita Sudjana, 2009.
Gagne mengemukakan lima macam hasil belajar, tiga di antaranya bersifat kognitif, satu bersifat afektif dan satu lagi bersifat psikomotorik
Dahar, 2011. Sejalan dengan pendapat Gagne dengan Benjamin S. Blomm berpendapat bahwa pengelompokan tujuan pendidikan harus mengacu pada
tiga hal ; 1 ranah proses berfikir cognitive, 2 ranah nilai atau sikap affective, dan 3 ranah ketrampilan psychomotor. Setiap kontek hasil
belajar dan evaluasi tiga ranah tersebut yang harus menjadi sasaran, dalam hal ini untuk mengetahui pemahaman peserta didik pada materi pelajaran,
aplikasi dan penerapan peserta didik terkait materi yang dipelajari Sudijono, 2010.
Berikut merupakan penjelasan dari masing-masing ranah tersebut : 1.
Ranah kognitif Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari
enam aspek, yaitu 1 pengetahuan atau ingatan knowledge, 2 pemahaman comphrehension 3 aplikasi atau penerapan application 4
analisis analysis 5 sintesis synthesis 6 evaluasi atau penilaian evaluation Sudjana, 2009.
2. Ranah Afektif
Ranah afektif berkenaan dengan sikap atau perilaku, ciri-ciri dari hasil belajar afektif akan tampak dalam perilaku peserta didik. Ranah afektif
oleh Krathwohl dalam Sudijono 2011 dibagi lebih rinci lagi ke dalam
lima jenjang, yaitu : 1 penerimaan 2 jawaban atau reaksi 3 penilaian 4 organisasi dan 5 internalisasi.
3. Ranah Psikomotorik
Simpson dalam Sudjana 2009 menyatakan bahwa ranah psikomotorik adalah ranah yang berkaitan dengan ketrampilan atau kemampuan
bertindak individu. Ada enam 6 aspek ranah psikomotoris, yakni 1 gerakan refleks, 2 ketrampilan gerak dasar, 3 kemampuan perceptual, 4
keharmonisan atau ketepatan, 5 gerakan ketrampilan kompleks, 6 gerakan ekspresif dan interpretative.
Ketiga ranah tersebut menjadi objek hasil belajar. Dalam tujuan pembelajaran ketiga ranah tersebut harus ada dalam rancangan dan
pelaksanaan pembelajaran. Ranah kognitif yang biasanya menjadi konsentrasi utama karena berkaitan dengan kemampuan siswa, namun kemampuan
softskill lain yang selalu diupayakan perkembangannya adalah kemampuan afektif. Hasil belajar psikomotorik merupakan kelanjutan dari hasil belajar
kognitif dan afektif, jika siswa sudah memahami materi yang diajarkan yang kemudian tampak dalam kecenderungan berperilaku sesuai dengan ranah
kognitif dan afektif maka akan muncul kemampuan motoriknya. Penampilan-penampilan yang dapat diamati sebagai hasil-hasil belajar
disebut kemampuan Gagne, 1988. Menurut Gagne, ada lima 5 kategori hasil belajar yaitu:
1. Keterampilan intelektual, dalam tipe ini termasuk belajar diskriminasi,
belajar konsep dan belajar kaidah. Belajar diskriminasi yaitu kesanggupan membedakan beberapa obyek berdasarkan ciri-ciri tertentu, sedangkan
belajar konsep yaitu kesanggupan menerangkan obyek yang sama menjadi satu kelompok tertentu.
2. Informasi verbal, pada umumnya berlangsung melalui informasi yang
diinginkan seperti membaca, mengarang dan lain-lain. 3.
Strategi kognitif, tipe belajar ini menekankan pada aplikasi kognitif dalam memecahkan masalah.
4. Sikap merupakan kesanggupan dan kesediaan untuk menerima atau
menolak suatu obyek berdasarkan penilaian terhadap obyek tertentu.
5. Keterampilan motorik, banyak berhubungan dengan kesanggupan
menggerakkan anggota badan, seperti memiliki rangkaian urutan gerakan yang teratur, luwes, tepat, cepat dan lancar. Hasil belajar setiap siswa
dapat diukur melalui penelitian oleh gurunya, yaitu melalui penilaian proses ataupun penilaian akhir test.
Menurut Ratumanan 2006 test adalah suatu alat prosedur yang
sistematis dan obyektif untuk memperoleh data-data atau keterangan- keterangan yang diinginkan tentang seseorang dengan cara yang boleh
dikatakan tepat dan tepat. Selain itu juga test hasil belajar merupakan sekelompok pertanyaan
atau tugas-tugas yang harus dijawab atau diselesaikan oleh siswa dengan tujuan utnuk mengukur kemajuan belajar.
Test hasil belajar achievement test juga memiliki pengertian sebagai test yang digunakan untuk menilai hasil pelajaran yang telah diberikan oleh
guru kepada murid-murid atau dosen kepada mahasiswanya dalam jangka waktu tertentu. Dengan demikian fungsi penilaian dalam proses belajar
mengajar bermanfaat ganda, yakni bagi siswa dan bagi guru, penilaian dapat dilaksanakan setelah proses belajar mengajar. Penilaian ini disebut penilaian
formatif. Kedua, tahap jangka panjang, yakni penilaian yang dilaksanakan setelah proses belajar mengajar berlangsung beberapa kali atau setelah
menempuh periode tertentu misalnya penilaian tengah semester atau penilaian akhir semester atau sering disebut penilaian sumatif.
F. Model Pembelajaran Kooperatif